Sabtu, 26 September 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 30 S/D 33

PENCIPTAAN ADAM DAN TUGAS KEKHILAFAHAN

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ(30) وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(31) قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ(32) قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ(33)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesung-guhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(30) Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"(31) Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(32) Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"(33)

URAIAN AYAT

Rangkaian ayat yang terdahulu memaparkan tentang kehendak Allah SWT yang ingin menye-rahkan kendali bumi ini dengan wewenang penuh ke tangan makhlu manusia. Maka untuk itu manusia diperlengkapi dengan berbagai potensi laten, persediaan bahan yang cukup dari kandungan bumi berupa daya dan energi, kekayaan dan bahan baku, serta dianugerahi pula dengan kekuatan tersembunyi untuk dapat mewujudkan kehendak Allah itu.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Jadi posisi manusia dalam organisasi wujud di bumi ini adalah posisi yang agung, berupa kemuliaan yang memang diperuntukkan Allah SWT baginya…
Lalu para malaikat menanggapi…

قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu

مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا
orang yang akan membuat kerusakan padanya

وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
dan menumpahkan darah,

وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau

وَنُقَدِّسُ لَكَ
dan mensucikan Engkau?"

Tentang ayat di atas Sayyid Quthub menguraikan sebagai berikut:

Ucapan para malaikat ini menunjukkan bahwa mereka memiliki alasan dan bukti, dari kenyataan atau pengalaman sebelumnya di atas bumi; atau dari ilham penglihatan mata hati yang menyingkapkan pada mereka sedikit banyaknya tentang fithrah makhluk bumi ini atau gambaran perjalanan hidupnya nanti di muka bumi; yang menyebabkan mereka mengetahui atau memper-kirakan, bahwa makhluk ini akan berbuat kebina-saan di atas bumi dan akan menumpahkan darah… Kemudian mereka dengan fithrah kemalaikatannya yang hanya dapat membayang-kan kebaikan yang mutlak, serta kedamaian yang sempurna saja berpendapat bahwa bertasbih memuji Allah dan mensucikanNya, adalah satu-satunya tujuan mutlak dari wujud ini, dan itu pula satu-satunya alasan diciptakannya seluruh wujud… Dan hal itu tercapai dengan adanya mereka, yang selalu bertasbih memuji Allah dan mensucikanNya, berubudiyah kepadaNya tanpa putus-putus!

Mereka tidak mampu melihat hikmah dari kehendak agung itu, di dalam membangun dan membina bumi ini, dalam pengembangan dan variasi kehidupan, di dalam menjelmakan kehendak Al-Khalik dan hukum-hukum alam untuk memperkembangkan, meningkatkan dan memperbaiki kehidupan; yang semuanya itu dilaksanakan oleh khalifah di atas bumi ini. Khalifah ini kadangkala berbuat kebinasaan dan adakalanya menumpahkan darah; namun di balik keburukan yang tampak dan insidentil itu, terwujud kebajikan yang lebih besar dan lebih menyeluruh. Kebaikan dalam bentuk pertum-buhan terus menerus, dan peningkatan yang tak putus-putus. Kebaikan dari gerak merombak dan membangun. Kebaikan dan upaya yang tak pernah putus, penelitian yang pantang berhenti, serta pergantian dan perobahan dalam harta milik yang maha luas ini.

Sampai di taraf ini, datanglah penegasan dari Yang Maha Tahu tentang segala sesuatu, Yang Maha Lengkap informasiNya tentang akhir segala masalah:

قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ(30)
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(30)

Jadi, iradat Allah SWT sama sekali tidak berjalan secara serampangan.
Allah menciptakan sesuatu dengan ilmu dan hikmahNya yang tiada terbatas… Ilmu penge-tahuan yang pada hakikatnya adalah anugerah Allah SWT belaka kepada makhlukNya; tidak selayaknya membuat sang makhluk itu berlagak pintar di hadapanNya…
Dengan ini bukan berarti kita mengatakan bahwa para malaikat melecehkan firman Allah SWT, atau membantahNya… Malaikat bagaimana-pun juga adalah makhluk yang senantiasa patuh kepada Ilahi…

وَِللهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلاَئِكَةُ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ (49) يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (50)
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.(49) Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).(50) (QS. 16: 49-50)

Seperti disebutkan dalam kutipan Sayyid Quthub sebelumnya bahwa: mereka dengan fithrah kemalaikatannya yang hanya dapat membayangkan kebaikan yang mutlak, serta kedamaian yang sempurna saja berpendapat bahwa bertasbih memuji Allah dan mensucikan-Nya, adalah satu-satunya tujuan mutlak dari wujud ini, dan itu pula satu-satunya alasan diciptakannya seluruh wujud… Dan hal itu telah tercapai dengan adanya mereka, yang selalu bertasbih memuji Allah dan mensucikanNya, berubudiyah kepadaNya tanpa putus-putus!

