Minggu, 06 September 2015

TERJEMAHAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 243 SD 252

KEWAJIBAN JIHAD DAN MENGELUARKAN HARTA DI JALAN ALLAH

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُونَ(243) وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ(244) مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ(245) أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلاَّ تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلاَّ نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلاَّ قَلِيلاً مِنْهُمْ وَاللهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ(246) وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(247) وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ ءَايَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ ءَالُ مُوسَى وَءَالُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلاَئِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(248) فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلاَّ مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ  فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلاَّ قَلِيلاً مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ قَالُوا لاَ طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاَقُو اللهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ(249) وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (250) فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَءَاتَاهُ اللهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأَرْضُ وَلَكِنَّ اللهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ(251) تِلْكَ ءَايَاتُ اللهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (252)

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (243) Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (244) Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapang-kan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembali-kan. (245) Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. (246) Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerin-tahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerin-tahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (247) Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesung-guhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. (248) Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali men-ceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (249) Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokoh-kanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (250) Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagi-an yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (251) Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus. (252)

URAIAN AYAT

Kumpulan ayat di atas membicarakan tentang kewajiban jihad di jalan Allah, yang diawali dengan perintah kepada ummat beriman untuk memperhatikan prilaku beribu-ribu orang yang lari meninggalkan kampung halamannya karena takut mati. Kemudian Allah memperlihatkan kekuasaannya kepada mereka dengan mematikan mereka, lalu menghidupkan mereka kembali.

Selanjutnya Allah SWT menyeru ummat beriman untuk berjihad di jalanNya, agar mau menginfakkan rezeki yang dikurniakanNya. Dan Allah berjanji untuk melipat gandakan pahalanya bagi mereka yang berinfak…

Kemudian dilanjutkan dengan kisah Bani Israil sepeninggal Musa, bagaimana sikap pemimpin-pemimpin mereka yang meminta kepada Nabi mereka untuk memilih seorang raja sebagai pemimpin mereka dalam berperang. Diuraikan pula sikap mereka yang tidak konsisten dan tidak teguh memegang janji, serta akibat yang mereka alami setelah demikian.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; 

فَقَالَ لَهُمُ اللهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ

maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. 

إِنَّ اللهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُونَ(243)

Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (243)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas sebagai berikut:

Terdapat berbagai pendapat ahli tafsir tentang "orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, yang beribu-ribu jumlahnya, karena takut mati". Menurut suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa mereka berjumlah empat ribu jiwa… Menurut yang lain, delapan ribu jiwa. Menurut Abu Shaleh: sembilan ribu jiwa. Menururt versi lain dari Ibnu Abbas: empat puluh ribu jiwa. Wahab bin Munabbih dan Abu Malik berkata: Mereka lebih dari tiga puluh ribu jiwa. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata: "Mereka adalah penduduk negeri yang bernama Zawirdan", dan begitu yang dikatakan oleh As-Suddi dan Abu Shaleh. Ia menambahkan yaitu "(negeri) dari jurusan Wasith". Said bin Abdul Aziz berkata: Mereka penduduk Azri'at. Ibnu Juraij berkata yang bersumber dari 'Athak yang mengatakan seperti ini. Ali bin 'Ashim berkata: Mereka adalah penduduk Zawirdan sebuah negeri satu farsakh dari jurusan Wasith, dan Waki' bin Al-Jarrah berkata di dalam Tafsirnya. Kepada kami diceriterakan oleh Sufyan dari Maisarah bin Habib An-Nahdi, dari Al-Minhal bin 'Amru Al-Asadi yang bersumber dari Said bin Jubair dari Ibnu 'Abbas: "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati…" Mereka adalah empat ribu orang yang keluar melarikan diri dari penyakit tha'un. Mereka berkata: Mari kita mendatangi negeri yang tidak ada kematian di sana. Selanjutnya, sewaktu berada di tempat ini dan itu, Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kalian semuanya", maka merekapun mati. Lalu lewat di dekat mereka salah seorang Nabi, kemudian berdo'a kepada Tuhan-nya untuk menghidupkan mereka. Maka Tuhan menghidupkan mereka kembali, demikianlah firman Allah 'azza wa jalla "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati…"

