Jumat, 26 November 2010

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 55 S/D 59


 WATAK BANI ISRAIL
(Lanjutan ayat)
وَإِذْ قُلْتُمْ يَامُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ(55) ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(56) وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ(57) وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ(58) فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَولاً غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ(59)
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. (55) Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.(56) Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.(57) Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".(58) Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.(59)
URAIAN AYAT
Kelompok ayat di atas masih membicarakan tentang tingkah laku Bani Israil menerima perintah Allah.
Di sini juga diterangkan sikap keras kepala mereka yang hanya akan mempercayai Musa bila mereka melihat Allah SWT dengan mata kepala, lalu mereka disambar petir hingga mati.
Kemudian Allah menghidupkan mereka kembali dan dapat merasakan kekuasaan Allah SWT menghidupkan manusia setelah mati, supaya mereka bersyukur.
Ketika mereka berada di padang pasir tandus, maka mereka dipayungi Allah dengan awan dan Allah turunkan kepada mereka manna (sejenis manisan) dan salwa (sejenis burung puyuh yang jinak bila ditangkap dagingnya bisa langsung dimakan dengan diolesi manna), tetapi mereka tidak bersyukur.
Allah SWT memerintahkan kepada mereka memasuki Palestina, mempersilakan kepada mereka memakan hasilnya sesuka hati dengan syarat; hendaklah mereka melewati pintu gerbangnya dengan bersujud kepada Allah sambil mengucapkan ungkapan "ampunilah dosa-dosa kami". Perintah ini ternyata diplesetkan oleh mereka yang zalim, maka Allah menurunkan azab kepada mereka dari langit, disebabkan oleh kefasikan mereka.
وَإِذْ قُلْتُمْ يَامُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللهَ جَهْرَةً
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang",
Tampak nyata betapa kerasnya hati mereka menerima prinsif iman. Mereka mengkhayalkan wujud Allah seperti benda-benda yang dapat ditangkap indera penglihatan. Barangkali pola pikir demikian karena masih terpengaruh oleh keadaan bangsa Mesir yang selama ini menjajah mereka, dimana bangsa itu mempertuhankan benda-benda dan menganggap Fir'aun sebagai titisan tuhan.
Begitulah Bani Israil, kesat dalam perasaan, materialistis dalam berfikir dan tertutup dari sumber ghaib. Kebandelan mereka diganjar Allah SWT dengan malapetaka pada waktu yang ditetapkan:
فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ(55)
karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.(55)
Sungguhpun demikian mereka masih diberi kesempatan untuk bangkit kembali agar mereka bersyukur:
ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(56)
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.(56)
Kita tidak akan membahas lebih mendalam tentang pengertian "mati" di sini, yang menurut sebagian mufassir ialah mati yang sebenarnya, dan menurut yang lain adalah pingsan akibat disambar halilintar…
Lintasan berikutnya mengingatkan Bani Israil kepada masa-masa sulit yang hebat. Namun perlindungan Allah kepada mereka tetap tercurah… Allah memelihara mereka dari bahaya kelaparan, kekeringan dan sengatan sinar terik mentari:
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa".
كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu.
Apakah mereka bersyukur kepada Allah?
Ternyata tidak!
وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ(57)
Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Selanjutnya:
وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis),
Baitul Maqdis merupakan negeri yang diperin-tahkan Tuhan untuk dimasuki Bani Israil setelah mereka keluar dari Mesir. Mereka diperintah untuk mengusir kaum jabbarin (yang buas dan bengis), namun mereka enggan melakukannya, bahkan secara sembrono melontarkan perkataan tidak bermoral kepada Musa, agar berperang bersama Tuhannya menghadapi kaum itu. Akibat tindakan tadi, maka mereka disesatkan Allah di padang tandus selama 40 tahun, sampai datang generasi baru di bawah pimpinan Yusa' bin Nun yang kemudian menaklukkan dan memasuki negeri itu.
فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا
dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai,
Limpahan karunia yang begitu besar harus mereka syukuri dengan bersujud kepada Ilahi serta tunduk menjalankan perintahNya.
وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا
dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud,
Jiwa yang sujud disertai dengan keinsafan atas pengakuan dosa, karena dosa adalah batu penarung langkah meniti ridha Allah…
وَقُولُوا حِطَّةٌ
dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa",
Jika petunjuk ini dituruti:
نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ
niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu.
Di samping itu:
وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ(58)
Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".(58)
Apakah mereka konsisten menjalankan perintah? Dan maukah mereka mengucapkan kata-kata seperti yang diajarkan?
Ternyata penyelewengan juga yang terjadi! Meskipun peristiwa itu terjadi sepeninggal Musa, namun masih tetap dalam corak ragam yang sama, dalam lagu yang sama; diliputi kedurhakaan, keras kepala dan zalim…
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَولاً غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ
Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka.
Mereka akhirnya menuai hasil dari kezaliman dan kefasikan itu:
فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ
Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit,
Menurut ahli tafsir, Tuhan menimpakan kepada mereka wabah penyakit tha'un, seperti sabda Rasulullah SAW:
الطَاعُونُ رِجْزُ عَذَاب عُذِّبَ بِهِ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ (رواه النسآئى)
"Tha'un adalah siksaan azab yang dengan itu disiksa ummat sebelummu." (HR. An-Nasai)
بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ(59)
karena mereka berbuat fasik.(59)
Fasik adalah menyeleweng dan keluar dari jalur kebenaran.
Jadi, segala tipu dan segala keji yang dilem-parkan Yahudi Medinah kepada Rasulullah SAW dan ummat beriman adalah bersumber dari watak fasik yang kental.