Jadi, ungkapan para malaikat itu sama sekali bukanlah didorong oleh sikap berlagak pintar di hadapan Allah SWT… Malaikat hanya menyukai makhluk yang berubudiyah kepada Allah SWT belaka, seperti mereka yang bertasbih memujiNya serta mengkuduskanNya…
Penjelasan berikutNya dilanjutkan dengan:

وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat

فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(31)
lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"(31)

Selanjutnya Sayyid Quthub mengomentari:

Beginilah kita –dengan mata hati yang sadar di bawah berkas sinar makrifat- menyaksikan apa yang dilihat para malaikat di al-mala'ul a'la… Kita menyaksikan sebahagian dari rahasia luar biasa yang dianugerahkan Allah kepada makhluk manusia itu ketika menyerahkan jabatan khalifah kepadaNya. Yaitu rahasia kemampuan melam-bangkan sesuatu dengan nama. Rahasia kemampuan memberikan nama kepada pribadi-pribadi dan benda-benda; sehingga dapatlah nama-nama tersebut –dalam bentuk kata yang diucapkan- menjadi lambang dari pribadi-pribadi dan benda yang diindera itu. Kemampuan itu mempunyai nilai yang besar bagi kehidupan manusia di atas bumi. Kita dapat menyadari nilai itu, bila kita bayangkan kesulitan luar biasa yang bakal dihadapi manusia seandainya ia tidak dianugerahi kemampuan tersebut: sukar dalam berkomunikasi, karena untuk menjelaskan sesuatu kepada orang lain ia harus menghadirkan sesuatu itu di hadapan mereka. Misalnya saja pohon kurma; tidak ada jalan untuk dapat memahaminya kecuali menghadirkan batang kurma itu sendiri. Atau tentang gunung, tidak ada cara untuk saling mengerti kecuali dengan pergi ke gunung itu! Demikian pula kita tidak dapat menjelaskan tentang seseorang, kecuali dengan menghadirkan orang tersebut… Sungguh suatu kesulitan yang besar, sehingga tidak dapat dibayangkan kemungkinan adanya suatu bentuk kehidupan dengan cara demikian! Pasti kehidupan ini tak akan dapat berjalan, seandainya Allah tidak menganugerahkan kepada makhluk tersebut kemampuan melambangkan sesuatu dengan nama itu.

Adapun malaikat, mereka tidak melakukan cara seperti itu, sebab mereka tidak membutuh-kannya dalam menunaikan tugas-tugas mereka. Oleh karena itu, mereka tidak dilengkapi dengan keistimewaan ini. Takkala Allah mengajarkan kepada Adam rahasia tersebut dan menawar-kannya kepada para malaikat, mereka tidak mampu menyebutkan nama-nama itu. Mereka tidak mengetahui cara menempatkan lambang kata untuk benda-benda dan pribadi-pribadi… menghadapi kekurangan ini, mereka bertasbih kepada Allah, mengetahui kelemahan serta keterbatasan ilmu mereka yang tidak lebih dari apa yang telah diajarkan kepada mereka… sedang Adam mengetahuinya… maka datanglah penje-lasan berikutnya hingga mereka dapat menyelami hikmah dari Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana:

قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;

إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ(32)
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(32)

Jadi, para malaikat menginsafi kelemahan serta keterbatasan ilmu mereka yang tidak lebih dari apa yang diajarkan kepada mereka. Oleh sebab itu mereka segera bertasbih; mensucikan Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Setelah itu:

قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini".

فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,

قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi

وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ(33)
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"(33)

Adam telah dibekali pengetahuan khusus berupa kemampuan melambangkan sesuatu dengan nama, yang tidak diberikan kepada malaikat. Dengan bekal itu kepadanya diserahi amanah kekhilafahan di bumi… Dan, manusia adalah makhluk yang mulia selama menyadari siapa dirinya, dan untuk apa dia diciptakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar