Rabu, 29 Juli 2015

TERJEMAHAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 168 SD 176


MAKANAN YANG HALAL
DAN YANG HARAM

يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(168) إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ(169) وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ ءَابَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ(170) وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لاَ يَسْمَعُ إِلاَّ دُعَاءً وَنِدَاءً صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ(171) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا ِللهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ(172) إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ(173) إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلاَّ النَّارَ وَلاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ(174) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ فَمَا أَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ(175) ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ نَزَّلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ(176)

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(168) Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.(169) Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa-pun, dan tidak mendapat petunjuk?"(170) Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.(171) Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.(172) Se-sungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(173) Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyi-kan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.(174) Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!(175) Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.(176)

URAIAN AYAT

Pada kumpulan ayat di atas Allah SWT menyeru seluruh manusia agar memakan makanan yang halal lagi baik yang terdapat di bumi ini…  kecuali apa-apa yang telah diharam-kanNya melalui syariat. Dan agar jangan mengikuti syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Syaithan menyuruh manusia untuk menghalalkan dan mengharamkan sesuatu berdasarkan kepada kemauan nafsu mereka sendiri; bukan berasal dari syari'at Allah. Lalu mereka menganggap bahwa hal tersebut adalah berasal dari Allah. Inilah yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik Quraisy.

يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,

Hukum perintah yang terkandung dalam ayat ini adalah "lil ibaahah (menyatakan mubah/ boleh)", yaitu memakan makanan dalam batas-batas yang telah ditetapkan Allah SWT melalui syari'at.

Jadi, kita dibolehkan untuk memakan apa saja yang ada di bumi ini dengan syarat hendaklah sesuatu itu halal lagi baik. Sedangkan pengertian "thayyiba (baik)" di sini adalah; makanan yang membawa kebaikan untuk diri, tidak merusak jasmani dan tidak merusak akal.

Selanjutnya kita dilarang mengikuti langkah-langkah syaithan…, dan syaithan mendorong pengikutnya untuk mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah:

وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ

dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;

Yakni, segala perbuatan maksiat; yang mendurhakai Allah.
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(168)

karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(168)

Perbuatan mengharamkan apa yang dihalal-kan Allah tampak nyata pada orang-orang kafir Quraisy yang telah mengharamkan jenis makanan tertentu, seperti firman Allah pada surat Al-Maidah ayat 103:

مَا جَعَلَ اللهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلاَ سَائِبَةٍ وَلاَ وَصِيلَةٍ وَلاَ حَامٍ وَلَكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَأَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ(103)

Allah sekali-kali tidak pernah mensyari`atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.(QS. Al-Maidah: 103)

Bahiirah adalah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelimanya itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepas dan tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya.

Saaibah adalah unta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja lantaran suatu nazar. Seperti orang Arab jahiliyah bila melakukan sesuatu pekerjaan berat, maka dia bernazar menjadikan untanya saaibah bila maksud itu tercapai.

Washiilah adalah seekor domba yang melahirkan anak kembar seekor jantan dan betina, maka yang jantan ini di sebut washiilah tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.

Haam adalah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi karena telah dapat mem-buntingkan unta betina sepuluh kali.

Seluruh perlakuan Arab jahiliyah itu berpangkal dari mengikuti langkah-langkah syaithan.

Tentang betapa pentingnya kita untuk menjaga makanan, maka akan tergambar antara lain di bawah ini:

عن ابن عباس قال: تليت هذه الآية عند النبي صلى الله عليه وسلم "يا أيها الناس كلوا مما في الأرض حلالا طيبا" فقام سعد بن أبي وقاص فقال يا رسول الله ادع الله أن يجعلني مستجاب الدعوة فقال "يا سعد أطب مطعمك تكن مستجاب الدعوة والذي نفس محمد بيده إن الرجل ليقذف اللقمة الحرام في جوفه ما يتقبل منه أربعين يوما وأيما عبد نبت لحمه من السحت والربا فالنار أولى به"/تفسير ابن كثير/ج 1/سورة البقرة 168

