Sabtu, 26 September 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 30 S/D 33

PENCIPTAAN ADAM DAN TUGAS KEKHILAFAHAN

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ(30) وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(31) قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ(32) قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ(33)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesung-guhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(30) Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"(31) Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(32) Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"(33)

URAIAN AYAT

Rangkaian ayat yang terdahulu memaparkan tentang kehendak Allah SWT yang ingin menye-rahkan kendali bumi ini dengan wewenang penuh ke tangan makhlu manusia. Maka untuk itu manusia diperlengkapi dengan berbagai potensi laten, persediaan bahan yang cukup dari kandungan bumi berupa daya dan energi, kekayaan dan bahan baku, serta dianugerahi pula dengan kekuatan tersembunyi untuk dapat mewujudkan kehendak Allah itu.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Jadi posisi manusia dalam organisasi wujud di bumi ini adalah posisi yang agung, berupa kemuliaan yang memang diperuntukkan Allah SWT baginya…
Lalu para malaikat menanggapi…

قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu

مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا
orang yang akan membuat kerusakan padanya

وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
dan menumpahkan darah,

وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau

وَنُقَدِّسُ لَكَ
dan mensucikan Engkau?"

Tentang ayat di atas Sayyid Quthub menguraikan sebagai berikut:

Ucapan para malaikat ini menunjukkan bahwa mereka memiliki alasan dan bukti, dari kenyataan atau pengalaman sebelumnya di atas bumi; atau dari ilham penglihatan mata hati yang menyingkapkan pada mereka sedikit banyaknya tentang fithrah makhluk bumi ini atau gambaran perjalanan hidupnya nanti di muka bumi; yang menyebabkan mereka mengetahui atau memper-kirakan, bahwa makhluk ini akan berbuat kebina-saan di atas bumi dan akan menumpahkan darah… Kemudian mereka dengan fithrah kemalaikatannya yang hanya dapat membayang-kan kebaikan yang mutlak, serta kedamaian yang sempurna saja berpendapat bahwa bertasbih memuji Allah dan mensucikanNya, adalah satu-satunya tujuan mutlak dari wujud ini, dan itu pula satu-satunya alasan diciptakannya seluruh wujud… Dan hal itu tercapai dengan adanya mereka, yang selalu bertasbih memuji Allah dan mensucikanNya, berubudiyah kepadaNya tanpa putus-putus!

Mereka tidak mampu melihat hikmah dari kehendak agung itu, di dalam membangun dan membina bumi ini, dalam pengembangan dan variasi kehidupan, di dalam menjelmakan kehendak Al-Khalik dan hukum-hukum alam untuk memperkembangkan, meningkatkan dan memperbaiki kehidupan; yang semuanya itu dilaksanakan oleh khalifah di atas bumi ini. Khalifah ini kadangkala berbuat kebinasaan dan adakalanya menumpahkan darah; namun di balik keburukan yang tampak dan insidentil itu, terwujud kebajikan yang lebih besar dan lebih menyeluruh. Kebaikan dalam bentuk pertum-buhan terus menerus, dan peningkatan yang tak putus-putus. Kebaikan dari gerak merombak dan membangun. Kebaikan dan upaya yang tak pernah putus, penelitian yang pantang berhenti, serta pergantian dan perobahan dalam harta milik yang maha luas ini.

Sampai di taraf ini, datanglah penegasan dari Yang Maha Tahu tentang segala sesuatu, Yang Maha Lengkap informasiNya tentang akhir segala masalah:

قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ(30)
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(30)

Jadi, iradat Allah SWT sama sekali tidak berjalan secara serampangan.
Allah menciptakan sesuatu dengan ilmu dan hikmahNya yang tiada terbatas… Ilmu penge-tahuan yang pada hakikatnya adalah anugerah Allah SWT belaka kepada makhlukNya; tidak selayaknya membuat sang makhluk itu berlagak pintar di hadapanNya…
Dengan ini bukan berarti kita mengatakan bahwa para malaikat melecehkan firman Allah SWT, atau membantahNya… Malaikat bagaimana-pun juga adalah makhluk yang senantiasa patuh kepada Ilahi…

وَِللهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلاَئِكَةُ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ (49) يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (50)
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.(49) Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).(50) (QS. 16: 49-50)

Seperti disebutkan dalam kutipan Sayyid Quthub sebelumnya bahwa: mereka dengan fithrah kemalaikatannya yang hanya dapat membayangkan kebaikan yang mutlak, serta kedamaian yang sempurna saja berpendapat bahwa bertasbih memuji Allah dan mensucikan-Nya, adalah satu-satunya tujuan mutlak dari wujud ini, dan itu pula satu-satunya alasan diciptakannya seluruh wujud… Dan hal itu telah tercapai dengan adanya mereka, yang selalu bertasbih memuji Allah dan mensucikanNya, berubudiyah kepadaNya tanpa putus-putus!

Jadi, ungkapan para malaikat itu sama sekali bukanlah didorong oleh sikap berlagak pintar di hadapan Allah SWT… Malaikat hanya menyukai makhluk yang berubudiyah kepada Allah SWT belaka, seperti mereka yang bertasbih memujiNya serta mengkuduskanNya…
Penjelasan berikutNya dilanjutkan dengan:

وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat

فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(31)
lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"(31)

Selanjutnya Sayyid Quthub mengomentari:

Beginilah kita –dengan mata hati yang sadar di bawah berkas sinar makrifat- menyaksikan apa yang dilihat para malaikat di al-mala'ul a'la… Kita menyaksikan sebahagian dari rahasia luar biasa yang dianugerahkan Allah kepada makhluk manusia itu ketika menyerahkan jabatan khalifah kepadaNya. Yaitu rahasia kemampuan melam-bangkan sesuatu dengan nama. Rahasia kemampuan memberikan nama kepada pribadi-pribadi dan benda-benda; sehingga dapatlah nama-nama tersebut –dalam bentuk kata yang diucapkan- menjadi lambang dari pribadi-pribadi dan benda yang diindera itu. Kemampuan itu mempunyai nilai yang besar bagi kehidupan manusia di atas bumi. Kita dapat menyadari nilai itu, bila kita bayangkan kesulitan luar biasa yang bakal dihadapi manusia seandainya ia tidak dianugerahi kemampuan tersebut: sukar dalam berkomunikasi, karena untuk menjelaskan sesuatu kepada orang lain ia harus menghadirkan sesuatu itu di hadapan mereka. Misalnya saja pohon kurma; tidak ada jalan untuk dapat memahaminya kecuali menghadirkan batang kurma itu sendiri. Atau tentang gunung, tidak ada cara untuk saling mengerti kecuali dengan pergi ke gunung itu! Demikian pula kita tidak dapat menjelaskan tentang seseorang, kecuali dengan menghadirkan orang tersebut… Sungguh suatu kesulitan yang besar, sehingga tidak dapat dibayangkan kemungkinan adanya suatu bentuk kehidupan dengan cara demikian! Pasti kehidupan ini tak akan dapat berjalan, seandainya Allah tidak menganugerahkan kepada makhluk tersebut kemampuan melambangkan sesuatu dengan nama itu.

Adapun malaikat, mereka tidak melakukan cara seperti itu, sebab mereka tidak membutuh-kannya dalam menunaikan tugas-tugas mereka. Oleh karena itu, mereka tidak dilengkapi dengan keistimewaan ini. Takkala Allah mengajarkan kepada Adam rahasia tersebut dan menawar-kannya kepada para malaikat, mereka tidak mampu menyebutkan nama-nama itu. Mereka tidak mengetahui cara menempatkan lambang kata untuk benda-benda dan pribadi-pribadi… menghadapi kekurangan ini, mereka bertasbih kepada Allah, mengetahui kelemahan serta keterbatasan ilmu mereka yang tidak lebih dari apa yang telah diajarkan kepada mereka… sedang Adam mengetahuinya… maka datanglah penje-lasan berikutnya hingga mereka dapat menyelami hikmah dari Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana:

قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;

إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ(32)
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(32)

Jadi, para malaikat menginsafi kelemahan serta keterbatasan ilmu mereka yang tidak lebih dari apa yang diajarkan kepada mereka. Oleh sebab itu mereka segera bertasbih; mensucikan Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Setelah itu:

قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini".

فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,

قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi

وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ(33)
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"(33)

Adam telah dibekali pengetahuan khusus berupa kemampuan melambangkan sesuatu dengan nama, yang tidak diberikan kepada malaikat. Dengan bekal itu kepadanya diserahi amanah kekhilafahan di bumi… Dan, manusia adalah makhluk yang mulia selama menyadari siapa dirinya, dan untuk apa dia diciptakan.

Kamis, 24 September 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 28 S/D 29

MENGAPA KAFIR KEPADA ALLAH?!

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ(28) هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ(29)

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?(28) Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(29)

URAIAN AYAT

Ayat 26 dan 27 surat Al-Baqarah di atas diarahkan kepada manusia banyak, yang meng-ingkari kekafiran mereka terhadap Allah, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, dan Yang Mengatur kehidupan mereka…

Manusia diingatkan kepada realitas kehidup-an yang tidak dapat diingkari…

Bahwa; ia hadir di bumi ini melalui proses hidup serta fase-fase wujud. Ia berasal dari Allah SWT. Namun, pada kenyataannya manusia banyak yang mengingkari hakikat wujud ini:

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللهِ

Mengapa kamu kafir kepada Allah,

Ya, kenapa kamu kafir kepada Allah Yang telah Menciptakan kamu dari tiada menjadi ada?

وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا

padahal kamu tadinya mati,

kaku, seperti halnya benda-benda yang ada di sekitarmu? Bahkan kamu tidak dapat disebut apa…

فَأَحْيَاكُمْ

lalu Allah menghidupkan kamu,

dan menyiapkan segala sesuatu penunjang kehidupan sampai jangka waktu yang telah ditentukan…

Mengapa kafir kepada Allah?! Padahal Dia Yang menghidupkan kamu di dunia ini melalui proses yang telah ditetapkannya?!

Firman Allah SWT pada surat Al-Insan ayat 1 sd 2:

هَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا (1) إِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (2)

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. 76:1)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. 76:2)

ثُمَّ يُمِيتُكُمْ

kemudian kamu dimatikan…

Ketentuan ini tidak dapat diingkari atau ditolak, karena ia adalah hakikat yang dihadapi oleh setiap makhluk hidup di sepanjang waktu.

ثُمَّ يُحْيِيكُمْ

dan dihidupkan-Nya kembali,

Inilah kenyataan yang dibantah dan diingkari oleh sebagian orang pada masa dahulu, seperti halnya terjadi pada masa sekarang oleh sebagian orang jahiliyah, padahal apabila mereka meng-analisa tentang terjadinya hidup pertama, maka hal itu sama sekali bukanlah sesuatu yang aneh dan tidak pantas dibohongkan…

Semasa Rasulullah SAW menyampaikan hakikat hidup setelah mati kepada masyarakat jahiliyah Quraisy, maka mereka menantang beliau dengan membawa sepotong tulang onta yang sudah rapuh. Sambil meremas-remas tulang tersebut di hadapan Rasulullah SAW mereka mengajukan pertanyaan: "Siapakah yang akan menghidupkan tulang yang telah hancur luluh ini?"

Pertanyaan ini dijawab Allah SWT dengan menurunkan firmanNya pada surat Yasin:

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلاَ وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ (79) الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ (80) أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلاَّقُ الْعَلِيمُ (81) إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82) فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (83)

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?"(78) Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,(79) yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu."(80) Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia ber-kuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.(81) Sesungguhnya perintah-Nya apa-bila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.(82) Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.(83)

Jadi, dengan memahami hakikat penciptaan pertama, maka hidup setelah mati adalah per-soalan yang sederhana dan tidak pantas diingkari.