Kamis, 04 November 2010

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 47 S/D 54 WATAK BANI ISRAIL (Lanjutan ayat)


يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (47) وَاتَّقُوا يَوْمًا لاَ تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلاَ هُمْ يُنْصَرُونَ (48) وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاَءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (49) وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (50) وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (51) ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(52) وَإِذْ ءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (53) وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ(54)
Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat(47) Dan jagalah dirimu dari (`azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. (48) Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.(49) Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.(50) Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadi-kan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.(51) Kemudian sesudah itu Kami ma`afkan kesalahan-mu, agar kamu bersyukur.(52) Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.(53) Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."(54)
URAIAN AYAT
Ayat di atas kembali menyeru Bani Israil dengan mengingatkan lagi nikmat Allah kepada mereka, lalu memperingatkan mereka akan hari yang sangat menakutkan…
يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ
Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu
وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ(47)
dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat(47)
Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah SWT dan dilebihkanNya dari segala ummat ialah nenek moyang mereka yang berada di masa Musa a.s.
Segala nikmat yang dilimpahkan kepada mereka adalah bersifat temporer yakni; selama mereka tetap konsisten menjalankan tugas-tugas pengabdian dan kekhilafahan yang diserahkan kepada mereka… tetapi manakala mereka melalaikan itu, maka nikmat tadi berganti dengan prahara dan duka nestapa.
Seiring dengan mengingat nikmat, maka mereka diperingatkan pula kepada bencana hari kiamat yang jauh lebih berbahaya dari segala azab sengsara di dunia ini:
وَاتَّقُوا يَوْمًا لاَ تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا
Dan jagalah dirimu dari (`azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun;
Pada waktu itu tiap-tiap diri tergadai dengan hasil usahanya dan dirinya sendirilah sebagai borogh… setiap orang pada waktu itu, jangankan untuk membela diri orang lain, sedangkan untuk membela dirinya sendiri tiada berdaya.
وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ
dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at
Syafa'at adalah usaha perantaraan dalam memberikan suatu manfa'at bagi orang lain atau mengelakkan suatu mudharat bagi orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir. Allah SWT menerangkan pada ayat lain bahwa ada orang yang dikehendakiNya yang mampu memberi syafa'at kepada orang lain, seperti para nabi. Namun tidak ada sama sekali syafa'at yang dapat menolong orang yang tidak beriman dan tidak beramal shaleh; tidak ada tebusan bagi perbuatan kafir dan maksiat.
وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلاَ هُمْ يُنْصَرُونَ(48)
dan tiada diterima tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.(48)
Kemudian Allah SWT mengingatkan nikmat yang telah dianugerahkan kepada Bani Israil:
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ
Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya;
Jadi khayalan dan perasaan mereka kembali dirangsang untuk mengingat kesengsaraan yang telah dialami nenek moyang mereka semasa Fir'aun. Dibayangkan bagaimana beratnya azab derita tindih menindih…
يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ
mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya,
Selanjutnya disebutkan bentuk dari azab itu:
يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ
mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan.
Tindakan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya adalah bertujuan untuk melemahkan kekuatan Bani Israil dan pembersihan etnis, karena khawatir bakal muncul seorang anak laki-laki dari kalangan Bani Israil yang akan menghancurkan kerajaan-nya.
وَفِي ذَلِكُمْ بَلاَءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ(49)
Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.(49)
Penderitaan dan cobaan yang sedemikian berat tidak hilang begitu saja seperti membalik telapak tangan. Jika manusia berdialog dengan hati nurani maka tentulah ia akan insaf bahwa; untuk keluar dari semuanya adalah memerlukan perjuangan pahit dan kesabaran yang pantang menyerah.