Menurut Ibnu Abbas, pernah ayat ini "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi" dibacakan di samping Rasulullah SAW, lalu Sa'ad bin Abi Waqqas berdiri sambil berkata: Wahai Rasulullah! Do'akanlah kepada Allah agar menjadikan aku termasuk orang yang mustajab do'anya! Nabi SAW bersabda: "Wahai Sa'ad! Baikkanlah makan-anmu, niscaya do'amu mustajab… Demi Allah yang jiwa Muhammad di tanganNya, sesungguh-nya seseorang yang memasukkan sesuap makanan haram ke dalam rongga (mulut)nya, maka tidak akan diterima (ibadahnya) empat puluh hari, dan siapapun hamba yang dagingnya tumbuh dari yang haram dan riba, maka nerakalah yang pantas baginya."

Setelah itu Allah SWT menegaskan:

إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ

Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji,

وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ(169)

dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.(169)

Perbuatan mengharamkan apa yang dihalal-kan Allah, juga terjadi pada Bani Israil… Perbuatan mereka dibantah Allah pada surat Ali Imran ayat 93:

كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلاَّ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلاَّ مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(93)

Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya`qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar".(QS. Ali Imran: 93)

Syaithan selalu berupaya menjerumuskan kita untuk mengikuti langkah-langkahnya, dengan mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah SWT, walaupun hanya untuk diri kita sendiri.

Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Masruq bahwa, pernah disajikan orang kepada Ibnu Mas'ud susu hewan dan garam. Beliaupun menikmati makanan ini, lalu ada seorang laki-laki dari yang hadir memencil diri tidak ikut makan. Ibnu Mas'ud berkata: "Berilah kawanmu makanan ini!" Laki-laki itu berkata: "Saya tidak menginginkannya". Ibnu Mas'ud berkata: "Apakah engkau berpuasa?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak!", "lalu ada apa denganmu?", tanya Ibnu Mas'ud. Laki-laki itu menanggapi: "Aku telah mengharamkan (bagiku) untuk memakan susu hewan selama-lamanya!" Ibnu Mas'ud berkata: "Ini termasuk langkah-langkah syaithan, makanlah dan bayarlah kaffarat sumpahmu."

Seiring dengan seruan yang terdapat pada ayat 168 dan 169, maka ayat berikutnya mencela perbuatan orang-orang yang tidak mau mengikuti seruan Islam dengan alasan bahwa mereka hanya mengikuti tradisi nenek moyang… secara khusus dalam hal mengharamkan apa yang dihalalkan Allah:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللهُ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"

قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَاءَنَا

mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami".

أَوَلَوْ كَانَ ءَابَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ

"(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?"(170)

Menurut riwayat Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abi Muhammad dari Ikrimah atau Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwa ayat (170) ini turun berkaitan dengan segolongan Yahudi yang diseru Rasulullah SAW kepada Islam, lalu mereka berkata: "Tetapi kami hanya akan mengikuti apa yang kami dapati pada orang-orang tua kami", maka turunlah ayat tersebut.

Meskipun demikian, ayat tadi bukanlah hanya untuk orang-orang Yahudi saja, atau orang-orang kafir Quraisy saja, tetapi berlaku pada setiap orang yang menolak ajakan Islam dengan alasan mempertahankan tradisi nenek moyang yang berlawanan dengan ajaran syari'at Islam… Termasuk mengharamkan apa yang dihalalkan Allah!

Selanjutnya, Allah SWT membuat perumpamaan bagi orang-orang yang menyeru orang-orang kafir:

وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لاَ يَسْمَعُ إِلاَّ دُعَاءً وَنِدَاءً

Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja.

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ(171)

Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.(171)

Mereka tuli meskipun mempunyai telinga, bisu meskipun mempunyai mulut dan buta meskipun mempunyai mata, semuanya tiada berguna bagi mereka dalam menerima petunjuk Allah SWT…

Selanjutnya seruan ditujukan kepada orang-orang beriman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا

Hai orang-orang yang beriman,

كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا ِللهِ

makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,

إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ(172)
jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyem-bah.(172)

Kemudian dijelaskan kepada ummat beriman tentang jenis makanan yang diharamkan:

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللهِ

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi-mu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.

