AL-QURAN DAN CIRI-CIRI ORANG-ORANG BERTAQWA
الم (1) ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)
Alif Laam Miim.(1) Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(2) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,(3) dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.(4) Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(5)
URAIAN AYAT
Surat Al-Baqarah termasuk surat yang pertama-tama diturunkan sesudah hijrah dan merupakan surat yang paling panjang dalam Al-Quran. Menurut pendapat yang terkuat, ayat-ayat surat ini tidaklah diturunkan sampai selesai sebelum turun ayat-ayat dari surat lain. Dengan meneliti sebab-sebab turunnya beberapa ayat ini dan ayat-ayat dari surat Madaniyah lain – walaupun sebab-sebab itu bukanlah sebab yang pasti – menunjukkan bahwa ayat-ayat itu tidaklah diturunkan secara beruntun; tetapi beberapa ayat dari surat yang berikutnya sudah diturunkan sebelum surat yang terdahulu selesai. Adapun di dalam menentukan urutan surat, yang menjadi pegangan adalah turunnya ayat-ayat pertama dari surat; bukan seluruh ayat. Maka dalam surat Al-Baqarah ini kita jumpai ayat-ayat yang diturunkan di penghujung turunnya Al-Quran, seperti ayat riba. Sedangkan ayat dipermulaan surat menurut pendapat yang terkuat adalah ayat yang pertama turun di Medinah.
Ayat pertama dimulai dengan:
الم (1)
Alif Laam Miim.(1)
Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian surat-surat Al-Quran seperti; alif lam mim, alif lam raa, alif lam mim shad dan sebagainya.
Di antara ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang masuk ayat-ayat mutasyaabihaat dan ada pula yang menafsirkannya.
Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al-Quran diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad SAW semata, maka cobalah mereka buat semacam Al-Quran ini.
Mukjizat Al-Quran ini sama saja dengan mukjizat semua ciptaan Allah, sama saja dengan membandingkan ciptaan Allah SWT dengan buatan manusia. Lihatlah tanah yang tersusun indah dari partikel-partikel dan telah dikenal ciri dan sifatnya. Jika manusia mengambil partikel-partikel ini, paling-paling manusia mampu membentuknya menjadi lempengan atau batu bata, atau mangkok, bangunan atau alat-alat dengan bentuk yang rapi… Tetapi Allah Maha Pencipta, menjadikan pertikel-partikel itu penuh gerak. Semuanya menyimpan mukjizat Ilahi… rahasia hidup, rahasia yang tidak kenal manusia.
Demikian pula dengan Al-Quran… manusia dapat merangkai huruf dan kata-kata menjadi kalimat, prosa dan syair; tetapi Allah menjadikan Al-Quran dan Al-Furqan… Maka perbedaan antara buatan manusia dengan ciptaan Allah dalam susunan huruf dan kata-kata ini adalah seperti perbedaan antara tubuh yang kaku dengan roh yang hidup; perbedaan antara bentuk hidup dengan hakikat hidup.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ
Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
Telah nyata manusia tidak berdaya untuk menyusun huruf dan kata-kata seperti Al-Quran ini, lalu dari mana datangnya keraguan?
Al-Quran berulangkali menantang manusia yang meragukannya untuk menyusun huruf seperti Al-Quran, atau sepuluh surat, atau hanya satu surat saja. Namun sampai sekarang tidak ada seorang manusiapun yang sanggup menjawab tantangan ini.
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(2)
Al-Quran adalah petunjuk hidup, cahaya dan pengarah yang gamblang. Dengan itu manusia akan terhindar dari bahaya kesesatan dan mantap menjalani kehidupan menuju tujuan sejati.
Tetapi tidak semua orang yang mampu memahami dan mengamalkan petunjuk Al-Quran ini… Ia adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa…
Taqwa bukan hanya sebatas pengertian "takut" belaka…Taqwa adalah membuka pintu hati sehingga sinar Al-Quran masuk ke dalamnya… Taqwa mempersiapkan hati untuk menggapai petunjuk… Taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Selanjutnya diterangkan ciri-ciri orang-orang yang bertaqwa:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa; dan ditandai oleh kemauan untuk mengerjakan apa yang dikehendaki iman; tanpa demikian sama sekali bukanlah iman.