Lebih daripada itu adalah nikmat Allah SWT yang telah membukakan jalan bagi mereka untuk keluar dari kemelut berkepanjangan…
Dalam kaitan ini sekilas Bani Israil diingatkan kepada Musa yang telah memimpin mereka melepaskan diri dari cengkeraman kekejaman Fir'aun.
Di sini tidak diperincikan adegan-adegan sejarah itu karena fokus perhatian hanyalah tertuju kepada mengingatkan Bani Israil atas nikmat Allah yang justeru mereka abaikan.
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ
Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu
Pada waktu Musa a.s. membawa Bani Israil keluar dari negeri Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Fir'aun bersama pengikut-pengikutnya, maka mereka harus menempuh laut Merah sebelah utara, maka Tuhan memerintahkan kepada Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut. Perintah tadi dilaksanakan Musa, lalu terbentang jalan raya hingga ke seberang sana, dan Musa bersama kaumnya melewati jalan itu dengan selamat… Fir'aun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi setelah mereka berada di tengah laut, maka laut kembali seperti semula, lalu mereka mati tenggelam.
وَأَغْرَقْنَا ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ(50)
dan Kami tenggelamkan (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.
Setelah peristiwa tadi dilukiskan pula tentang sikap berkepala batu yang mereka tampilkan, justeru berlangsung pada waktu Musa bepergian memenuhi janjinya dengan Allah SWT di atas bukit Thursina. Betapa rapuhnya keimanan mereka dan betapa mudahnya mereka diajak menyeleweng dari kebenaran.
وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam,
ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ(51)
lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.(51)
Patung anak lembu itu mereka buat dari emas untuk disembah karena ajakan Samiri (lebih lanjut diuraikan Al-Quran pada surat Thaha)… Inilah kezaliman yang sangat besar.
Meskipun demikian Allah SWT masih membukakan rahmatNya kepada mereka supaya mereka bersyukur:
ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(52)
Kemudian sesudah itu Kami ma`afkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.(52)
Dengan Taurat yang telah diturunkan kepada Musa maka terbentang jalan hidup yang terang di hadapan mereka, sehingga mereka dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
وَإِذْ ءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ
Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah,
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(53)
agar kamu mendapat petunjuk.(53)
Ayat berikutnya mengambarkan tentang pelajaran pahit yang diberikan Allah SWT kepada mereka yang terlibat dalam penyembahan patung anak lembu. Dan memang sudah selayaknya bagi mereka yang berkepala batu dan terbiasa melakukan penyelewengan fatal di bidang akidah sebegini rupa, untuk dihentikan secara total dari hiruk pikuk dunia. Allah membuka jalan bagi mereka untuk kembali ke lingkungan hamba yang taqwa dengan syarat yang sangat berat… Mereka harus meliwati pintu kematian. Kematian itu sendiri sebenarnya adalah suatu yang pasti dilalui oleh seluruh yang bernyawa… Orang yang memahami hakikat hidup dan mati tidaklah akan gamang menghadapi maut, walaupun kematian itu menyakitkan… Namun, apakah arti kesakitan tadi bagi mereka yang sudah pasti menghadap Tuhan dalam keadaan ridha dan diridhaiNya?
Jika taubat menempatkan kita dalam surga yang kekal, maka maut bukanlah pintu gerbang yang harus digentarkan.
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:
يَاقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ
"Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu),
فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ
maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu.
Tentang ungkapan "bunuhlah dirimu" ada yang mengartikan bahwa orang-orang yang tidak terlibat menyembah patung anak lembu, membunuh mereka yang terlibat.
Menurut yang lain; mereka yang terlibat hendaklah membunuh satu sama lain. Sementara pendapat lain adalah; mereka yang terlibat diperintah untuk membunuh diri masing-masing.
Kemudian ditegaskan:
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ
Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu.
إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ(54)
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."(54)
Jadi, di balik kematian sudah menanti keampunan… Di balik penderitaan maut sudah menunggu kasih sayang Ilahi… di balik kesengsaraan ada limpahan nikmat.