Rabu, 02 Januari 2013

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 104 S/D 110



 WATAK BANI ISRAIL

(Lanjutan ayat)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ(104) مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلاَ الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَاللهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ(105) مَا نَنْسَخْ مِنْ ءَايَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(106) أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ(107) أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ(108) وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(109) وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا ِلأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللهِ إِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ(110)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa`ina", tetapi katakanlah : "Unzhurna", dan "dengarlah". Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih.(104) Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.(105) Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?(106) Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.(107) Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.(108) Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(109) Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.(110)
URAIAN AYAT
Kumpulan ayat ini ditujukan kepada kaum muslimin agar menghindari prilaku Yahudi yang keji karena kedengkian yang membakar hati mereka, karena Allah SWT mengangkat Muhammad SAW menjadi rasul; bukan dari golongan mereka.
Kaum Yahudi mempergunakan kata-kata yang biasa diucapkan kaum muslimin kepada Rasulullah SAW tetapi disertai oleh penyamaran ungkapan dimana ungkapan "Raa'inaa" yang berarti "sudilah kiranya kamu memperhatikan kami". Mereka menyamarkan ungkapan itu untuk maksud keji. Di kala para sahabat menghadapkan ungkapan kata ini kepada Rasulullah SAW, maka orang Yahudipun memakai kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut "Raa'inaa" padahal yang mereka katakan "Ru'unah" yang berarti "kebodohan yang sangat", sebagai ejekan kepada Rasulullah SAW. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya para sahabat menukar perkataan "Raa'ina" dengan "Unzhurna", yang semakna dengannya.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَقُولُوا رَاعِنَا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa`ina",
Dari ungkapan ayaat di atas jelaslah watak Yahudi yang suka mempermainkan lidah, memplesetkan atau mengucapkan kata-kata dengan cara yang salah. Watak keji yang mereka hadapkan kepada Nabi SAW, karena mereka takut memaki beliau secara langsung, oleh karena itu mereka menempuh cara curang, yang hanya mungkin dilakukan oleh orang-orang pandir dan konyol. Itu pula sebabnya kaum muslimin dilarang mengucapkan kata-kata yang diselewengkan Yahudi tadi, lalu mereka disuruh menggantinya dengan ungkapan yang berarti sama:
وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا
tetapi katakanlah : "Unzhurna", dan "dengarlah".
Ummat beriman diperintah untuk mendengar dengan pengertian ta'at, dan mereka diperingatkan bahwa bagi orang-orang kafir dipersiapkan azab yang pedih:
وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ(104)
Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih.
Setelah itu Allah SWT mengungkapkan kepada kaum muslimin niat jahat dan permusuhan yang sangat besar di dalam hati orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلاَ الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ
Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu.
Kedengkian mereka bukan kepalang, karena Allah menurunkan kebajikan kepada kaum muslimin dengan mengutus Muhammad SAW pembawa rahmat bagi semesta alam. Di bawah bimbingan Muhammad SAW maka Allah SWT mengeluarkan mereka dari kegelapan jahiliyan kepada cahaya iman yang terang benderang; dari kubangan akhlakul mazmuumah (tercela) menuju lapangan akhlakul kariimah.
وَاللهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ
Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian);
وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ(105)
dan Allah mempunyai karunia yang besar.(105)
Tidak ada nikmat yang lebih agung dari nikmat kenabian dan kerasulan… dan tiada nikmat yang lebih besar dari nikmat iman dan Islam. Dengan nikmat itu manusia dapat menjalani hidup yang benar dan selamat menuju tujuan kewujudannya dunia dan akhirat.
Orang-orang Yahudi senantiasa berusaha melemahkan akidah kaum muslimin dengan propaganda-propaganda palsu. Propaganda ini semakin memuncak pada waktu peristiwa perobahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah, 16 bulan setelah hijrah. Sebelumnya Nabi SAW menghadap di waktu shalat di permulaan hijrah ke arah Baitul Maqdis, kiblat orang-orang Yahudi. Hal ini dijadikan Yahudi sebagai alasan kuat untuk menyatakan bahwa agama merekalah yang benar, dan kiblat merekalah yang benar. Ini pula yang menyebabkan Rasulullah SAW yang walaupun ingin beralih kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah namun beliau tidak menyatakannya secara terus terang, sehingga akhirnya dikabulkan Allah SWT, melalui firmanNya di dalam surat Al-Baqarah ini (seperti terlihat pada kumpulan ayat 142 sd 152 pada juz II).
Mengingat peralihan Kiblat ini mengakibatkan musnah dan batalnya alasan Yahudi dan mereka merasa sangat merugi dan menyesal, maka mereka lantas melancarkan propaganda-propaganda licik yang bertujuan untuk menimbulkan keragu-taguan kaum muslimin kepada sumber perintah yang diterima oleh Rasulullah SAW. Mereka mulai menghujat akidah kaum muslimin dan menyebar issue: "Jika menghadap ke Baitul Maqdis itu salah, maka shalat dan ibadat yang kamu lakukan selama ini adalah sia-sia belaka. Jika benar maka untuk apa dirobah?!"