Penjelasan yang lain terdapat pada surat Al-Maidah ayat 3:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ ِلإِثْمٍ فَإِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (3)

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Maidah: 3)

Firman Allah di dalam surat Al-An'am ayat 145:

قُلْ لاَ أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلاَّ أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi --karena sesung-guhnya semua itu kotor-- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. Al-An'am: 145)

Jadi makanan yang diharamkan di dalam Al-Quran adalah:

1.       Bangkai. Yaitu binatang yang mati diluar menyembelihan yang dibenarkan syari'at.

2.       Darah. Baik darah yang telah dibekukan, maupun darah cair.

3.       Daging babi.

4.       Binatang yang mati karena tercekik, dipukul, jatuh, karena ditanduk atau diterkam binatang buas.

5.       Binatang yang disembelih bukan dengan nama Allah.

Adapun pembahasan yang lebih terperinci tentang makanan yang diharamkan dan pengecua-liannya di dalam Islam dapat dilihat lebih jauh di dalam kitab-kitab Fiqih.

Di sini perlu diperhatikan, bahwa: Islam tidak mengharamkan makanan tersebut di atas secara mutlak, seperti misalnya dalam keadaan terpaksa atau kelaparan yang membawa maut.

فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ

Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,

فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ(173)

maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(173)

Kemudian ayat berikutnya ditujukan kepada orang-orang yang menyembunyikan wahyu Allah:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah),

Apabila kita melihat kepada susunan ayat dan sebab-sebab yang melatar belakangi turunnya ayat, maka kita dapat memahami bahwa ayat ini tertuju kepada kaum Yahudi yang menyimpang dari ajaran Al-Kitab. Namun demikian, kan-dungan ayat ini bukan hanya tertuju kepada kaum Yahudi saja, tetapi berlaku juga pada setiap orang yang melakukan perbuatan serupa; menyem-bunyikan yang hak dan menukarnya dengan harga yang murah.

Digambarkan perbuatan memperjual belikan yang hak, lalu menukarnya dengan harga yang murah (dengan nilai-nilai duniawi), seperti menelan api:

أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلاَّ النَّارَ

mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api,

وَلاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ

dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka

وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ(174)

dan bagi mereka siksa yang amat pedih.(174)

Kemudian digambarkan lagi perbuatan mereka dalam bentuk menjijikkan:

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ

Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan.

فَمَا أَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ(175)

Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!(175)

ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ نَزَّلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ

Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa kebenaran;

وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (176)


dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.(176)

Senin, 27 Juli 2015

TERJEMAHAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 163 SD 167



MENTAUHIDKAN ALLAH 
DAN BAHAYA SYIRIK

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(163) إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ َلآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ(164) وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا ِللهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ ِللهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ(165) إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ(166) وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ(167)

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(163) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(164) Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(165) (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.(166) Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandai-nya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.(167)

URAIAN AYAT

Kumpulan ayat di atas membicarakan tentang keesaan Allah, serta tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah yang ada di alam semesta.

Digambarkan pula tentang orang-orang yang mempersekutukan Allah, membikin tandingan-tandingan bagi Allah, dan mencintainya seperti mencintai Allah, bahwa mereka berada dalam siksaan neraka… lalu dilukiskan tentang penyesalan yang sangat mendalam dari pihak penganut akidah syirik dan pengikutnya, dimana kedua belah pihak saling menyalahkan, namun mereka sama-sama mendapat siksaan yang setimpal.

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa;

لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ

tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,

الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(163)

Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(163)

Keesaan Tuhan adalah landasan pertama dari keimanan.

