Senin, 31 Oktober 2011

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 75 S/D 82



WATAK BANI ISRAIL
(Lanjutan ayat)


أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلاَمَ اللهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75) وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلاَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ (76) أَوَلاَ يَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ (77) وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لاَ يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ (78) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (79) وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلاَّ أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ (80) بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (81) وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (82)

Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (75) Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mu'min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?"(76) Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?(77) Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.(78) Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.(79) Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?".(80) (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(81) Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.(82)

URAIAN AYAT

Pada penghujung ayat sebelumnya telah digambarkan watak Bani Israil yang keras melebihi batu, jiwa yang gersang dan perasaan yang beku.

Di sini Allah SWT mengarahkan pembicaraan kepada Rasulullah SAW dan kepada seluruh ummat Islam agar jangan berharap banyak atas keimanan orang Yahudi, mengingat prilaku sebagian mereka yang mendengar wahyu Allah, kemudian menyele-wengkan maksudnya setelah mereka pikirkan.

Diterangkan pula tentang sifat munafik Yahudi yang mengaku beriman bila bertemu orang mu’min, dan menyatakan kafir bila bersama pemimpinnya. Mereka menduga bahwa watak mereka yang keji diketahui Nabi SAW dan orang mu’min karena dibukakan oleh sebagian mereka, padahal Allah SWT-lah yang menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW.

Dipaparkan pula bahwa sebagian mereka adalah buta aksara, pengetahuannya terhadap Al-Kitab hanya sebatas harapan dan prasangka belaka; yang justeru dipropagandakan oleh pemimpin-pemimpin agama mereka setelah menyimpangkan ajaran Al-Kitab dari maksud sebenarnya. Lalu, sebagian lain mengetahui Al-Kitab, tetapi hatinya dihinggapi kejahatan. Maka mereka menulis Al-Kitab dengan menyelewengkan maksud sebenarnya, atau memutar balikkan kebenaran karena hendak mengejar keuntungan duniawi.

Anehnya mereka merasa tidak berdosa dan tidak akan mendapat siksa di sisi Allah. Dengan pongah mereka mengatakan bahwa, kalaupun mereka masuk neraka, tidak lebih dari beberapa hari saja.

Allah SWT menyuruh Rasulullah SAW dan ummat mu’min untuk membantah dengan menga-jukan pertanyaan pengingkaran; Apakah mereka menerima perjanjian dari Allah tentang itu? Jawabannya, tidak! Yang pasti mereka adalah orang yang mengusahakan kejahatan lalu dililit oleh kejahatannya, dan mereka adalah penghuni neraka yang kekal di dalamnya. Sedangkan yang berhak menempati surga adalah orang-orang beriman dan beramal shaleh:

أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلاَمَ اللهِ

Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah,

Pertanyaan yang bernada sinis ditujukan kepada Rasulullah SAW dan ummat beriman yang masih berharap untuk dapat menanamkan rasa iman dan menghidupkan cahaya kebenaran ke dalam hati Bani Israil, sekaligus mengungkap segi kejahatan Bani Israil terhadap wahyu yang telah diturunkan kepada mereka.

Segolongan Bani Israil itu telah mendengar firman Allah, tapi mereka berbuat keji… Golongan yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah nenek moyang mereka yang menyimpan Taurat, lalu mereka robah, antara lain tentang sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang tersebut di dalam Taurat itu.

ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75)

lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (75)

Orang-orang yang seperti itu tidak dapat diharapkan keimanannya, karena iman itu memerlukan syarat khusus; keyakinan, kejujuran dan keikhlasan, serta keinsafan untuk membuka hati menerima pimpinan Ilahi!

Selanjutnya diungkapkan tentang kebejatan akidah dan akhlak mereka:

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا

Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kamipun telah beriman,"

Jadi, mereka menyatakan bahwa mereka percaya kepada kerasulan Muhammad SAW karena sesuai dengan pemberitaan Taurat, "tetapi", kata mereka "dia diutus untuk kamu saja".