Lanjutan surat Al-Baqarah sebelumnya meng-ungkapkan:

ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ(28)

kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?(28)

Kamu akan dikembalikan kepadaNya untuk menjalani hukum dan melaksanakan keadilanNya.

Di sini terungkap seluruh lembaran kehidupan manusia dengan latar belakang bahwa manusia berada dalam genggaman Maha Pencipta; berawal dari keheningan maut, menjalani kehidupan di bumi, kemudian dicengkeram maut untuk selan-jutnya dihidupkan sekali lagi dan akhirnya kem-bali kepadaNya, sebagaimana dari Dia diciptakan pertama kali.

Kemudian Allah SWT menyingkapkan tentang penciptaan seluruh kandungan bumi bagi kepentingan manusia, tentang tujuan penciptaan manusia dan peranannya yang menonjol di permukaan bumi, begitu pula tentang nilainya pada neraca Allah SWT:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu

Tampak nyata bahwa manusia adalah makh-luk yang mulia dan dijadikan sebagai khalifah di bumi (seperti akan kita uraikan dalam lanjutan surat ini), menjadi penguasa dan pengelolanya…

Manusia dijadikan sebagai makhluk penguasa pertama atas semua warisan yang maha luas ini adalah tuan bagi bumi, tuan bagi alat, bukan sebagai hamba alat seperti dipropagandakan oleh penganut paham materialistis… bukan tunduk dan mengekor pada perobahan-perobahan yang ditimbulkan oleh hubungan posisi kemanusiaan dengan alat-alat itu, seperti dipamerkan oleh paham materialistis. Mereka membencihi peranan dan posisi kemanusiaan karena ingin menjadikan manusia tunduk dan patuh kepada alat-alat yang kaku; lalu menjadikan alat-alat tadi sebagai tuan yang terhormat!

Nilai materi apapun sama sekali tidak boleh mendikte nilai kemanusiaan, tidak boleh meng-hina dan merendahkan arti kemanusiaan dan segala usaha yang bertujuan untuk menghina dan merendahkan nilai kemanusiaan adalah berten-tangan eksistensi manusia.

Jadi, kehormatan dan martabat kemanusiaan adalah yang paling utama, setelah itu baru menyu-sul nilai-nilai materi.

Selanjutnya pernyataan Allah bahwa bumi dan segala yang ada padanya adalah untuk manusia bukan berarti manusia diberi kebebasan sebebas-bebasnya bertindak tanpa batas, tetapi manusia telah diberi aturan hidup yang tidak boleh dilanggar… mereka diberi nikmat kekhila-fahan dan kemuliaan. Dengan nikmat tadi mereka dapat menjalankan tujuan penciptaannya yang paling utama yaitu mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Sungguh suatu penyimpangan dan kepan-diran yang sangat besar apabila manusia meng-abdikan diri kepada benda-benda padahal benda-benda ini diciptakan Allah SWT untuk memenuhi keperluan hidup manusia di bumi ini.

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ

Kemudian Dia beristiwak ke langit,

Kita tidak dapat membicarakan pengertian ungkapan "Allah beristiwak (bersemayam) ke langit" selain dari meyakini bahwa Allah bersemayam ke langit sesuai dengan kebesaran dan keagunganNya di luar segala gambaran yang mungkin ada di benak kita, karena tidak ada sesutu apapun yang menyerupai Allah SWT…

Gambaran-gambaran yang terlintas dalam pemikiran kita adalah bertalian dengan alam materi yang dapat diindera.

Sesungguhnya alam itu terdiri dari alam syahadah (nyata dan dapat ditangkap panca indera) serta alam ghaib (misteri). Sedangkan alam ghaib adalah jauh lebih besar dari alam syahadah…

Otak dan pemikiran manusia tidak berdaya untuk memecahkan persoalan alam ghaib, padahal ia adalah ciptaan Allah SWT belaka.

