Sabtu, 26 September 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 30 S/D 33

PENCIPTAAN ADAM DAN TUGAS KEKHILAFAHAN

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ(30) وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(31) قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ(32) قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ(33)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesung-guhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(30) Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"(31) Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(32) Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"(33)

URAIAN AYAT

Rangkaian ayat yang terdahulu memaparkan tentang kehendak Allah SWT yang ingin menye-rahkan kendali bumi ini dengan wewenang penuh ke tangan makhlu manusia. Maka untuk itu manusia diperlengkapi dengan berbagai potensi laten, persediaan bahan yang cukup dari kandungan bumi berupa daya dan energi, kekayaan dan bahan baku, serta dianugerahi pula dengan kekuatan tersembunyi untuk dapat mewujudkan kehendak Allah itu.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Jadi posisi manusia dalam organisasi wujud di bumi ini adalah posisi yang agung, berupa kemuliaan yang memang diperuntukkan Allah SWT baginya…
Lalu para malaikat menanggapi…

قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu

مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا
orang yang akan membuat kerusakan padanya

وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
dan menumpahkan darah,

وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau

وَنُقَدِّسُ لَكَ
dan mensucikan Engkau?"

Tentang ayat di atas Sayyid Quthub menguraikan sebagai berikut:

Ucapan para malaikat ini menunjukkan bahwa mereka memiliki alasan dan bukti, dari kenyataan atau pengalaman sebelumnya di atas bumi; atau dari ilham penglihatan mata hati yang menyingkapkan pada mereka sedikit banyaknya tentang fithrah makhluk bumi ini atau gambaran perjalanan hidupnya nanti di muka bumi; yang menyebabkan mereka mengetahui atau memper-kirakan, bahwa makhluk ini akan berbuat kebina-saan di atas bumi dan akan menumpahkan darah… Kemudian mereka dengan fithrah kemalaikatannya yang hanya dapat membayang-kan kebaikan yang mutlak, serta kedamaian yang sempurna saja berpendapat bahwa bertasbih memuji Allah dan mensucikanNya, adalah satu-satunya tujuan mutlak dari wujud ini, dan itu pula satu-satunya alasan diciptakannya seluruh wujud… Dan hal itu tercapai dengan adanya mereka, yang selalu bertasbih memuji Allah dan mensucikanNya, berubudiyah kepadaNya tanpa putus-putus!

Mereka tidak mampu melihat hikmah dari kehendak agung itu, di dalam membangun dan membina bumi ini, dalam pengembangan dan variasi kehidupan, di dalam menjelmakan kehendak Al-Khalik dan hukum-hukum alam untuk memperkembangkan, meningkatkan dan memperbaiki kehidupan; yang semuanya itu dilaksanakan oleh khalifah di atas bumi ini. Khalifah ini kadangkala berbuat kebinasaan dan adakalanya menumpahkan darah; namun di balik keburukan yang tampak dan insidentil itu, terwujud kebajikan yang lebih besar dan lebih menyeluruh. Kebaikan dalam bentuk pertum-buhan terus menerus, dan peningkatan yang tak putus-putus. Kebaikan dari gerak merombak dan membangun. Kebaikan dan upaya yang tak pernah putus, penelitian yang pantang berhenti, serta pergantian dan perobahan dalam harta milik yang maha luas ini.

Sampai di taraf ini, datanglah penegasan dari Yang Maha Tahu tentang segala sesuatu, Yang Maha Lengkap informasiNya tentang akhir segala masalah:

قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ(30)
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(30)

Jadi, iradat Allah SWT sama sekali tidak berjalan secara serampangan.
Allah menciptakan sesuatu dengan ilmu dan hikmahNya yang tiada terbatas… Ilmu penge-tahuan yang pada hakikatnya adalah anugerah Allah SWT belaka kepada makhlukNya; tidak selayaknya membuat sang makhluk itu berlagak pintar di hadapanNya…
Dengan ini bukan berarti kita mengatakan bahwa para malaikat melecehkan firman Allah SWT, atau membantahNya… Malaikat bagaimana-pun juga adalah makhluk yang senantiasa patuh kepada Ilahi…

وَِللهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلاَئِكَةُ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ (49) يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (50)
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.(49) Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).(50) (QS. 16: 49-50)

Seperti disebutkan dalam kutipan Sayyid Quthub sebelumnya bahwa: mereka dengan fithrah kemalaikatannya yang hanya dapat membayangkan kebaikan yang mutlak, serta kedamaian yang sempurna saja berpendapat bahwa bertasbih memuji Allah dan mensucikan-Nya, adalah satu-satunya tujuan mutlak dari wujud ini, dan itu pula satu-satunya alasan diciptakannya seluruh wujud… Dan hal itu telah tercapai dengan adanya mereka, yang selalu bertasbih memuji Allah dan mensucikanNya, berubudiyah kepadaNya tanpa putus-putus!

