Minggu, 31 Mei 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 23 SAMPAI 25

TANTANGAN UNTUK ORANG YANG MERAGUKAN KEBENARAN AL-QURAN

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(23) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ(24) وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(25)
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(23) Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(24) Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.(25)

URAIAN AYAT

Pada ayat sebelumnya Allah SWT menghim-bau seluruh ummat manusia agar berubudiyah kepadanya… Manusia diajak untuk memilih tipe yang mulia, bersih dan murni, tipe yang aktif yang meraih petunjuk dan kemenangan. Itulah orang-orang yang bertaqwa… Lalu membersihkan diri-nya dari segala bentuk syirik dan manifestasinya.

Dalam rangkaian ayat 23 sd 25 surat Al-Baqarah ini kita melihat tantangan Allah yang ditujukan kepada orang-orang musyrikin Quraisy, serta siapa saja yang meragukan kebenaran Al-Quran ini, untuk membuat tandingannya:

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan

مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا
tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),

Jika kamu menganggap bahwa Al-Quran itu hanyalah dongeng, pelipur lara atau igauan Muhammad SAW, atau anggapan-angapan keliru lain, maka…

فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ
buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu

وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(23)
dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(23)

Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan kebenaran Al-Quran itu, dan Al-Quran tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan ahli bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW.

Apakah tidak ada orang yang mencoba untuk menjawab tantangan ini?!

Ada…! Tetapi tidak seorangpun yang berhasil.

a- Yang pertama-tama mencoba tantangan ini adalah seorang penyair Arab, Lubaid bin Rabi'ah.

Sewaktu mendengar bahwa ada tantangan dari Muhammad, dia merasa tergugah, yakin akan kemampuannya, ditulisnya sebentuk syair dan digantungkannya di Ka'bah. Pada waktu itu hanya syair-syair yang bermutu dan dikarang oleh orang-orang tertentu saja yang boleh digantung-kan di situ. Salah seorang muslim yang melihat syair tersebut merasa bahwa syair itu tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan Al-Quran. Keesokan harinya datanglah Lubaid. Dia kaget, tapi sekaligus kagum dengan nilai-nilai sastra ayat-ayat Al-Quran hingga ia berteriak:

وَاللهِ مَا هَذَا بِقَوْلٍ بَشَرٍ وَأَنَا مِنَ المُسْلِمِيْنَ
"Demi Allah, ini betul-betul bukan perkataan manusia. Mulai sekarang aku jadi orang Islam."

Pada akhirnya, Lubaid meninggalkan profesi-nya sebagai penyair. Malah waktu Umar meminta Lubaid untuk membacakan syair ciptaannya, dibacanya surat Al-Baqarah, kemudian berkata:

مَا كُنْتُ لَتَقُوْلُ شِعْراً بَعْدُ إِنْ عَلَّمَنِيَ اللهُ سُوْرَةَ البَقَرَةِ وَآل عِمْران
"Aku tidak akan membaca syair lagi setelah Allah mengajarkan padaku surat Al-Baqarah dan Ali Imran."

Dan dia menjadi muslim yang taat semenjak tahun ke-9 H.

b- Ada lagi orang yang iseng, ingin mendapat posisi di tengah-tengah masyarakat, mencoba me-niru gaya pantun Al-Quran. Misalnya Musailamah Ad-Dajjal. Untuk mengimbangi surat Al-Kautsar diciptakannya kata surat sebagai berikut:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الجَمَاهِرْ ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَجَاهِرْ
Atau dicobanya menciptakan pantun:

وَ الطَّاهِنَاتِ طَهْناً، العَاجِنَاتِ عَجْناً، وَ الخَابِزَاتِ خُبْزاً

Jangankan untuk dibandingkan dengan ayat Al-Quran, anak kecil sekalipun akan tertawa mendengar ciptaan ini.

c- Usaha sungguh-sungguhpun pernah dicoba, misalnya oleh Ibnu Muqafaa' pada tahun 827 M.