Di sini tidak perlu diperdebatkan lagi tentang wujud Tuhan… Fithrah manusia sama sekali tidak dapat mengingkari yang demikian, meskipun belakangan terdapat bermacam ragam faham tentang zatNya, sifatNya dan hubunganNya dengan makhluk ciptaanNya, namun pemikiran demikian sama sekali tidak dapat menafikan wujud Tuhan…

Al-Quran selalu memberi pengarahan kepada ummat beriman tentang uluhiyah (ketuhanan) ini sebagai landasan pandangan hidup, yang kemudian, atas dasar tadi berdiri pula kaedah akhlak, sistem sosial dan lain sebagainya.

Dinyatakan bahwa Tuhan Pencipta segalanya adalah Allah Yang Maha Esa, Dialah hanya Yang berhak diibadati hamba dalam arti yang seluas-luasnya…

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika  turun ayat 163 di atas, maka kaum musyrikin kaget dan bertanya: "Benarkah Tuhan itu esa?! Jika demikian berikanlah kepada kami bukti-buktinya." Maka turunlah ayat 164 yang menyatakan adanya bukti-bukti keesaan Allah. Diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur di dalam Sunannya dan lain-lain.

Menurut versi lain bahwa kaum Quraisy berkata kepada Nabi SAW: "Berdo'alah kepada Allah agar Ia menjadikan bukit Shafa ini gunung emas, sehingga kita dapat memperkuat diri melawan musuh". Maka Allah SWT menurunkan wahyu kepadanya (QS. 5: 115) untuk mengabul-kan permintaan mereka dengan syarat apabila mereka kufur setelah dikabulkan permintaan mereka, maka Allah akan menurunkan siksaan yang belum pernah dialami orang lain. Lalu Rasulullah SAW bermohon: "Wahai Tuhanku biarkanlah aku bersama kaumku, dan aku akan mengajak mereka (kepada Islam) sehari demi sehari." Kemudian turunlah ayat 164 surat Al-Baqarah ini yang menjelaskan; mengapa mereka meminta bukit Shafa dijadikan emas, sebagai bukti keesaan Allah, padahal tanda-tanda keesaan Allah SWT banyak yang lebih besar dari itu?", demikian riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih yang bersumber dari Ibnu Abbas.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,

وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

silih bergantinya malam dan siang,

وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ

bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,

وَمَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ

dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,

فَأَحْيَا بِهِ الأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا

lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya

وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ

dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,

وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ

dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;

َلآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (164)

Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(164)

Dengan membukakan mata kepala dan mata hati mengamati semua yang disebutkan tadi, maka sudah cukup bagi kita sebagai dalil atas keesaan Allah SWT.

Antara langit dengan bumi terjalin hubungan yang serasi, keduanya tunduk kepada aturan hukum yang telah ditetapkan. Pergantian malam dan siang… silih bergantinya terang dan gelap, matahari yang terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat, semuanya menggugah perasaan, menggetarkan jiwa, dan menanamkan ke dalam hati yang mukmin suatu keimanan bahwa di balik semuanya pasti ada Yang Maha Mengatur…. Allah Yang Maha Esa.

Bahtera yang berlayar di samudera membawa yang berguna bagi manusia, menghadang arus gelombang yang sedemikian besar, sama sekali tidak akan sampai ke pantai tujuan kalau bukan karena kuasa Allah dan pemeliharaanNya, dan kalau bukan berlangsung melalui undang-undang alami yang telah dijadikan Allah.

Air hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dengan air itu terwujud proses kehidupan di bumi, tanam-tanaman tumbuh subur, bunga-bunga bersemi, dan buah-buahan dipetik hasilnya. Hewan ternak berkembang biak… Bukankah ini sebagai pertanda atas wujud Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?