Jadi, ungkapan para malaikat itu sama sekali bukanlah didorong oleh sikap berlagak pintar di hadapan Allah SWT… Malaikat hanya menyukai makhluk yang berubudiyah kepada Allah SWT belaka, seperti mereka yang bertasbih memujiNya serta mengkuduskanNya…
Penjelasan berikutNya dilanjutkan dengan:

وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat

فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(31)
lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"(31)

Selanjutnya Sayyid Quthub mengomentari:

Beginilah kita –dengan mata hati yang sadar di bawah berkas sinar makrifat- menyaksikan apa yang dilihat para malaikat di al-mala'ul a'la… Kita menyaksikan sebahagian dari rahasia luar biasa yang dianugerahkan Allah kepada makhluk manusia itu ketika menyerahkan jabatan khalifah kepadaNya. Yaitu rahasia kemampuan melam-bangkan sesuatu dengan nama. Rahasia kemampuan memberikan nama kepada pribadi-pribadi dan benda-benda; sehingga dapatlah nama-nama tersebut –dalam bentuk kata yang diucapkan- menjadi lambang dari pribadi-pribadi dan benda yang diindera itu. Kemampuan itu mempunyai nilai yang besar bagi kehidupan manusia di atas bumi. Kita dapat menyadari nilai itu, bila kita bayangkan kesulitan luar biasa yang bakal dihadapi manusia seandainya ia tidak dianugerahi kemampuan tersebut: sukar dalam berkomunikasi, karena untuk menjelaskan sesuatu kepada orang lain ia harus menghadirkan sesuatu itu di hadapan mereka. Misalnya saja pohon kurma; tidak ada jalan untuk dapat memahaminya kecuali menghadirkan batang kurma itu sendiri. Atau tentang gunung, tidak ada cara untuk saling mengerti kecuali dengan pergi ke gunung itu! Demikian pula kita tidak dapat menjelaskan tentang seseorang, kecuali dengan menghadirkan orang tersebut… Sungguh suatu kesulitan yang besar, sehingga tidak dapat dibayangkan kemungkinan adanya suatu bentuk kehidupan dengan cara demikian! Pasti kehidupan ini tak akan dapat berjalan, seandainya Allah tidak menganugerahkan kepada makhluk tersebut kemampuan melambangkan sesuatu dengan nama itu.

Adapun malaikat, mereka tidak melakukan cara seperti itu, sebab mereka tidak membutuh-kannya dalam menunaikan tugas-tugas mereka. Oleh karena itu, mereka tidak dilengkapi dengan keistimewaan ini. Takkala Allah mengajarkan kepada Adam rahasia tersebut dan menawar-kannya kepada para malaikat, mereka tidak mampu menyebutkan nama-nama itu. Mereka tidak mengetahui cara menempatkan lambang kata untuk benda-benda dan pribadi-pribadi… menghadapi kekurangan ini, mereka bertasbih kepada Allah, mengetahui kelemahan serta keterbatasan ilmu mereka yang tidak lebih dari apa yang telah diajarkan kepada mereka… sedang Adam mengetahuinya… maka datanglah penje-lasan berikutnya hingga mereka dapat menyelami hikmah dari Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana:

قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;

إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ(32)
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(32)

Jadi, para malaikat menginsafi kelemahan serta keterbatasan ilmu mereka yang tidak lebih dari apa yang diajarkan kepada mereka. Oleh sebab itu mereka segera bertasbih; mensucikan Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Setelah itu:

قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini".

فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,

قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi

وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ(33)
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"(33)

Adam telah dibekali pengetahuan khusus berupa kemampuan melambangkan sesuatu dengan nama, yang tidak diberikan kepada malaikat. Dengan bekal itu kepadanya diserahi amanah kekhilafahan di bumi… Dan, manusia adalah makhluk yang mulia selama menyadari siapa dirinya, dan untuk apa dia diciptakan.

Kamis, 24 September 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 28 S/D 29

MENGAPA KAFIR KEPADA ALLAH?!