Sejumlah pemimpin-pemimpin dari golongan anti Islam melihat betapa besarnya pengaruh Al-Quran pada pribadi dan masyarakat. Mereka lalu mencari seorang sastrawan yang dikira sanggup menulis suatu karya untuk menandingi Al-Quran. Pilihan jatuh kepda Ibnu Muqaffaa' dan yang terakhir ini, yakin dengan kemampuannya mene-rima tugas tersebut, perjanjian segera dibuat. Ibnu Muqafaa' harus menyelesaikan karya tersebut dalam tempo setahun dan semua biaya yang diperlukan akan ditanggung. Setelah berlalu sete-ngah tahun, mereka mendatangi Ibnu Muqafaa' untuk melihat sampai di mana karya itu telah ditulis. Apa yang mereka jumpai? Hanya kertas yang disobek-sobek. Bertebaran di sana-sini. Sang Sastrawan telah berusaha dengan seluruh kemampuannya untuk menulis. Tetapi tidak ada satu kalimatpun yang dapat ditulisnya, selama enam bulan itu. Dengan penuh rasa malu dia mengakui ketidak mampuannya dan kontraknya-pun dibatalkan. (H. A. Malik Ahmad/ Akidah (buku II) hal 92-93)

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا
Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya),

Walaupun seluruh bangsa jin dan manusia, atau seluruh makhluk di alam semesta ini saling bekerjasama untuk membikin suatu surat yang sama dengan Al-Quran itu, maka pasti usaha itu akan sia-sia belaka.

Oleh sebab itu, maka:

فَاتَّقُوا النَّارَ
peliharalah dirimu dari neraka

Yaitu; dengan mengimani dan menjunjung tinggi ajaran Al-Quran yang telah diturunkan Allah SWT kepada hamba dan RasulNya Muhammad SAW. Inilah yang hanya dapat menghindarkan kamu dari siksaan neraka itu…

الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
yang bahan bakarnya manusia dan batu,

أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ(24)
yang disediakan bagi orang-orang kafir.(24)

Alangkah dahsyatnya siksaan neraka…

Batu-batu yang terbakar…
Manusia-manusia yang kafir…
Yang mengingkari kebenaran Al-Quran…
Diaduk menjadi satu…
Panas neraka dan batu…
Menyatu menggulung mereka yang berkepala batu…

Selanjutnya, Allah SWT menjelaskan tentang golongan orang-orang yang beriman.
Mereka adalah orang-orang yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, meyakininya sepenuh hati sebagai petunjuk Ilahi yang akan mengantarkan manusia menuju keselamatan dunia dan akhirat:

وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik,

Gembirakanlah mereka yang berpegang teguh kepada ajarah Allah SWT dan Rasulullah SAW tersebut, yang tegar dengan prinsip Al-Quran, meskipun senantiasa menghadapi cobaan dan tantangan, namun keimanan mereka tidak luntur. Dengan keimanan yang tulus lalu mereka beramal shaleh…

أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ
bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.

Jadi mereka pasti mendapatkan keberun-tungan yang besar pada fase kehidupan akhirat; dan akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya.

Hapuslah sedih di hati, walaupun pada kehidupan duniawi ini tidak sepi dari perjuangan pahit…

Dunia adalah kehidupan sementara…
Dunia tempat beramal…
Akhirat tempat memetik hasil…

Mengenai sungai-sungai di surga Allah SWT menerangkan pada surat Muhammad ayat 15:

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya? (QS. 47:15)

كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا
Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu,

قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ
mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu."

Di sini diterangkan bahwa buah-buahan di surga adalah sama bentuknya dengan buah-buahan di dunia.

وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا
Mereka diberi buah-buahan yang serupa

Namun berbeda rasa dan nikmatnya…

Di samping demikian ada lagi nikmat yang lain:

وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ
dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci

Yakni; pasangan hidup yang bersih dari lahiriyah dan bathiniyah, yang tidak pernah ternoda, menemani hidup bahagia…

وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(25)
dan mereka kekal di dalamnya.(25)

Kenikmatan di surga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.

Berbahagialah orang-orang yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya.

Kamis, 14 Mei 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 21 SAMPAI 22

MENGABDI KEPADA ALLAH

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ(21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلاَ تَجْعَلُوا ِللهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(22)

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.(21) Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.(22)

URAIAN AYAT

Rangkaian ayat ke-21 dan 22 surat Al-Baqarah ini ditempatkan Allah setelah ayat-ayat yang menerangkan watak dan ciri-ciri orang munafik, yang mempunyai penyakit keraguan beragama di dalam hati mereka, tetapi mereka masih mengaku sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhirat… Keimanan yang tertolak berbaur dengan kondisi kejiwaan mereka yang labil, plin plan dan kegalauan hati menerima pengajaran Al-Quran…

Di sini Allah SWT memanggil seluruh ummat manusia untuk mengabdi kepadaNya semata:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu

Jadi, manusia diajak untuk memilih tipe yang mulia bersih dan murni, tipe yang aktif yang meraih petunjuk dan kemenangan… itulah tipe orang-orang bertaqwa, yang sadar bahwa dirinya diciptakan Allah dari sari pati tanah, berupa percampuaran sperma dengan ovum yang menjalani proses di dalam rahim. Kemudian menginsafi bahwa hidupnya diatur fase demi fase di bawah pemeliharaan dan pengawasan Allah SWT. Dan tiada satu segi kehidupanpun yang terlepas dari pemeliharaan Rabbi… Kesadaran yang muncul di dalam jiwa begini, memacu dia agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengabdi hanya kepadaNya belaka. Itulah pengabdian yang tulus, tak obahnya seperti prajurit yang berada di barak-barak militer senantiasa siap sedia menjalankan perintah atasan, baik suka maupun terpaksa…

Berikutnya dipertajam tentang pengertian Rabb:

الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,

Allah SWT Dialah yang menciptakan manusia dengan kasih sayangNya. Pertama-tama menciptakan Adam nenek moyang manusia dari tanah. Kemudian proses penciptaan anak cucu Adam dari sperma dengan ovum melalui fase demi fase seperti yang kita bicarakan tadi… Oleh sebab itu Allah pulalah satu-satuNya yang berhak meneri-ma ubudiyah; penghambaan diri dari hambaNya. Sedangkan ubudiyah tersebut mempunyai target dan cara yang harus direalisir:

لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ(21)
agar kamu bertakwa.(21)

Manusia bertaqwa yang mengabdikan dirinya kepada Allah SWT belaka dimana hatinya senantiasa terpelihara di lingkungan keikhlasan demi Allah semata, tanpa tandingan dan sekutu…

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشًا
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu

Di sini Allah SWT mengingatkan kita kepada kasih sayangNya yang tiada terhingga… bahwa segala keperluan hidup kita telah dipersiapkan-Nya sebelum kita diciptakanNya; dipersiapkan-Nya bumi seperti hamparan tempat tidur.

Kita hanya tinggal menempati dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan dan tujuan hidup kita yang benar...

وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
dan langit sebagai atap,

Langit yang kokoh bagaikan atap mempunyai hubungan yang erat dengan manusia dan kehidupan di bumi, baik dalam bentuk cahaya, suhu panas dan dingin, atau gaya gravitasinya…

وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,

فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan

رِزْقًا لَكُمْ
sebagai rezki untukmu;

Betapa besarnya karunia Allah… Bumi dan langit diciptakanNya dalam kesatuan organis saling menunjang kesejahteraan dan kebutuhan hidup manusia. Dengan gaya gravitasinya maka terwujudlah keseimbangan dan keharmonisan di bumi, dan timbul pula perobahan alami pada eter, atmosfir, air, suhu dan musim.

Air hujan menyirami bumi, mengairi tanah dan merobah kondisi tanah gersang menjadi subur, lalu tumbuh bermacam-macam jenis tanaman dan buah-buahan, sebagai rezeki untuk kita…

Firman Allah pada ayat lain:

وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ(11)
Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).(QS. 43 Az-Zuhruf: 11)

Atau firman Allah:

وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ َلآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ(99)
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghi-jau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.(QS. 6 Al-An'am: 99)

Mengingat betapa besarnya karunia Allah SWT, maka hendaklah kita bersyukur dan mengabdikan diri kepadaNya dengan memurni-kan akidah tauhid serta menghindari syirik dan segala manifestasinya:

فَلاَ تَجْعَلُوا ِللهِ أَنْدَادًا
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,

Barangkali ada tuhan yang disembah bersama Allah SWT yang tidak terdapat dalam bentuk sesembahan primitif seperti yang dilakukan oleh kaum pagan (musyrik) penyembah berhala, tetapi dalam bentuk lain yang tersembunyi. Mungkin dalam bentuk memperturutkan kemauan hawa nafsu yang tiada terkendali dengan jiwa iman:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً(43)
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?(QS. 25 Al-Furqan: 43)

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ(23)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatan-nya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. 45 Al-Jatsiyah: 23)

Mungkin pula dalam bentuk menggantungkan harapan kepada selain Allah, atau dalam bentuk takut kepada selain Allah, atau dalam bentuk kepercayaan dan mengharapkan keuntungan atau menolak bahaya selain dari Allah dalam segala manifestasinya.