Sedangkan "yang ghaib" ialah yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera…
Orang yang bertaqwa percaya kepada yang ghaib, yakni; meyakini adanya "yang maujud" di luar yang ditangkap panca indera, karena ada dalil yang menunjukkan adanya… Iman kepada yang ghaib adalah pintu gerbang pertama yang harus dilewati manusia untuk meningkatkan dirinya dari taraf binatang yang hanya menangkap sesuatu dengan panca indera, menanjak naik ke taraf manusia yang dapat memahami bahwa maujud ini jauh lebih besar dari yang ditanggapi panca indera, termasuk ciptaan manusia yang tak lebih dari pancaindera yang diperluas.
Hal ini akan melahirkan pengaruh yang sangat dalam kepada manusia dalam memahami hakikat wujud secara menyeluruh, termasuk memahami dirinya sendiri… merasakan bahwa alam ini tidak hanya alam fisik, tetapi di balik itu ada metafisik. Bahwa di balik yang kasat mata, ada kekuatan yang lebih besar dari alam dan mengatur segalanya… Dialah Allah SWT.
Hati yang dipenuhi keyakinan begini senantiasa bertaqarrub kepada Allah dan berubudiyah kepadaNya juga.
Selanjutnya ciri-ciri orang yang bertaqwa:
وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ
yang mendirikan shalat
Shalat menurut bahasa Arab berarti; do'a. Menurut istilah syara' adalah ibadat yang sudah dikenal, dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam.
Mendirikan shalat yakni; menunaikannya dengan teratur, melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik lahir maupun bathin, seperti khusu', memperhatikan yang dibaca dan lain sebagainya.
Bila kita mempelajari lebih mendalam sistem keagaan Islam, maka kita akan memahami bahwa fungsi shalat antara lain adalah sebagai media penghubung antara hamba dengan Khaliqnya…
Mereka yang hatinya penuh taqwa akan terjauh dari penghambaan diri kepada manusia atau kepada benda, dan hanya menghambakan dirinya kepada Allah Pemilik Kekuatan Mutlak tanpa batas. Lalu, menginsafi bahwa tujuan hidupnya bukanlah untuk membenamkan diri dalam kehidupan duniawi dan segala manifestasi-nya.
Hubungan yang erat dengan Allah SWT menimbulkan kesadaran bahwa segala rezeki yang diterima adalah karunia Allah SWT sebagai penunjang pengabdian kepadaNya; dalam arti yang seluas-luasnya.
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3)
dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,(3)
Rezeki: segala yang dapat diambil manfa'at-nya… dan orang yang bertaqwa menafkahkan sebagian rezeki yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, sesuai dengan pengarahan Al-Quran.
Kemudian, tentang lanjutan ciri orang bertaqwa:
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4)
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.(4)
Mereka yang bertaqwa yang hatinya bersemi dengan siraman Al-Quran adalah bagian dari kafilah mukmin sepanjang sejarah, selalu memantapkan diri dalam pengabdian yang tulus kepada Ilahi. Mereka menyadari bahwa tanpa petunjuk Ilahi, maka manusia tidak akan pernah mampu memahami hakikat hidup sebenarnya. Petunjuk yang berupa wahyu itu diturunkan Allah kepada manusia melalui perantaraan para nabi dan rasul… dan, sebelum Allah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW maka Allah telah menurunkan KitabNya yang lain kepada nabi dan rasul terdahulu; semuanya bertujuan untuk membimbing manusia menempuh jalan yang benar, dan agar jangan terjerumus ke lembah kesesatan dan kenistaan.
Tetapi apa yang terjadi?
Kitab-kitab terdahulu seperti Taurat dan Injil, telah dinodai tangan-tangan jahil…
Berbeda dengan Al-Quran ini, dimana prinsif-prinsif yang terdapat pada wahyu terdahulu telah terangkum di dalamnya, telah dijamin Allah penjagaannya. Itulah yang ditegaskan Allah di dalam surat Al-Hijir ayat 9:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (9)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.(QS.Al-Hijr: 9)
Pada ayat yang ke-5 surat Al-Baqarah ini, datanglah ketetapan Allah SWT:
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(5)
Mana lagi petunjuk yang lebih lurus dan lebih benar dari petunjuk Allah?
Jadi dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam menempuh liku-liku kehidupan ini, dan bersifat dengan sifat orang-orang yang bertaqwa, adalah sebagai kunci penentuan nasib peruntungan kita…
BalasHapusmaaf mau nambahin resensi aja nih kajian KITAB tafsir al munir surah al baqarah ayat 5