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ(28) هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ(29)

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?(28) Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(29)

URAIAN AYAT

Ayat 26 dan 27 surat Al-Baqarah di atas diarahkan kepada manusia banyak, yang meng-ingkari kekafiran mereka terhadap Allah, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, dan Yang Mengatur kehidupan mereka…

Manusia diingatkan kepada realitas kehidup-an yang tidak dapat diingkari…

Bahwa; ia hadir di bumi ini melalui proses hidup serta fase-fase wujud. Ia berasal dari Allah SWT. Namun, pada kenyataannya manusia banyak yang mengingkari hakikat wujud ini:

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللهِ

Mengapa kamu kafir kepada Allah,

Ya, kenapa kamu kafir kepada Allah Yang telah Menciptakan kamu dari tiada menjadi ada?

وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا

padahal kamu tadinya mati,

kaku, seperti halnya benda-benda yang ada di sekitarmu? Bahkan kamu tidak dapat disebut apa…

فَأَحْيَاكُمْ

lalu Allah menghidupkan kamu,

dan menyiapkan segala sesuatu penunjang kehidupan sampai jangka waktu yang telah ditentukan…

Mengapa kafir kepada Allah?! Padahal Dia Yang menghidupkan kamu di dunia ini melalui proses yang telah ditetapkannya?!

Firman Allah SWT pada surat Al-Insan ayat 1 sd 2:

هَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا (1) إِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (2)

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. 76:1)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. 76:2)

ثُمَّ يُمِيتُكُمْ

kemudian kamu dimatikan…

Ketentuan ini tidak dapat diingkari atau ditolak, karena ia adalah hakikat yang dihadapi oleh setiap makhluk hidup di sepanjang waktu.

ثُمَّ يُحْيِيكُمْ

dan dihidupkan-Nya kembali,

Inilah kenyataan yang dibantah dan diingkari oleh sebagian orang pada masa dahulu, seperti halnya terjadi pada masa sekarang oleh sebagian orang jahiliyah, padahal apabila mereka meng-analisa tentang terjadinya hidup pertama, maka hal itu sama sekali bukanlah sesuatu yang aneh dan tidak pantas dibohongkan…

Semasa Rasulullah SAW menyampaikan hakikat hidup setelah mati kepada masyarakat jahiliyah Quraisy, maka mereka menantang beliau dengan membawa sepotong tulang onta yang sudah rapuh. Sambil meremas-remas tulang tersebut di hadapan Rasulullah SAW mereka mengajukan pertanyaan: "Siapakah yang akan menghidupkan tulang yang telah hancur luluh ini?"

Pertanyaan ini dijawab Allah SWT dengan menurunkan firmanNya pada surat Yasin:

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلاَ وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ (79) الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ (80) أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلاَّقُ الْعَلِيمُ (81) إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82) فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (83)

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?"(78) Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,(79) yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu."(80) Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia ber-kuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.(81) Sesungguhnya perintah-Nya apa-bila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.(82) Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.(83)

Jadi, dengan memahami hakikat penciptaan pertama, maka hidup setelah mati adalah per-soalan yang sederhana dan tidak pantas diingkari.

Lanjutan surat Al-Baqarah sebelumnya meng-ungkapkan:

ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ(28)

kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?(28)

Kamu akan dikembalikan kepadaNya untuk menjalani hukum dan melaksanakan keadilanNya.

Di sini terungkap seluruh lembaran kehidupan manusia dengan latar belakang bahwa manusia berada dalam genggaman Maha Pencipta; berawal dari keheningan maut, menjalani kehidupan di bumi, kemudian dicengkeram maut untuk selan-jutnya dihidupkan sekali lagi dan akhirnya kem-bali kepadaNya, sebagaimana dari Dia diciptakan pertama kali.

Kemudian Allah SWT menyingkapkan tentang penciptaan seluruh kandungan bumi bagi kepentingan manusia, tentang tujuan penciptaan manusia dan peranannya yang menonjol di permukaan bumi, begitu pula tentang nilainya pada neraca Allah SWT:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu

Tampak nyata bahwa manusia adalah makh-luk yang mulia dan dijadikan sebagai khalifah di bumi (seperti akan kita uraikan dalam lanjutan surat ini), menjadi penguasa dan pengelolanya…

Manusia dijadikan sebagai makhluk penguasa pertama atas semua warisan yang maha luas ini adalah tuan bagi bumi, tuan bagi alat, bukan sebagai hamba alat seperti dipropagandakan oleh penganut paham materialistis… bukan tunduk dan mengekor pada perobahan-perobahan yang ditimbulkan oleh hubungan posisi kemanusiaan dengan alat-alat itu, seperti dipamerkan oleh paham materialistis. Mereka membencihi peranan dan posisi kemanusiaan karena ingin menjadikan manusia tunduk dan patuh kepada alat-alat yang kaku; lalu menjadikan alat-alat tadi sebagai tuan yang terhormat!