Propaganda keji dan makar ini ternyata mempengaruhi sebagian kaum muslimin  sehingga mereka mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah SAW meninta bukti-bukti dan dalil… suatu yang tidak sesuai dengan kemantapan hati yang mutlak kepada kepemimpinan Rasulullah SAW, sekaligus kepada sumber akidah Yang mengutus beliau SAW.
Selanjutnya mereka mempersoalkan lagi tentang ayat-ayat nasikh dan mansukh, maka Allah menurunkan ayat berikut yang menjelaskan bahwa masalah wahyu adalah hak mutlak Allah SWT. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, berbuat menurut kehendakNya dan Dia adalah Pemilik kerajaan langit dan bumi.
Jadi masalah menasakhkan (menghapuskan atau menukar) suatu ayat sama sekali bukan otoritas Muhammad dan bukan pula bisa diutak-atik menurut selera Yahudi, tetapi menjadi hak mutlak Allah SWT, karena sesuatu hikmah yang hanya Dia semata Maha Mengetahuinya… Menghujat suatu ayat adalah prilaku kurang ajar di hadapan Allah yang hanya mungkin dilakukan oleh manusia durjana yang keras kepala.
مَا نَنْسَخْ مِنْ ءَايَةٍ أَوْ نُنْسِهَا
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya,
نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا
Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya.
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(106)
Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?(106)
Mengapa problema penasakhan ayat ini dibesar-besarkan dan dijadikan alasan untuk menghujat otoritas Allh SWT?
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah?
Karena Allah Pemilik kerajaan langit dan bumi maka Dia pula yang berhak menentukan aturan-aturan yang mengatur organisasi semesta ini. Dia Maha Mengetahui, ilmuNya meliputi segala… Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kasih dan sayangNya tiada terhingga… Maka tidak mungkin ayat-ayat yang diturunkanNya kepada hambaNya sepi dari hikmah… dan sudah pasti penghapusan dan penukaran suatu ayat yang telah diturunkan-Nya kepada RasulNya adalah demi kemaslahatan hamba-hambaNya juga.
Propaganda yang disebar pihak Yahudi dan orang-orang yang benci kepada Islam, tidak boleh mempengaruhi orang-orang beriman. Mengikuti alam pikiran mereka yang tidak beradab di hadapan Allah berarti suatu penyimpangan yang hanya mengundang murka Allah SWT belaka.
وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ(107)
Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.(107)
Ayat selanjutnya mengungkap realitas sejarah yang pernah terjadi antara Bani Israil dengan Musa pada masa dahulu. Mereka meminta permintaan yang bukan-bukan kepada Musa.
Perbuatan begini selayaknya dijauhi oleh kaum mukmin, karena tabiat demikian menunjukkan kelemahan hati dalam memegang teguh prinsip Islam!
أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ
Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu?
Permintaan apakah itu?
Di sini tidak dijelaskan. Tetapi apabila kita mengikuti uaraian-uraian ayat lain di dalam surat ini, maupun pada surat-surat lain di dalam Al-Quran, maka kita akan menemukan bahwa permintaan Bani Israil itu bermacam-macam, namun tetap disertai oleh prilaku yang tidak senonoh. Seperti mereka meminta Musa untuk memohon kepada Tuhannya menerangkan hakikat, sifat-sifat dan ciri-ciri sapi betina, pada waktu mereka diperintah menyembelihnya. Ketidak sopanan mereka dalam menerima perintah berakhir dengan menyulitkan mereka sendiri… Atau, mereka meminta Musa memper-lihatkan Allah secara kasat mata…
Permintaan Yahudi yang bermacam-macam itu adalah dimotivasi oleh sikap kekafiran yang mengkristal di lubuk hati mereka, di samping menukar iman dengan kekafiran.
وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ(108)
Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.(108)
Jadi, ummat beriman tidak layak mencontoh tabiat Yahudi itu, apalagi mengajukan permintaan yang bukan-bukan kepada Rasulullah SAW.
Selanjutnya kembali kaum muslimin diingatkan kepada hakikat yang terkandung di dalam jiwa sebagian Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani). Yaitu keinginan untuk memurtadkan kaum muslimin dari iman. Keinginan itu sendiri didorong oleh kedengkian yang timbul dari diri mereka sendiri setelah nyata bagi mereka kebenaran.
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman,
حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.
فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا
Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka,
حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ
sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.
إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(109)
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(109)
Ma'afkanlah dan biarkanlah mereka sampai datang waktunya Allah menurunkan perintah untuk memberi keizinan memerangi dan mengusir orang Yahudi dari Medinah.
Di sela-sela penjelasan ayat tentang propaganda licik dan kebusukan hati yang ada pada pihak Yahudi dan orang-orang yang memusuhi Islam ini, maka Allah SWT memberikan suatu therapi dan solusi; guna menguatkan ikatan akidah dan hubungan yang mantap denganNya, sehingga tidak terpengaruh oleh sepak terjang pihak-pihak lain.
وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
Shalat sebagai media yang menghubungkan antara hamba dengan Khaliqnya. Dan zakat di samping suatu ibadah yang mewujudkan kesucian antara hamba dengan Khaliqnya, maka zakat adalah sebagai media yang mengikat solidaritas dan persaudaran sesama orang-orang mukmin.
وَمَا تُقَدِّمُوا ِلأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللهِ
Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah.
Gemar berbuat kebajikan dan jangan meremehkan kebajikan, sekecil apapun bentuknya!
إِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ(110)
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.(110)