Kita tidak mungkin untuk membicarakan "Allah SWT bersemayam ke langit" dengan meng-andalkan imajinasi pemikiran kita. Bahkan; membincang "bagaimana itu terjadi", sudah men-jerumuskan kita ke dalam bahaya kesesatan yang jauh…

Allah Pencipta langit dan bumi…

Allah bersemayam ke langit…

Allah tidak ada satupun yang menyerupai-Nya…

فَاطِرُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ(11)

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. 42:11)

Pembicaraan tentang hal ini telah menyeret ummat Islam ke dalam perdebatan yang hanya mencetuskan bencana. Semua debat kusir yang ditimbulkan di antara sarjana-sarjana Islam di sekitar ungkapan Al-Quran ini, adalah akibat dari penyakit yang berasal dari filsafat Yunani dan pembahasan teologi Yahudi dan kristen. Penyakit inilah yang telah menodai kemurnian dan keber-sihan pemikiran Islam…

فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ

lalu dijadikan-Nya tujuh langit.

Kita juga tidak harus menentukan bentuk dan dimensi tujuh langit. Cukup apa yang disebutkan secara umum oleh teks ayat ini, yaitu penciptaan langit dan bumi dalam rangka mencela prilaku kekafiran manusia terhadap Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam.

وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ(29)

Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(29)

Karena Dia adalah Pencipta dan Pengatur segala sesuatu, maka ilmuNya juga mencakup segala sesuatu.

Dia menciptakan manusia untuk mengabdi kepadaNya dan menjadi khalifah di bumi. Tiap-tiap tindakan dan prilaku manusia yang keluar dari garis ketetapan Ilahi ini adalah suatu kesesatan yang nyata. Sedangkan kesesatan hanya akan menjerumuskan ke dalam penyesalan dan siksaan yang pedih.

Oleh sebab itu insaflah wahai manusia, lalu kembalilah ke jalan yang benar, sebelum penyesalan dan siksaan yang pedih datang menerjang.

Senin, 08 Juni 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 26 S/D 27

YANG SESAT DAN YANG
MENDAPAT PETUNJUK


إِنَّ اللهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلاً مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهَذَا مَثَلاً يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ(26) الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ(27)

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang ber-iman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,(26) (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.(27)

URAIAN AYAT

Pada uraian ayat sebelumnya Allah SWT telah menantang kaum musyrikin Quraisy dan seluruh orang-orang yang meragukan Al-Quran, untuk membuat tandingannya.

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al- Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(23) Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(24) Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.(25)

Melalui ayat 26 dan 27 surat Al-Baqarah di atas Allah SWT mengungkapkan tentang perumpamaan-perumpamaan di dalam Al-Quran yang diremehkan orang-orang fasik. Sekaligus menjelas-kan tentang jatidiri orang-orang fasik…

Terdapat berbagai riwayat yang menerangkan tentang sebab turun ayat yang ke-26 tersebut:

Menurut suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas'ud dan beberapa sahabat lainnya, bahwa ketika Allah SWT membu-at tamsilan perumpamaan kaum munafikin dalam firmanNya (surat Al-Baqarah ayat 17-19), kaum munafikin berkata: "Mungkinkah Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Luhur membuat contoh seperti ini?". Maka turunlah ayat tersebut di atas yang menegaskan bahwa dengan perumpamaan-perumpamaan yang dikemukakan Allah, orang yang beriman akan semakin tebal keimanannya, sedangkan orang-orang fasik hanya akan semakin sesat dari petunjuk.

Dalam riwayat lain oleh Ibnu Jarir dengan jalur periwayatan yang bersumber dari As-Suddi, bahwa ayat tersebut diturunkan sehubungan dengan surat Al-Hajj ayat 73 dan surat Al-Ankabut ayat 41, di mana orang-orang munafik mengata-kan: "Bagaimana pandanganmu tentang Allah yang menerangkan lalat dan laba-laba di dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Muhammad. Apakah ini bukan bikinan Muhammad?"

Menurut suatu sumber lain, setelah turunnya surat Al-Hajj ayat 73 dan surat Al-Ankabut ayat 41, maka orang-orang musyrikin mengatakan: "Apakah gunanya laba-laba dan lalat diterangkan dalam Al-Quran?"