Dalam pada itu terjadi pula perobahan musim, perkisaran angin dan mega yang dikendalikan antara langit dan bumi, segalanya juga menunjuk-kan ada kuasa kreatif Yang Maha Mutlak…

Melihat dan mengamati organisasi wujud yang maha luas dan besar ini…, adanya keserasian dan keharmonisan yang berlangsung terus menerus di alam semesta ini…, adalah menunjukkan bahwa segalanya diatur oleh Tuhan Yang Esa, karena apabila ada dua, tiga atau beberapa tuhan yang mengatur, niscaya hancurlah organisasi alam ini, seperti yang dinyatakan Al-Quran surat Al-Mukminun:

مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلاَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يَصِفُونَ(91)

Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,(QS. Al-Mukminun: 91)

Oleh sebab itu tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, selain Allah Yang Maha Esa. Tiada sekutu bagiNya Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Tiap-tiap pandangan hidup yang menganggap bahwa Tuhan mempunyai sekutu dan tandingan dalam bentuk apapun, maka anggapan demikian adalah suatu kezaliman yang besar, dan sangat dimurkai Allah:

Pada surat Luqman ayat 13:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ ِلابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ(13)

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS. Luqman: 13)

Di antara manusia ada yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah seperti batu-batu, pepohonan, bintang-bintang, malaikat, syaithan dan sebagainya…

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللهِ أَنْدَادًا

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;

يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ

mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.

Jadi, kecintaan mereka kepada sesuatu tersebut, sama dengan cintanya kepada Allah. Perbuatan ini dipandang syirik…! Bagaimana pula keadaannya bila rasa cinta kepada sesuatu selain Allah itu melebihi cintanya kepada Allah SWT?!

Orang-orang beriman tidak akan mencintai sesuatu seperti mencintai Allah…!

وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا ِللهِ

Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.

Ungkapan ayat berikut menggambarkan keadaan orang-orang yang mempersekutukan Allah di hari kiamat.

Mereka yang menjadikan sesuatu sebagai tandingan-tandingan Allah SWT ini, menzalimi kebenaran dan menzalimi diri mereka sendiri.

وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ

Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),

Pada hari itu dikumpulkan orang-orang zalim bersama teman sejawat dan sesembahan mereka, seperti firman Allah SWT pada surat Ash-Shaaffaat:

احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ (22)

(kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,(QS. Ash-Shaaffaat: 22)

Maka timbullah keinsafan mereka:
أَنَّ الْقُوَّةَ ِللهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ (165)
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(165)

Itulah penyesalan yang terlambat dan tidak ada artinya sama sekali!

 إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا

(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya,

Jadi segala yang disembah selain Allah, yang dicintai  seperti mencintai Allah itu pada hari kiamat akan mengingkari penyembahan pengikut-nya terhadapnya, seperti firman Allaf SWT pada surat Maryam:

كَلاَّ سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا

Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembah-an) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.(QS. Maryam: 82)

Surat Saba' ayat 40 dan 41, menggambarkan penolakan malaikat yang disembah manusia pada hari kiamat:

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلاَئِكَةِ أَهَؤُلاَءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ(40) قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ (41)

Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?"(40) Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu".(41)

Firman Allah pada surat Al-Furqan:

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ فَيَقُولُ ءَأَنْتُمْ أَضْلَلْتُمْ عِبَادِي هَؤُلاَءِ أَمْ هُمْ ضَلُّوا السَّبِيلَ

Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah meng-himpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah): "Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?"(QS. Al-Furqan: 17)

Firman Allah pada surat Al-Qashash:

قَالَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ رَبَّنَا هَؤُلاَءِ الَّذِينَ أَغْوَيْنَا أَغْوَيْنَاهُمْ كَمَا غَوَيْنَا تَبَرَّأْنَا إِلَيْكَ مَا كَانُوا إِيَّانَا يَعْبُدُونَ(63)

Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka; "Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami".(QS. Al-Qashash: 63)

Jadi suasana pada hari itu penuh penyesalan yang maha hebat:

وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ(166)

dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.(166)

Pada waktu penyesalan yang sangat hebat itu, maka timbullah keinginan mereka untuk kembali ke dunia, guna memperbaiki diri yang bergeli-mang dalam kesyirikan,.

وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً

Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia),

فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا

pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami."

كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ

Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka;

وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ(167)

dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.(167)

Dengan ini kita diingatkan agar senantiasa menjaga diri dari segala bentuk perbuatan syirik sebelum datang penyesalan yang terlambat!