Ibnu Abbas mengungkapkan: "Membuat tandingan bagi Allah adalah perbuatan syirik yang tersembunyi, lebih tersembunyi dari langkah-langkah semut di atas bejana hitam di tengah malam pekat. Seperti ucapan: 'Demi Allah dan demi kamu ya Fulan', atau : 'Kalau bukan karena anjing maka tentu kita telah kecurian.' Atau seperti perkataan seseorang: 'Apa yang diinginkan Allah dan kamu.' Atau: 'Kalau bukan karena Allah dan si Fulan… Semuanya ini adalah syirik."

Pernah seseorang berkata kepada Rasulullah SAW: "Apa yang diinginkan Allah dan kamu inginkan; lalu Nabi SAW bersabda: "Apakah kamu menjadikan aku tandingan Allah?"

Di penghujung ayat ditegaskan:

وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(22)
padahal kamu mengetahui.(22)

Demikianlah manusia menyadari bahwa segala yang disembah selain Allah adalah makhluk yang tunduk kepada hukum yang telah ditetapkan Allah. Semuanya tidak mampu melepaskan diri dari ketentuan yang telah ditaqdirkan Allah.

Firman Allah pada surat Al-A'raf ayat 189 sd 191:

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (189) فَلَمَّا ءَاتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلاَ لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا ءَاتَاهُمَا فَتَعَالَى اللهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (190) أَيُشْرِكُونَ مَا لاَ يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (191)
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah di-campurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur".(189) Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.(190) Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang.(191)

Minggu, 10 Mei 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 17 SAMPAI 20

CIRI-CIRI ORANG MUNAFIK

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَ يُبْصِرُونَ(17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ(18) أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ(19) يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير(20
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.(17) Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).(18) atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.(19) Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.(20)

URAIAN AYAT

Pada penghujung ayat sebelumnya telah kita bicarakan tentang orang-orang munafik, bahwa: Allah SWT membiarkan mereka terombang ambing dalam kesesatan tanpa pedoman dan tak tahu tujuan, seperti orang-orang yang berlayar di samudera lepas diterpa badai topan tanpa pedoman dan arah tujuan, lalu tenggelam dan mati mengenaskan…

Di sini jelas terlihat hakikat pimpinan Allah SWT kepada orang-orang beriman dalam meng-hadapi perjuangan, berupa ketenteraman dan kebahagiaan yang hakiki. Begitu pula akibat akhir yang mengerikan bagi musuh-musuh Allah yang kerdil, dibiarkan terombang ambing dalam kebutaan. Mereka dibiarkan sementara waktu melakukan kekejian, sedangkan di sana, akhir yang mengerikan menunggu mereka. Namun demikian mereka tetap terkatung-katung dalam kelalaiannya.

Mereka dapat meraih petunjuk itu kalau mereka mau. Petunjuk itu telah dibentangkan di hadapan mereka dan telah ada di tangan mereka, tetapi mereka membuangnya… mereka telah membeli kesesatan dengan petunjuk itu, suatu perniagaan yang sangat merugikan dan paling bodoh.

Petunjuk hidup adalah sesuatu yang sangat mahal, tidak dapat diperjual belikan dengan segala atribut duniawi. Namun orang-orang munafik telah sengaja memperjual belikannya demi menge-jar tujuan duniawi yang teramat murah.

Inilah kerugian yang sesungguhnya; kerugian yang menyesatkan dan yang mencelakakan…
Orang yang tidak mendapat petunjuk adalah orang yang linglung dan senantiasa dalam kecemasan dan kebingungan! Mereka seperti orang yang dalam kegelapan… kegelapan itu mengundang rasa takut… Hati nurani mereka menjerit mengharapkan cahaya yang akan tiba... tetapi mata mereka tidak mampu menantang cahaya yang menerangi alam…

Selanjutnya pada penggal ayat 17 sd 20 surat Al-Baqarah ini Allah SWT menerangkan tentang keadaan jiwa orang-orang munafik dengan tam-silan yang menggetarkan:

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,

Orang-orang munafik itu tidak dapat meng-ambil manfa'at dari petunjuk yang datang dari Allah SWT, karena sifat-sifat kemunafikan yang bersemayam di dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan seperti orang yang menyalakan api… Mereka mengharapkan cahaya:

فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya

Di sini tampak nyata bahwa mereka tidak a priori menolak petunjuk, sejak semula mereka tidak menyumbat telinga untuk mendengar, atau memejamkan mata untuk melihat dan tidak pula menutup mata hatinya untuk merasa seperti yang dilakukan orang-orang kafir. Tetapi mereka lebih mengutamakan buta dari petunjuk justeru setelah mereka mendapat keterangan dan penjelasan.