Jadi, turunnya ayat 26 surat Al-Baqarah itu adalah sebagai jawaban atas reaksi orang-orang yang melecehkan Al-Quran dan perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalamnya, perilaku mereka dinamakan fasik, yaitu orang-orang yang keluar dari jalur kebenaran.
Perumpamaan-perumpamaan yang dikemu-kakan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran ini akan mempertebal keimanan dan keyakinan orang-orang yang beriman. Oleh sebab itu mereka senantiasa bertaqarrub kepada Allah SWT…

Surat Al-Hajj ayat 73 menyebut lalat:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لاَ يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ(73)

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesung-guhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. 22:73)

Surat Al-Ankabut ayat 41 yang diremehkan oleh orang fasik adalah mengandung pengajaran dan hikmah yang sangat besar:

مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ(41)

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (QS. 29: 41)

Dalam ayat ini dipergunakan kata-kata rumah dan bukan jaring laba-laba.

Sekarang sudah diketahui orang bahwa bahan konstruksi jaring laba-laba lebih kuat dari baja, bila dibuat sebanding dan serupa. Cara laba-laba dalam membuat jaring itupun benar-benar menakjubkan. Dari anus laba-laba keluar cairan semacam zat yang begiu terkena udara segera menjadi beku dan kenyal seperti benang. Mulailah laba-laba membuat beberapa garis yang melalui suatu titik seperti jari-jari lingkaran dan kemudian garis melingkar berkali-kali sehingga menjadi perangkap yang ampuh.

Tetapi karena disebut rumah dan diberi sifat yang paling rapuh, dan diakhiri mereka mengetahui?

Tentu ada rahasianya. Memang ada rahasia biologis dalam kehidupan laba-laba ini. Bangunan yang dibuat, seluruhnya dikerjakan oleh laba-laba betina. Dan laba-laba betina ini akan membunuh laba-laba jantan sesudah mereka melakukan perkawinan. Maka laba-laba jantan biasanya ber-usaha untuk melarikan diri sesudah kawin, dan tidak kembali lagi. Anak-anak laba-laba saling membunuh, dan yang menang memakan saudara-nya yang kalah. Kenyataan ini adalah penemuan baru dalam biologi yang dalam zaman Al-Quran diturunkan tidak seorang manusiapun yang mengetahuinya dan membayangkannya.

Jadi, yang begitu kuat dan rapih tidak dapat disebut rumah, lebih tepat disebut pembantaian.

Sarang laba-laba itu betul-betul suatu rumah yang paling rapuh, penghuninya hidup dalam suasana yang mencekam penuh bahaya. (H.A. Malik Ahmad/ Akidah (buku II) hal 48)

إِنَّ اللهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلاً مَا بَعُوضَةً
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk

فَمَا فَوْقَهَا
atau yang lebih rendah dari itu.

Diwaktu turunnya ayat 73 surat Al-Hajj yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya ayat 41 surat Al-Ankabut yang di dalamnya Tuhan menggambarkan kele-mahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.

فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا
Adapun orang-orang yang beriman,

فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ
maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,

Kalau orang-orang beriman semakin ber-tambah keimanannya dengan perumpamaan-perumpamaan itu, maka orang-orang kafir hanya akan semakin sesat:

وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا
tetapi mereka yang kafir

فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهَذَا مَثَلاً
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?"

Di sini manusia berada di persimpangan jalan:

يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah,

Di sesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nya-muk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat.

وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا
dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk.

Yaitu orang-orang yang beriman…

وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ(26)
Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,(26)

Lalu, siapa dan bagaimana tipe orang-orang fasik ini?

Orang-orang yang fasik adalah orang-orang yang menyimpang dari petunjuk Allah.

الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh,

Perjanjian yang telah diikat Allah dengan manusia terdapat dalam berbagai bentuk. Bentuk perjanjian dengan fitrah yang terpusat pada fitrah setiap makhluk hidup… Untuk mengakui Penciptanya, dan untuk mengarahkan ubudiyah hanya kepadaNya. Fitrah ini tetap haus akan keyakinan kepada Allah; tetapi ia telah sesat dan menyeleweng, lalu membuat tandingan-tandingan dan sekutu-sekutu bagi Allah… terdapat dalam bentuk perjanjian untuk menjadi khalifah di muka bumi seperti yang telah diikat Allah SWT dengan Adam..

Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. 2:38) Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. 2:39)

Ataupun dalam bentuk bermacam-macam perjanjian melalui risalah yang telah diturunkan kepada setiap kaum dan setiap bangsa untuk hanya berubudiyah kepada Allah, dan menjalani kehidupan mereka sesuai dengan metode dan hukumNya… Perjanjian-perjanjian inilah semua yang telah dilanggar oleh orang-orang fasik. Kalau perjanjian dengan Allah setelah diteguhkan saja sudah dilanggar, maka setiap perjanjian lain tentu akan dilanggar pula.

وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ
dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya

Allah telah menciptakan manusia terikat dengan bermacam-macam bentuk hubungan; Hubungan darah dan kekeluargaan. Hubungan kemanusiaan dan lain sebagainya. Seluruh manusia terikat dengan ikatan universal, yaitu hubungan akidah dan persaudaraan dalam iman. Tetapi ikatan-ikatan ini diputuskan… Maka timbullah kerusakan di muka bumi:

وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ
dan membuat kerusakan di muka bumi.

Kerusakan itu banyak ragamnya, semuanya berasal dari kefasikan dan melanggar perjanjian dengan Allah serta memutuskan perhubungan yang diperintahkan oleh Allah. Oleh sebab itu pelaku-pelakunya pantas disesatkan Allah SWT…

أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ(27)
Mereka itulah orang-orang yang rugi.(27)

Di dunia bergelimang dalam kesesatan dan kemaksiatan, di akhirat dilemparkan ke dalam siksaan neraka jahannam.

Inilah suatu kerugian yang sangat besar…

Kerugian yang menyengsarakan…

Minggu, 31 Mei 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 23 SAMPAI 25

TANTANGAN UNTUK ORANG YANG MERAGUKAN KEBENARAN AL-QURAN

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(23) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ(24) وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(25)
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(23) Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(24) Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.(25)

URAIAN AYAT

Pada ayat sebelumnya Allah SWT menghim-bau seluruh ummat manusia agar berubudiyah kepadanya… Manusia diajak untuk memilih tipe yang mulia, bersih dan murni, tipe yang aktif yang meraih petunjuk dan kemenangan. Itulah orang-orang yang bertaqwa… Lalu membersihkan diri-nya dari segala bentuk syirik dan manifestasinya.

Dalam rangkaian ayat 23 sd 25 surat Al-Baqarah ini kita melihat tantangan Allah yang ditujukan kepada orang-orang musyrikin Quraisy, serta siapa saja yang meragukan kebenaran Al-Quran ini, untuk membuat tandingannya:

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan

مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا
tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),

Jika kamu menganggap bahwa Al-Quran itu hanyalah dongeng, pelipur lara atau igauan Muhammad SAW, atau anggapan-angapan keliru lain, maka…

فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ
buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu

وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(23)
dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(23)

Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan kebenaran Al-Quran itu, dan Al-Quran tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan ahli bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW.

Apakah tidak ada orang yang mencoba untuk menjawab tantangan ini?!

Ada…! Tetapi tidak seorangpun yang berhasil.

a- Yang pertama-tama mencoba tantangan ini adalah seorang penyair Arab, Lubaid bin Rabi'ah.

Sewaktu mendengar bahwa ada tantangan dari Muhammad, dia merasa tergugah, yakin akan kemampuannya, ditulisnya sebentuk syair dan digantungkannya di Ka'bah. Pada waktu itu hanya syair-syair yang bermutu dan dikarang oleh orang-orang tertentu saja yang boleh digantung-kan di situ. Salah seorang muslim yang melihat syair tersebut merasa bahwa syair itu tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan Al-Quran. Keesokan harinya datanglah Lubaid. Dia kaget, tapi sekaligus kagum dengan nilai-nilai sastra ayat-ayat Al-Quran hingga ia berteriak:

وَاللهِ مَا هَذَا بِقَوْلٍ بَشَرٍ وَأَنَا مِنَ المُسْلِمِيْنَ
"Demi Allah, ini betul-betul bukan perkataan manusia. Mulai sekarang aku jadi orang Islam."