Disebutkan oleh sejumlah orang dari kalangan Salaf bahwa; mereka adalah suatu kaum dari penduduk suatu negeri di zaman Bani Israil dahulu kala, yang negeri mereka keracunan makanan, dan dengan demikian mereka ditimpa bencana dakhsyat. Lalu mereka keluar melarikan diri dari maut ke arah daratan. Maka mereka berhenti di sebuah lembah yang harum semerbak, mereka memenuhi ke dua pinggir lembah itu. Kemudian Allah mengutus dua orang malaikat kepada mereka; seorang dari bagian terendah lembah, dan yang lain dari bagian tertinggi lembah, lalu keduanya berteriak keras kepada mereka sekaligus. Maka mereka mati seluruhnya. Mereka digiring ke tempat yang berpagar, dan dibangun sebuah dinding untuk mereka, mereka-pun hilang, terkoyak-koyak dan bercerai berai. Setelah berlalu suatu masa, maka lewatlah di dekat mereka salah seorang Nabi dari Bani Israil yang bernama Hazkial. Ia bermohon kepada Allah agar menghidupkan mereka kembali di hadapannya. Maka Allah memperkenankan do'anya, dan me-merintahkan untuk mengatakan: Wahai tulang-tulang yang hancur luluh! Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk berkumpul. Maka berkum-pullah masing-masing tulang kepada jasad masing-masing. Kemudian Allah menyuruhnya untuk berseru: Wahai tulang-tulang, sesungguh-nya Allah menyuruhmu agar dibungkus dengan daging, urat-urat dan kulit. Maka terjadilah demi-kian, sedang dia (Hazkial) menyaksikannya. Kemudian ia diperintah untuk berseru: Wahai arwah, sesungguhnya Allah menyuruhmu, agar masing-masing roh kembali ke jasadnya dahulu. Maka mereka berdiri hidup kembali. Mereka melihat, mereka telah dihidupkan Allah setelah tidur yang panjang, dan mereka berkata: "Maha suci Engkau, tiada tuhan selain Engkau…" Dalam kehidupan mereka itu terdapat ibarat dan dalil yang pasti atas kembalinya roh kepada jasmani pada hari kiamat kelak, karena inilah Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia", maksudnya dalam ayat-ayat yang mempesonakan, bukti-bukti yang pasti dan, argumentasi yang tidak dapat dibantah ini "tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur". (Tafsir Ibnu Katsir)

Jadi, bertitik tolak dari realitas yang terkandung pada ayat di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa manusia sama sekali tidak dapat melarikan diri dari maut, bila waktu yang ditetapkan datang menjelang… Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan manusia yang telah mati. Maka sudah pada tempatnya, manusia memper-gunakan nikmat hidup sekarang dengan sebaik-baiknya demi kebahagiaannya di akhirat.

Selanjutnya, pada ayat berikut Allah SWT menyeru ummat beriman:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (244)

Allah mendengar ucapan kata dan mengetahui apa yang di balik itu…

Jihad di jalan Allah menuntut pemberian dan pengorbanan… Memberikan harta dan menginfak-kannya di jalan Allah… Kadang-kadang Al-Quran menyebut kata "jihad" dan "perang" sebulum kata "fii sabilillah" itu.

Pada masa ayat Al-Quran diturunkan, pelak-sanaan jihad adalah secara sukarela. Seorang mujahid menginfakkan dirinya sendiri, dimana kadang-kadang dia tidak mempunyai harta yang menyokongnya untuk berjihad. Maka di sini datanglah seruan berikut:

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), 

فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً

maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.

Jika maut dan hidup di tangan Allah… Maut tidak akan datang sebelum waktu yang ditentukan Allah… Kemudian maut yang dijalani dalam berperang menegakkan agama Allah, akan dibalas dengan surga yang penuh kenikmatan… Maka demikian pula dengan harta benda…, berinfak di jalan Allah sama sekali tidaklah akan mencelaka-kan seseorang… Tidak akan menjerumuskan se-seorang ke dalam kesengsaraan… karena Allah SWT akan menggantinya dengan pahala yang berlipat ganda:

وَاللهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ(245)

Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (245)

Pada ayat berikut Allah SWT mengungkapkan tentang sikap plin plan yang ditampilkan oleh pemuka-pemuka Bani Israil dalam berjihad atau berperang menegakkan agama Allah:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, 

إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللهِ

yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah".

Terdapat perbedaan pendapat ahli tafsir tentang nama nabi yang dimaksud. Ada yang mengatakan "Yusa' bin Nun". Yang lain berpendapat "Sam'un". Dan ada pula yang mengatakan "Samuel". Wallau a'lam!

Peristiwa itu terjadi ketika mereka terusir dari Palestina dan ditindas oleh pengusa zalim yang menyembah berhala, bernama Jalut. Jalut mempu-nyai bala tentara yang sangat besar.

Menanggapi permohonan pemuka Bani Israil yang meminta, diangkatnya seorang raja yang memimpin mereka berperang di jalan Allah ini, maka:

قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلاَّ تُقَاتِلُوا

Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang."

Jadi Nabi mereka mempertanyakan kesungguhan hati mereka, sebelum memperkenankan permohonan mereka itu.

Dengan semangat menggebu-gebu, yang di-sertai dengan alasan dan argumentasi meyakinkan mereka menanggapi:

قَالُوا وَمَا لَنَا أَلاَّ نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا

Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?"