Mereka dalam kegelapan…

Mengharapkan cahaya benderang…

Mereka menyalakan api…

Api menyala menyebar sinar terang…

Cahaya memancar dan menerangi alam sekitar… Semestinya mereka bersyukur dan memanfaatkan cahaya itu, padahal mereka sendiri yang memintanya, maka:

ذَهَبَ اللهُ بِنُورِهِمْ
Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka,

Cahaya yang mereka minta tetapi mereka meninggalkannya lalu Allah memadamkan cahaya itu:

وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَ يُبْصِرُونَ(17)

dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.(17)

Gambaran berikutnya menyingkap tabir kehidupan mereka yang plin plan.

Suara wahyu bergema menyeru mereka menuju jalan yang lurus, menuju ridha Allah dan menuju surga yang luasnya meliputi langit dan bumi, tetapi mereka tidak mendengar… Mereka sangat mengharapkan seorang penuntun yang membimbing mereka menuju alam keselamatan. Pembimbing itu telah tampil di hadapan mereka tetapi mereka tidak mau menyapa dan linglung karena lidah mereka kelu dan bisu… Di bawah sinar kebenaran terhampar jalan lurus dan lempang, tetapi mereka tidak melihat:

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ
Mereka tuli, bisu dan buta,

Apakah yang dapat diharapkan dari manusia munafik ini? Bagaimana mungkin mereka untuk hidup dalam lingkungan iman dan taqwa? Perjalanan hidupnya, langkah demi langkah semakin jauh dari tujuan hidup yang sebenarnya:

فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ(18)
maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).(18)

Kemudian datang tamsilan yang memper-tajam kepribadian orang-orang munafik itu:

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ


atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit

Menurut suatu riwayat, tamsilan ini meng-ambil setting dengan latar belakang peristiwa yang dialami oleh dua orang munafik Medinah yang lari dari Rasulullah SAW kepada orang-orang musyrikin.

Di tengah perjalanan mereka ditimpa hujan lebat, malam gelap pekat, dalam pada itu halilintar dan kilat sabung menyabung. Setiap kali kilat menyambar, maka mereka berjalan, dan bila gelap merekapun berdiri. Ketika suara petir mengguntur mereka menyumbatkan jarinya ke dalam telinga karena tak tahan mendengar suara halilintar dan takut mati. Lalu mereka kembali ke jalan semula dan menyesali perbuatannya menghadap kepada Rasulullah SAW dan memeluk Islam dengan sebaik-baiknya…

Allah SWT menjadikan kedua orang munafik itu sebagai model tamsilan bagi kaum munafikin lainnya yang ada di Medinah… Jika mereka menghadiri majelis Rasulullah SAW maka mereka menutup telinganya dengan jari karena takut kedok mereka akan terbongkar. Atau menunduk-kan wajah karena terpikat hatinya…

Jadi, mereka hidup dalam suasana jiwa yang terbelah dimana rasa takut, kecewa dan busuk hati menyatu dengan rintihan jiwa yang sewaktu-waktu terpikat kepada kebenaran. Tetapi cahaya kebenaran itu segera sirna, dicengkeram oleh kondisi jiwa yang buram kelam… Itulah yang digambarkan dengan ditimpa hujan lebat dari langit:

فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ
disertai gelap gulita, guruh dan kilat;

Dalam hujan badai…

Gelap hitam pekat…

Segelap sehitam hati mereka dipagut angkara murka…

Petir mengguntur memekakkan telinga…

Jantung serasa terbang….

Kilat menyabung menyambar penglihatan…

Harapan dan kecut menyatu…

يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ
mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya,

مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ
karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati.

Begitulah kondisi orang-orang munafik ketika mendengar ayat-ayat Allah yang mengandung peringatan:

وَاللهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ(19)
Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.(19)

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ

Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka.

Kilatan cahaya kebenaran yang datang sekilas menerangi mata hati mereka, lalu diiringi oleh gelap pekat:

كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ
Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu,

Sungguh keadaan yang sangat memprihatin-kan, tak ada ketenangan, tak ada kedamaian, ketenteraman dan kebahagiaan. Sungguh suatu pemandangan yang dramatis, penuh gerak, aktif bercampur kegoncangan; ada yang sesat dan keliru; ada kengerian dan ketakutan, kecemasan dan keraguan, dan ada cahaya dan suara…

وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا
dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.

وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.

Jika itu terjadi, maka mereka akan lebih menderita lagi… Orang tuli dan buta melangkah menembus kegelapan, menempuh sahara luas terbentang, kelam dan kelam semakin mencekam…

إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(20)
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.(20)

Allah SWT berkuasa menyiksa mereka lebih menderita, jika mereka tetap dalam kemunafikannya. Tetapi Allah SWT berkuasa melepas mereka dari demikian jika mereka bertaubat dan hidup dalam lingkungan iman dan taqwa. Sesungguhnya azab akhirat adalah lebih mengerikan dari azab di dunia yang relatif singkat ini…

Firman Allah SWT pada surat An-Nisak:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145) إِلاَّ الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ ِللهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (146) مَا يَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَءَامَنْتُمْ وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيمًا(147)
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempat-kan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (An-Nisak: 145 sd 147)

Sabtu, 09 Mei 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 11 SAMPAI 16


CIRI-CIRI ORANG MUNAFIK

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُوا فِي الأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ(11) أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لاَ يَشْعُرُونَ(12) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا ءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلآ إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لاَ يَعْلَمُونَ(13) وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ(14) اللهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ(15) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (16)
Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."(11) Ingatlah, sesungguh-nya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (12) Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (13) Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".(14) Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (15) Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.(16)

URAIAN AYAT

Kelompok ayat ini merupakan lanjutan ayat yang menerangkan watak orang-orang munafik; dimana mereka mempunyai hati yang kusam dalam ras, terombang ambing antara keimanan dan kekafiran, kadang-kadang mendapat cahaya, namun cahaya itu segera sirna… Mereka merasa pintar dan mampu memperdayakan golongan orang-orang yang bertaqwa, dan berusaha membuat makar untuk menghancurkan ummat beriman. Tiap kali ada kesempatan, maka mereka menikam dari dalam, menggunting dalam lipatan dan menukik kawan seiring. Tetapi apabila kesempatan itu tertutup, maka mereka memperlihatkan sikap seolah-olah dari golongan orang-orang yang beriman dan bertaqwa… Keyakinan mereka kepada kebenaran Nabi Muhammad SAW sangat lemah. Kelemahan keyakinan itu menimbulkan kedengkian, iri hati dan dendam terhadap Nabi SAW, agama dan orang-orang Islam.

Selanjutnya di sini dinyatakan:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُوا فِي الأَرْضِ
Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,

Bumi dijadikan Allah SWT sebagai tempat tinggal kita sementara waktu untuk beribadah kepada Allah SWT dan beramal shaleh sebelum masa kematian – sebagai pintu gerbang akhirat – kita lewati. Maka hendaklah kita pelihara dari segala hal-hal yang akan merusak bumi dari tujuan dimana kita dijadikan Ilahi sebagai khalifah di sini. Tetapi orang-orang munafik malah berbuat sebaliknya… mereka memusuhi orang-orang beriman dan selalu mengupayakan agar nilai-nilai iman itu hancur dari kehidupan.

Mereka adalah penyebar kerusakan… Yaitu kerusakan yang lebih besar dari kerusakan benda; menghasut orang-orang kafir agar memusuhi dan menentang orang-orang Islam. Seharusnya mereka menghentikan perbuatan keji yang mereka lakukan dan segera menjunjung tinggi nilai-nilai iman dan kebenaran, sebelum murka Allah SWT menimpa mereka.
Ketika mereka diingatkan agar menghentikan perbuatan keji ini, maka:

قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ(11)
mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."(11)

Jadi, mereka merasa bahwa perbuatan mereka adalah baik bahkan dengan pongah menyatakan diri sebagai orang-orang yang mengadakan perbaikan (reformis). Mereka berbuat demikian dengan perkiraan bahwa mereka mampu mempermainkan norma. Bila norma keikhlasan dan kesucian jiwa tidak benar lagi, maka rusak pulalah segala neraca dan nilai. Orang-orang yang tidak ikhlas demi Allah, tidak mungkin merasakan akibat jelek dari perbuatannya, karena ukuran baik dan buruk, benar dan salah, di dalam hati nurani telah dipengaruhi oleh hawa nafsu pribadi, bukan dikembalikan kepada konsepi Rabbani…

Jadi, sama sekali tidak ada perbaikan (reformasi) yang tidak bersumber dari keikhlasan dan konsepi Ilahi.