Nilai materi apapun sama sekali tidak boleh mendikte nilai kemanusiaan, tidak boleh meng-hina dan merendahkan arti kemanusiaan dan segala usaha yang bertujuan untuk menghina dan merendahkan nilai kemanusiaan adalah berten-tangan eksistensi manusia.

Jadi, kehormatan dan martabat kemanusiaan adalah yang paling utama, setelah itu baru menyu-sul nilai-nilai materi.

Selanjutnya pernyataan Allah bahwa bumi dan segala yang ada padanya adalah untuk manusia bukan berarti manusia diberi kebebasan sebebas-bebasnya bertindak tanpa batas, tetapi manusia telah diberi aturan hidup yang tidak boleh dilanggar… mereka diberi nikmat kekhila-fahan dan kemuliaan. Dengan nikmat tadi mereka dapat menjalankan tujuan penciptaannya yang paling utama yaitu mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Sungguh suatu penyimpangan dan kepan-diran yang sangat besar apabila manusia meng-abdikan diri kepada benda-benda padahal benda-benda ini diciptakan Allah SWT untuk memenuhi keperluan hidup manusia di bumi ini.

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ

Kemudian Dia beristiwak ke langit,

Kita tidak dapat membicarakan pengertian ungkapan "Allah beristiwak (bersemayam) ke langit" selain dari meyakini bahwa Allah bersemayam ke langit sesuai dengan kebesaran dan keagunganNya di luar segala gambaran yang mungkin ada di benak kita, karena tidak ada sesutu apapun yang menyerupai Allah SWT…

Gambaran-gambaran yang terlintas dalam pemikiran kita adalah bertalian dengan alam materi yang dapat diindera.

Sesungguhnya alam itu terdiri dari alam syahadah (nyata dan dapat ditangkap panca indera) serta alam ghaib (misteri). Sedangkan alam ghaib adalah jauh lebih besar dari alam syahadah…

Otak dan pemikiran manusia tidak berdaya untuk memecahkan persoalan alam ghaib, padahal ia adalah ciptaan Allah SWT belaka.

Kita tidak mungkin untuk membicarakan "Allah SWT bersemayam ke langit" dengan meng-andalkan imajinasi pemikiran kita. Bahkan; membincang "bagaimana itu terjadi", sudah men-jerumuskan kita ke dalam bahaya kesesatan yang jauh…

Allah Pencipta langit dan bumi…

Allah bersemayam ke langit…

Allah tidak ada satupun yang menyerupai-Nya…

فَاطِرُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ(11)

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. 42:11)

Pembicaraan tentang hal ini telah menyeret ummat Islam ke dalam perdebatan yang hanya mencetuskan bencana. Semua debat kusir yang ditimbulkan di antara sarjana-sarjana Islam di sekitar ungkapan Al-Quran ini, adalah akibat dari penyakit yang berasal dari filsafat Yunani dan pembahasan teologi Yahudi dan kristen. Penyakit inilah yang telah menodai kemurnian dan keber-sihan pemikiran Islam…

فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ

lalu dijadikan-Nya tujuh langit.

Kita juga tidak harus menentukan bentuk dan dimensi tujuh langit. Cukup apa yang disebutkan secara umum oleh teks ayat ini, yaitu penciptaan langit dan bumi dalam rangka mencela prilaku kekafiran manusia terhadap Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam.

وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ(29)

Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(29)

Karena Dia adalah Pencipta dan Pengatur segala sesuatu, maka ilmuNya juga mencakup segala sesuatu.

Dia menciptakan manusia untuk mengabdi kepadaNya dan menjadi khalifah di bumi. Tiap-tiap tindakan dan prilaku manusia yang keluar dari garis ketetapan Ilahi ini adalah suatu kesesatan yang nyata. Sedangkan kesesatan hanya akan menjerumuskan ke dalam penyesalan dan siksaan yang pedih.

Oleh sebab itu insaflah wahai manusia, lalu kembalilah ke jalan yang benar, sebelum penyesalan dan siksaan yang pedih datang menerjang.