Minggu, 02 Agustus 2015

TERJEMAHAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 177

 POKOK-POKOK KEBAJIKAN

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ(177)

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.(177)

URAIAN AYAT

Ayat 177 surat Al-Baqarah ini menerangkan tentang pokok-pokok kebajikan dan sifat-sifat  orang-orang yang jujur dan bertaqwa:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,

Bila kita mengikuti konteks ayat ini dengan seksama, maka tampaklah hubungan yang kuat antara ayat ini dengan peristiwa perobahan kiblat, dimana orang-orang Yahudi melancarkan propaganda keji untuk melemahkan keyakinan ummat beriman, seperti telah kita singgung pada uraian ayat sebelumnya (Juz I dan awal Juz II)…

Persoalan selanjutnya merembes ke masalah "al-birr (kebajikan"!

Menurut riwayat Abdurrazzaq dari Ma'mar yang bersumber dari Qatadah bahwa ayat ini turun berkaitan dengan orang Yahudi yang menganggap kebajikan itu adalah shalat ke arah barat, sedang orang Nashrani mengarah ke timur.

Jadi ayat ini memberikan pandangan yang benar tentang arti kebajikan… Bahwa kebajikan itu tidaklah terletak pada menghadapkan wajah ke timur dan ke barat.. sementara hati dan perasaan yang bersangkutan terlepas sama sekali dari kebajikan dan tidak mewujudkan kebajikan…

وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi

Iman kepada Allah adalah titik awal perobahan hidup manusia dari pengabdian kepada makhluk untuk hanya mengabdi kepada Allah SWT belaka, merasakan bahwa Allah SWT selalu hadir memperhatikan segala tindak tanduk kita… bahwa tidak ada kelebihan manusia satu sama lain di hadapan Allah kecuali dengan taqwa… 

Iman kepada hari akhirat adalah mengimani keadilan Ilahi dalam memberi balasan kepada semua hambaNya… Keyakinan kepada hari pembalasan menimbulkan pengaruh yang sangat dalam pada kehidupan mukmin, bahwa; tidak ada secuil apapun kebajikan yang sia-sia, dan tidak ada satu segi kejahatanpun yang luput dari pengawasan Allah… mana-mana kebajikan yang diremehkan di sini, maka tetap akan diperhitungkan di sana, dan mana-mana kejahatan yang disembunyikan di sini, maka pasti akan dibalas di sana…

Iman kepada malaikat adalah satu segi dari iman kepada yang ghaib… Iman kepada yang ghaib adalah pintu gerbang pertama yang harus dilewati manusia untuk meningkatkan dirinya dari taraf binatang yang hanya menangkap sesuatu dengan panca indera, menanjak naik ke taraf manusia yang dapat memahami bahwa maujud ini jauh lebih besar dari yang ditanggapi panca indera, termasuk ciptaan manusia yang tak lebih dari pancaindera yang diperluas…

Iman kepada kitab-kitab dan nabi-nabi adalah iman kepada seluruh risalah dan seluruh rasul-rasul, itulah iman kepada kesatuan kemanusiaan, keesaan Tuhan dan kesatuan agama… bahwa orang mukmin itu adalah bahagian dari kafilah mukmin sepanjang sejarah, selalu memantapkan diri dalam pengabdian yang tulus kepada Ilahi. Mereka menyadari bahwa tanpa petunjuk Ilahi, maka manusia tidak akan pernah mampu memahami hakikat hidup sebenarnya. Petunjuk yang berupa wahyu itu diturunkan Allah kepada manusia melalui perantaraan para nabi dan rasul…

Selanjutnya:

وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ

dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,

Inilah bentuk nyata dari pengaruh iman dan taqwa yang telah bertahta di sanubari… Iman dan taqwa yang membebaskan manusia dari cengkeraman sifat kikir, sifat individualistis dan cinta kepada dunia… Semua sifat-sifat itu adalah berpunca dari pengaruh syaithan yang selalu membelokkan arah kehidupan manusia dari pengabdian yang tulus demi Allah kepada kesesatan yang sejauh-jauhnya.

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلاً وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(268)

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah: 268)

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا(36) الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا ءَاتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا(37)

Sembahlah Allah dan janganlah kamu memper-sekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,(36) (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.(QS. An-Nisak: 36-37)

هَاأَنْتُمْ هَؤُلآءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ(38)

Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuh-kan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).(QS. Muhammad: 38)

Kemudian, penjelasan tentang pokok-pokok kebajikan berlanjut dengan:

وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ

mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;

Mendirikan shalat bukan hanya sebatas menghadapkan wajah ke arah kiblat, atau sebatas gerakan jasmani belaka, tetapi mendirikan shalat adalah menghadapkan dirinya kepada Tuhan, lahir dan bathin, jasmani dan ruhani, seluruh hidup dan matinya demi Allah Tuhan semesta alam… Orang yang mendirikan shalat selalu siap sedia untuk menjunjung perintah dan meninggalkan larangan Allah di manapun dia berada…

Menunaikan zakat merupakan salah satu kewajiban sosial Islami… Bahwa dalam harta yang tertentu yang dikaruniakan Allah kepada orang-orang kaya itu ada hak orang-orang fakir miskin dan ashnaf lainnya… Zakat menyadarkan manusia bahwa harta yang diperoleh adalah berasal dari karunia Allah belaka, manusia hanya diberi hak pinjam pakai dan kebebasan mempergunakan harta itu dalam batas-batas tertentu yang pada akhirnya akan kembali kepada Allah, dan Allah berbuat sekehendakNya…

وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا

dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,

Menepati janji disebut berulang-ulang di dalam Al-Quran sebagai ciri-ciri mukmin yang taqwa…  Menepati janji merupakan tali pengikat demi terwujudnya hubungan yang baik antara hamba dengan Tuhannya, atau antara hamba dengan sesama hamba. Apabila janji tidak ditepati, maka tanggallah ikatan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup ini.

وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ

dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan… Bentuk lain dari keimanan yang mantap, keimanan yang senantiasa berhadapan dengan ujian Ilahi dalam menuju tingkat kesempurnaannnya… buah dari kesadaran insan bahwa dirinya milik Allah dan kepada Allah SWT jua akan kembali…

Jadi, menilik kepada pokok-pokok kebajikan yang dipaparkan melalui ayat 177 surat Al-Baqarah ini, maka jelaslah bagi kita tentang arti kebajikan itu, bukanlah dengan memalingkan wajah ke timur dan ke barat, atau sebatas serimonial beribatan… Tetapi kebajikan itu adalah sikap hidup yang berlandaskan atas keimanan yang mantap dan membuahkan sikap hidup yang taqwa…

أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ(177)

Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.(177)

3 komentar:

  1. syukron akhi ane pake ya, materinya.

    BalasHapus
  2. Mungkin perlu diwujudkan ukuran2 seperti kadar penulasan zakat di satu pihak dan kadar kebajikan yg terhasil, yg mungkin dgn mengukur berkurang atau semakin luas jurang antara yg kaya dan yg miskin. Contoh: sekira masih lebar jurang ini, maka sasaran melalui institusi zakat masih belum berjaya dan usaha2 atau pendekatan perlu ditingkatkan atau diolah semula dgn mengambilkira juga faktor keistiqomahannya dan suasana sekitarnya. Sekaligus ditinggalkan retorik teruja kepada ayat2 Allah semata mata kepada penjelmaan saranan2 dlm amalan yg konkrit dlm kehidopan umat. Disuroh umat mengikut anjuran2, merealisasi perintah2, bukan disuroh memuja muja ayatNya sahaja, tetapi mungkin seterusnya untuk membukti kebaikkan nya sebagai tanda iman. Wallahua'lam..

    BalasHapus
  3. Terimakasih atas uraian yang mencerahkan...

    BalasHapus