Inilah landasan yang terkuat untuk melakukan perang di jalan Allah… Perang bertujuan untuk mempertahankan agama Allah, membela diri, melawan kezaliman, pengusiaran dan penindasan yang menyengsarakan keluarga dan anak-anak…

Realitas belakangan jauh sekali dari yang diharapkan. Ternyata perbuatan mereka tidak sejalan dengan yang mereka ucapkan:

فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلاَّ قَلِيلاً مِنْهُمْ وَاللهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (246)

Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. (246)

Kemudian kita diajak untuk memperhatikan dengan kacamata iman, bagaimana sikap mereka yang tidak konsisten:

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesung-guhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu".

Apakah keputusan ini mereka terima dengan dada lapang?

Ternyata tidak!

قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ

Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?"

Suatu penilaian yang materialistis yang sama sekali bertentangan dengan iman. Dimana kekaya-an materil dijadikan tolok ukur dalam mengangkat seorang raja, atau kepala pemerintahan… 

قَالَ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ

(Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahi-nya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." 

وَاللهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(247)

Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (247)

Dengan tegas dapatlah disimpulkan alasan pengangkatan Thalut menjadi raja (1) karena ia dipilih Allah (2) karena ilmunya luas (3) karena badannya sehat dan kuat.

Penjelasan ini diiringi dengan penjelasan tentang tanda-tanda:

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ ءَايَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ

Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu,

Tabut adalah kotak tempat penyimpanan Nas-kah Taurat yang diberikan Allah kepada Musa, yang telah lama hilang dari mereka.

فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ ءَالُ مُوسَى وَءَالُ هَارُونَ

di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; 

تَحْمِلُهُ الْمَلاَئِكَةُ

tabut itu dibawa oleh Malaikat.

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(248)

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. (248)

Tanda-tanda yang disebutkan itu sudah cukup bagi mereka untuk menerima Thalut menjadi raja, jika mereka adalah orang-orang beriman…

Episode berikutnya menggambarkan bentuk ujian yang mereka jalani dalam berjihad...

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai.

Thalut berangkat bersama pasukannya, dan pemimpin Bani Israil yang setia kepadanya ke medan perang. Menurut As-Suddi; sebanyak delapan puluh ribu pasukan. Pada waktu itulah ia mengatakan: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai.". Menurut Ibnu Abbas dan lain-lain: Yaitu sebuah sungai yang terletak antara Yordania dengan Palestina, yakni; sungai As-Syari'ah (sungai Yordania) yang masyhur.

فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي

Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. 

وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلاَّ مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ 

Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku." 

فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلاَّ قَلِيلاً مِنْهُمْ

Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.

Menurut As-Suddi: Jumlah pasukan sebanyak delapan puluh ribu orang. Yang melakukan pelanggaran tujuh puluh enam ribu. Dan yang tersisa bersama Thalut empat ribu orang saja.

فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ

Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, 

قَالُوا لاَ طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ

orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya."

Mereka tidak sanggup lagi untuk maju ke medan perang…

Tetapi mereka yang beriman dan telah lulus ujian, sama sekali tidak gentar, dan mereka yakin akan pertolongan Allah:

قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاَقُو اللهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ

Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.

Kemenangan tidak terletak pada jumlah pasukan yang banyak. Tetapi tergantung kepada pasukan yang bermutu… Itulah pasukan yang beriman dan sabar…

وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ(249)

Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (249) 

Episode berikut menggambarkan keteguhan iman dan keberanian Thalut bersama bala tentara-nya, setelah mereka berhadapan dengan pasukan Jalut yang sangat besar… Dengan iman yang mantap dan penyerahan diri yang bulat mereka berdo'a kepada Allah:

وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (250)

Pada akhirnya pasukan Thalut berhasil mengalahkan pasukan Jalut dengan izin Allah:

فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللهِ

Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu)

Nabi Daud yang masih muda beliau termasuk anggota pasukan Thalut, berhasil membunuh Jalut dengan pelontar yang ada di tangannya.

وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ

Daud membunuh Jalut,

Setelah Thalut meninggal maka Allah mem-berikan pemerintahan dan hikmah kepada Daud:

وَءَاتَاهُ اللهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ

kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.

Di penghujung kisah Bani Israil ini Allah SWT memaparkan hikmah disyari'atkan peperangan, yaitu; dalam rangka menjaga keseimbangan bumi dari kerusakan:

وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأَرْضُ

Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) seba-hagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. 

وَلَكِنَّ اللهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ(251)

Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurah-kan) atas semesta alam. (251)

تِلْكَ ءَايَاتُ اللهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (252)

Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepada-mu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus. (252)

Jadi, ayat-ayat Al-Quran ini bukanlah gubahan Muhammad. Tetapi wahyu yang diturunkan Allah SWT… Dan Muhammad SAW adalah salah seorang di antara rasul-rasul Allah SWT.
Dengan berakhirnya uraian ayat 252 surat Al-Baqarah ini, berakhirlah sudah Terjemah dan Uraian Al-Quran Juz II. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan taufiq dan hidayaNya kepada kita bersama.  
Walhamdulillaahi rabbil 'aalamiin.
 
Ujung Gading, Senin, 17 Jamadal Akhir 1427 H /15 Mei 2006 M.