وَإِذَا خَلاَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللهُ عَلَيْكُمْ

tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mu'min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu,

لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ (76)

supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?"(76)

Terdapat beberapa riwayat tentang sebab turun ayat ini.

Dalam suatu riwayat oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid dikemukakan bahwa Nabi SAW pada peperangan Bani Quraidzah berdiri di bawah benteng mereka. Dengan marah atas pengkhianatan mereka, beliau bersabda: "Hai saudara-saudara kera! Hai suadara-saudara babi! Hai penyembah-penyembah thaghut! Para  pemimpin Bani Quraidzah berkata kepada kaumnya: "Siapa yang memberi tahu Muhammad tentang ucapan yang dilontarkannya itu? Ia tidak mungkin mengetahui kalau bukan dari kamu. Mengapa kalian beritahukan kepada mereka tentang kutukan Allah kepada kalian, sehingga mereka dapat mengalahkan hujjah kalian?!" Maka turunlah ayat ini (QS. 2: 76) yang menegaskan penyesalan mereka akan kebocoran isi Taurat kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam satu versi oleh Ibnu Jarir dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas dikemukakan bahwa apabila orang Yahudi bertemu dengan orang-orang mu’min, mereka berkata: "Kami percaya bahwa sahabatmu itu Utusan Allah, tetapi kerasulannya hanya kepadamu saja". Apabila bertemu dengan sesama mereka, maka mereka berkata: "Janganlah kamu membincang masalah (kerasulan) ini kepada bangsa Arab itu, dimana kamu dahulu pernah memohon kepada Allah agar mendapat kemenangan terhadap orang-orang Arab dengan kebesaran utusan yang akan datang (Muhammad), sedang kenyataannya utusan itu muncul dari golongan mereka". Maka Allah SWT turunkan ayat ini (QS. 2: 76) sebagai penjelasan atas prilaku Yahudi itu.

Menurut versi lain oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari As-Suddi bahwa, turunnya ayat ini (QS. 2: 76) berkaitan dengan orang-orang Yahudi yang beriman, kemudian berbalik menjadi munafik. Sewaktu mereka masih beriman, mereka sering mendatangi kaum mu’min bangsa Arab dengan membawa berita yang biasa mereka perbincangkan. Setelah menjadi munafik maka mereka berbicara satu sama lain; "Mengapa kamu beritahukan tentang kutukan Allah berupa siksaan terhadap kita sehingga mereka berkata: "Kami lebih dicintai Allah dan lebih mulia daripada kamu?"

أَوَلاَ يَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ (77)

Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?(77)

Di sini terkandung peringatan bahwa Allah mengetahui segala tindak tanduk mereka, dengan konsekwensi; Allah pasti akan menimpakan ganjaran yang setimpal atas perbuatan mereka itu. Tetapi… apakah arti ancaman bagi orang yang terombang ambing oleh kesesatan dan mempunyai jiwa yang keras membatu?

Selanjutnya:

وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لاَ يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ

Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka

Jadi golongan ini merupakan golongan Yahudi yang hanya beragama turut-turutan, seperti pucuk aru di tepi pantai yang melambai ke arah mana angin bertiup. Sikap beragama seperti ini adalah tercela di hadapan Allah SWT.

Allah SWT mengajari ummat mu’min di dalam Al-Quran pada surat Al-Israk ayat 36:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً (36)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Israk: 36)

Golongan Yahudi begini tidak mau menuntut ilmu pengetahuan tentang Al-Kitab, bahkan menelan mentah-mentah dongengan-dongengan yang dibaurkan oleh pemuka agama mereka kepada Al-Kitab itu.

Berdasarkan kepada fakta sejarah, maka sebelum mereka menghimpun Al-Kitab itu merupakan tradisi rakyat yang tidak mempunyai sandaran kecuali dalam ingatan manusia. Perjalanan waktu dari masa ke masa mengakibatkan terjadinya penyimpangan yang jauh dari Al-Kitab yang sebenarnya, sehingga pengetahuan mereka atas Al-Kitab tersebut tidak lebih dari yang digambarkan ayat ini:

وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ (78)

dan mereka hanya menduga-duga.(78)

Ketidak jujuran pemimpin agama Yahudi itu, membuat mereka tidak merasa takut berlaku keji kepada Al-Kitab…

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah",

Mengapa hal ini sampai terjadi, dan apa motivasi mereka di balik itu?!

لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً

(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.

Rupanya Allah SWT mereka remehkan sedang-kan dunia mereka agungkan…

فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (79)

Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.(79)

Kepongahan Yahudi melebihi takaran, berbicara seenaknya dan merasa bahwa mereka tidak akan menerima akibat apapun dari kebejatan akidah dan akhlaknya.

Menurut riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa, sewaktu Rasulullah SAW sampai di Medinah, orang-orang Yahudi mengatakan: "Umur dunia ini tujuh ribu tahun. Manusia disiksa tiap-tiap seribu tahun menurut ukuran dunia adalah sama dengan sehari akhirat, sehingga jumlahnya hanya tujuh hari saja, dan setelah itu putuslah siksaan." Maka turunlah ayat di atas sebagai bantahan.

Selanjutnya mereka berkata bahwa bangsa Yahudi tidak akan masuk neraka. Kalaupun mereka disentuh neraka tidak lebih dari empat puluh hari yakni; selama mereka ditinggalkan Musa menerima Taurat ke Thursina yang pada waktu itu mereka menyembah patung anak sapi.

وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلاَّ أَيَّامًا مَعْدُودَةً

Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja."

Omong kosong dan propaganda licik yang tak berdasar. Maka Allah SWT menyuruh ummat mu’min mengajukan bantahan:

قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللهُ عَهْدَهُ

Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya

أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ (80)

ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?".(80)

Para penyelidik yang mempelajari watak Bani Israil dari generasi ke generasi akan bingung melihat kelakuan mereka yang mempunyai seribu wajah… Al-Quran menyingkap tabir di balik itu.

بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً

Memang, barangsiapa yang berbuat kejahatan

Watak demikian adalah hasil dari kejahatan:

وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ

dan ia telah dililit oleh dosanya,

sehingga tidak berdaya melepaskan dirinya dari kesalahan dan dosa-dosa yang membelenggunya, maka:

فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (81)

mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(81)

Sebaliknya:

وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (82)

Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.(82)



Rabu, 26 Oktober 2011

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 67 S/D 74


WATAK BANI ISRAIL
(Lanjutan ayat)

  
Topik pembicaraan beralih kepada masalah lain yaitu tentang kebandelan yang mereka perlihatkan sewaktu menerima suatu tugas. Peristiwa yang diungkap adalah berhubungan dengan perintah menyembelih sapi betina, dan dari kata "Al-Baqarah (sapi betina)" ini pula diambil nama surat kedua Al-Quran ini:
  
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ (67) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَ فَارِضٌ وَلاَ بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ (68) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ (69) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ (70) قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ وَلاَ تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لاَ شِيَةَ فِيهَا قَالُوا الآَنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ (71) وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا وَاللهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (72) فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِي اللهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (73) ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (74)

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".(67) Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".(68) Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."(69) Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."(70) Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.(71) Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.(72) Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti(73) Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.(74)

 URAIAN AYAT

Dalam kisah pendek ini terlihat jelas watak Bani Israil yang bandel, terputusnya hati antara mereka dengan sumbernya yang bening dan bersih, yaitu sumber keimanan kepada yang ghaib, keimanan kepada Allah, serta kesediaan membenarkan dan menerima apa yang dibawa rasul…

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina".

Dalam ungkapan yang disampaikan Musa a.s. ini sudah cukup bagi mereka untuk melaksanakan perintah, mengingat Musa adalah pemimpin mereka yang tiada menyampaikan sesuatu berdasarkan pemikirannya semata, tetapi berdasarkan firman Allah SWT kepadanya.

Tetapi apa tanggapan mereka?
قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا
Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?"

Alangkah bebalnya hati yang menanggapi seruan rasul dengan remeh dan kurang ajar…

قَالَ أَعُوذُ بِاللهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ (67)
Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".(67)

Musa menerangkan bahwa apa yang mereka duga hanya pantas dilakukan oleh orang yang jahil, yang jauh dari hakikat iman dan akhlakul kariimah.