Selanjutnya ayat ini disusul dengan ulasan dan kesimpulan yang pasti:

ألاَ إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan,

Dan sudah merupakan sifat mereka pula untuk berbuat sewenang-wenang dan sombong kepada orang banyak dengan tujuan untuk meraih kedudukan palsu di mata manusia.

وَلَكِنْ لاَ يَشْعُرُونَ (12)
tetapi mereka tidak sadar.(12)

Watak orang-orang munafik yang muncul – ketika ayat ini diturunkan di Medinah – adalah watak yang senantiasa wujud sepanjang sejarah perjuangan ummat Islam.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman",

Tampak nyata bahwa seruan yang ditujukan kepada mereka di Medinah adalah agar mereka beriman dengan keimanan dan keikhlasan yang mantap yang steril dari segala pengaruh hawa nafsu, seperti imannya orang-orang yang ikhlas, yang tergabung dalam barisan muslimin secara menyeluruh, yang menyerahkan diri kepada Allah SWT dan membuka pintu hati nuraninya menerima ajaran Rasulullah SAW sepenuh jiwa… Tetapi mereka menolak seruan itu:

قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا ءَامَنَ السُّفَهَاءُ
mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?"

Mereka menganggap bahwa seruan itu hanya pantas bagi golongan gembel dan pandir, bukan bagi golongan elite yang mempunyai kedudukan. Oleh sebab itu datanglah jawaban tegas dan pasti:

أَلآ إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ
Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,

Mereka orang-orang pandir yang dipermainkan oleh hawa nafsunya sendiri… dan mereka orang-orang yang menyeleweng dari jalan yang lurus karena hendak merebut bunga-bunga kehidupan dunia yang menipu.

وَلَكِنْ لاَ يَعْلَمُونَ (13)
tetapi mereka tidak tahu.(13)

Tetapi, kapan seorang dungu tahu dengan kedunguannya? Kapan seorang yang sesat merasakan bahwa dia telah jauh menyimpang dari jalan yang benar?

Kemudian diungkapkan ciri-ciri orang-orang munafik Medinah dan sejauh mana hubungan mereka dengan golongan Yahudi yang suka berbuat keonaran.

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman."

Mereka menganggap bahwa caci maki itu suatu kekuatan, dan tipu daya keji itu suatu kecerdasan, padahal pada hakikatnya adalah menunjukkan kelemahan dan kenistaan. Karena orang yang kuat tidaklah mencerca dan tidak pula berpura-pura, tidak menipu, tidak bersekongkol, dan tidak mencari-cari kesalahan orang secara sembunyi-sembunyi… tetapi orang-orang munafik tidak berani bersikap jantan. Mereka berpura-pura kalau bertemu dengan orang-orang beriman, karena takut disakiti dan dikucilkan, sekaligus sebagai taktik untuk menyebar teror dan menghancurkan ummat Islam dari dalam…

Seperti telah kita singgung dalam uraian yang sebelumnya, tokoh utama orang-orang munafik Medinah adalah Abdullah bin Ubay bin Salul yang dicalonkan untuk menjadi orang pertama (raja) suku Aus dan Khazraj – setelah kedua suku ini dijerat perang yang berkepanjangan dan mengerikan – namun kehadiran Rasulullah SAW telah merebut hati kedua suku ini dan ajaran Islam telah merobah sikap mental mereka sehingga dengan nikmat Allah maka mereka menjadi bersaudara. Padahal sebelumnya mereka seperti orang-orang yang berada di pinggir jurang api…
Masih adakah lagi kecenderungan hati mereka kepada tokoh manusia biasa yang jiwanya dipengaruhi oleh nafsu ambisius kekuasaan, dimana orang-orang yang dipimpinnya tidak sepi dari kemungkinan untuk dijadikannya sebagai kuda tunggangan pelajang bukit? Padahal di hadapan mereka telah tampil seorang pemimpin yang berat baginya segala yang menyusahkan mereka dan pengasih penyayang kepada orang-orang beriman?

Masih perlukah mereka kepada pemimpin lain padahal pemimpin yang berada di tengah-tengah mereka sama sekali tidak tergiur oleh nilai-nilai keduniaan yang dekil dan kerdil?

Tetapi Abdullah bin Ubay bin Salul dicengkeram oleh kepicikannya. Meskipun sebenarnya Rasulullah SAW bukanlah merebut kekuasaannya, dan Rasulullah SAW adalah seperti matahari yang menyinari kegelapan…

Abdullah bin Ubay bin Salul dan orang-orang yang bersamanya menghadapi dua pilihan; memeluk Islam atau mengkafirinya. Memeluk Islam adalah berlawanan dengan keirian dan kedengkian yang mencengkeram jantungnya, sedangkan mengkafiri Islam sama dengan melawan arus gelombang yang menggunung yang akan menghancurkan ambisi pribadinya yang gila jabatan… oleh sebab itu dia dan pengikutnya memilih sikap munafik.

Kondisi yang mengungkungi Abdullah bin Ubay bin Salul itu pula yang mengungkungi Yahudi Medinah. Mereka dicengkeram oleh kedengkian karena sang Nabi yang mereka harapkan bukan terlahir dari golongan mereka. Di sisi lain kehadiran Rasulullah SAW telah memporak porandakan taktik dan strategi keji selama ini mereka praktekkan pada masyarakat Aus dan Khazraj (golongan mayoritas) dimana dengan mengadu domba kedua suku ini agar selalu bermusuhan telah memberikan keuntungan ekonomi dan politik bagi mereka.

Orang-orang Yahudi ini senantiasa memimpin rencana keji untuk menghancurkan ummat Islam, untuk tampil sebagai otak intlektual bagi orang-orang munafik yang menghancurkan ummat Islam dari dalam.

Orang-orang munafik menganggap orang-orang Yahudi sebagai pemimpin yang disegani, padahal sudah nyata mereka adalah membawa jauh dari kebenaran; itulah syethan yang berbentuk manusia…

وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ
Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka,

Maksudnya: Pemimpin-pemimpin mereka orang-orang Yahudi yang menjadikan orang-orang munafik sebagai alat menghancurkan kaum muslimin dari dalam:

قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14)
mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".(14)

Mereka hanya berpura-pura terhadap orang-orang beriman dengan menampakkan keimanan dan berpura-pura membenarkan… Mereka tidak sadar tindakan mereka itu adalah keliru besar… Mereka tidak merasa bahwa mereka berhadapan dengan Allah SWT; Penguasa langit dan bumi…

اللهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka

Alangkah celakanya mereka!

Mereka menghadapi celaka besar karena yang membalas olok-olokan mereka adalah Allah SWT Penguasa alam semesta…

وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15)

dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.(15)

Allah SWT membiarkan mereka terombang ambing dalam kesesatan tanpa pedoman dan tak tahu tujuan, seperti orang-orang yang berlayar di samudera lepas diterpa badai topan tanpa pedoman dan arah tujuan, lalu tenggelam dan mati mengenaskan…

Di sini jelas terlihat hakikat pimpinan Allah SWT kepada orang-orang beriman dalam menghadapi perjuangan, berupa ketenteraman dan kebahagiaan yang hakiki. Begitu pula akibat akhir yang mengerikan bagi musuh-musuh Allah yang kerdil, dibiarkan terombang ambing dalam kebutaan. Mereka dibiarkan sementara waktu melakukan kekejian, sedangkan di sana, akhir yang mengerikan menunggu mereka. Namun demikian mereka tetap terkatung-katung dalam kelalaiannya.

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,

Mereka dapat meraih petunjuk itu kalau mereka mau. Petunjuk itu telah dibentangkan di hadapan mereka dan telah ada di tangan mereka, tetapi mereka membuangnya… mereka telah membeli kesesatan dengan petunjuk itu, suatu perniagaan yang sangat merugikan dan paling bodoh.

فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ
maka tidaklah beruntung perniagaan mereka

Petunjuk hidup adalah sesuatu yang sangat mahal, tidak dapat diperjual belikan dengan segala atribut duniawi. Namun orang-orang munafik telah sengaja memperjual belikannya demi menge-jar tujuan duniawi yang teramat murah.

Inilah kerugian yang sesungguhnya; kerugian yang menyesatkan dan yang mencelakakan.

وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (16)
dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.(16)

Orang yang tidak mendapat petunjuk adalah orang yang linglung dan senantiasa dalam kecemasan dan kebingungan! Mereka seperti orang yang dalam kegelapan… kegelapan itu mengundang rasa takut… Hati nurani mereka menjerit mengharapkan cahaya yang akan tiba.. tetapi mata mereka tidak mampu menantang cahaya yang menerangi alam…