Jika mereka segera melaksanakan perintah Allah SWT dan rasulNya itu, tentulah mereka akan melaksanakannya dengan mudah, tetapi keimanan mereka yang dangkal dan budi pekerti mereka yang bebal mendorong mereka melontar-kan pertanyaan konyol:
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ
Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhan-mu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu."

Pertanyaan ini membuka tabir jatidiri mereka yang meragukan kerasulan Musa… Keraguan itu sendiri adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia. Seperti diterangkan Al-Quran pada permulaan surat ini bahwa, hati yang berpenyakit (ragu-ragu beriman) akan ditambah Allah penyakitnya. Itulah penyakit dalam penyakit dan yang pantas bagi pengidapnya adalah azab yang besar.

Dari ungkapan yang dilontarkan Bani Israil di atas, seolah-olah Tuhan Musa adalah berbeda dengan Tuhan mereka. Seakan-akan persoalan ini hanya menyangkut persoalan Musa dengan Rabb-nya, bukan permasalahan mereka.

Dengan sabar Musa menjelaskan:

قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَ فَارِضٌ وَلاَ بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ
Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu;

Musa kembali memberi nasehat:
فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ (68)
maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada-mu". (68)

Jawaban yang sebenarnya sudah lebih dari cukup, dan mudah dilaksanakan; ambillah sapi betina yang setengah umur, lalu sembelih! Tetapi dasar Yahudi…

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya".

Mereka tetap mengatakan "Tuhanmu", seolah-olah Tuhan Musa bukan Tuhan mereka. Kemudian dengan sengaja menjerat diri mereka dengan kesulitan, lalu:

قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا
Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya,

تَسُرُّ النَّاظِرِينَ (69)
lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."(69)

Jawaban yang sangat jelas dan menambah kesulitan karena ulah mereka sendiri.

Apakah mereka segera menjalankan perintah? Dan sudah selesaikah pertanyaan mereka?!

Ternyata belum!
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ

Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu,
إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا
karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami

Jadi alasan mereka, karena samar!
وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ لَمُهْتَدُونَ (70)
dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."(70)

Sampai di sini mereka mulai menyadari kebandelannya.

قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَ ذَلُولٌ تُثِيرُ الأَرْضَ
Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah
وَلاَ تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لاَ شِيَةَ فِيهَا
dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya."

Setelah situasi bertambah rumit dan ruang gerak mereka semakin sempit, maka:

قَالُوا الآَنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ
Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya".

Sekarang?!

Jadi sebelumnya Musa tidak berkata benar?!

Sungguh pandangan yang sangat naif!
فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ (71)
Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.(71)

Setelah perintah tadi mereka laksanakan, maka Allah SWT menerangkan rahasia di balik itu. Allah hendak memperlihatkan kepada mereka kekuasaanNya, serta hakikat hidup dan mati. Allah membukakan kepada mereka hikmah penyembelihan sapi betina dimana sebelumnya terjadi kasus pembunuhan atas salah seorang mereka, lalu saling menuduh satu sama lain. Masing-masing suku membersihkan diri dari suku lain, karena memang tidak ada saksi. Untuk itu Allah SWT memperlihatkan kekuasanNya dengan menunjukkan si pembunuh melalui lidah si terbunuh sendiri.
وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا
Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu.
وَاللهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (72)
Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.(72)

Allah SWT menjadikan bagian anggota sapi betina yang disembelih sebagai media memperlihatkan iradahNya.
فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا
Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!"

كَذَلِكَ يُحْيِي اللهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (73)
Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti(73)

Peristiwa ini seharusnya menyadarkan Bani Israil, tetapi lain yang terjadi:

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.

Batu dijadikan sebagai pembanding hati, ternyata hati mereka lebih keras dan gersang dari batu!

وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ

Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya

وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ

dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya

وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ
 dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. 

Ayat ditutup dengan penegasan:

وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (74)

 Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.(74)