Pada akhirnya, Lubaid meninggalkan profesi-nya sebagai penyair. Malah waktu Umar meminta Lubaid untuk membacakan syair ciptaannya, dibacanya surat Al-Baqarah, kemudian berkata:

مَا كُنْتُ لَتَقُوْلُ شِعْراً بَعْدُ إِنْ عَلَّمَنِيَ اللهُ سُوْرَةَ البَقَرَةِ وَآل عِمْران
"Aku tidak akan membaca syair lagi setelah Allah mengajarkan padaku surat Al-Baqarah dan Ali Imran."

Dan dia menjadi muslim yang taat semenjak tahun ke-9 H.

b- Ada lagi orang yang iseng, ingin mendapat posisi di tengah-tengah masyarakat, mencoba me-niru gaya pantun Al-Quran. Misalnya Musailamah Ad-Dajjal. Untuk mengimbangi surat Al-Kautsar diciptakannya kata surat sebagai berikut:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الجَمَاهِرْ ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَجَاهِرْ
Atau dicobanya menciptakan pantun:

وَ الطَّاهِنَاتِ طَهْناً، العَاجِنَاتِ عَجْناً، وَ الخَابِزَاتِ خُبْزاً

Jangankan untuk dibandingkan dengan ayat Al-Quran, anak kecil sekalipun akan tertawa mendengar ciptaan ini.

c- Usaha sungguh-sungguhpun pernah dicoba, misalnya oleh Ibnu Muqafaa' pada tahun 827 M.

Sejumlah pemimpin-pemimpin dari golongan anti Islam melihat betapa besarnya pengaruh Al-Quran pada pribadi dan masyarakat. Mereka lalu mencari seorang sastrawan yang dikira sanggup menulis suatu karya untuk menandingi Al-Quran. Pilihan jatuh kepda Ibnu Muqaffaa' dan yang terakhir ini, yakin dengan kemampuannya mene-rima tugas tersebut, perjanjian segera dibuat. Ibnu Muqafaa' harus menyelesaikan karya tersebut dalam tempo setahun dan semua biaya yang diperlukan akan ditanggung. Setelah berlalu sete-ngah tahun, mereka mendatangi Ibnu Muqafaa' untuk melihat sampai di mana karya itu telah ditulis. Apa yang mereka jumpai? Hanya kertas yang disobek-sobek. Bertebaran di sana-sini. Sang Sastrawan telah berusaha dengan seluruh kemampuannya untuk menulis. Tetapi tidak ada satu kalimatpun yang dapat ditulisnya, selama enam bulan itu. Dengan penuh rasa malu dia mengakui ketidak mampuannya dan kontraknya-pun dibatalkan. (H. A. Malik Ahmad/ Akidah (buku II) hal 92-93)

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا
Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya),

Walaupun seluruh bangsa jin dan manusia, atau seluruh makhluk di alam semesta ini saling bekerjasama untuk membikin suatu surat yang sama dengan Al-Quran itu, maka pasti usaha itu akan sia-sia belaka.

Oleh sebab itu, maka:

فَاتَّقُوا النَّارَ
peliharalah dirimu dari neraka

Yaitu; dengan mengimani dan menjunjung tinggi ajaran Al-Quran yang telah diturunkan Allah SWT kepada hamba dan RasulNya Muhammad SAW. Inilah yang hanya dapat menghindarkan kamu dari siksaan neraka itu…

الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
yang bahan bakarnya manusia dan batu,

أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ(24)
yang disediakan bagi orang-orang kafir.(24)

Alangkah dahsyatnya siksaan neraka…

Batu-batu yang terbakar…
Manusia-manusia yang kafir…
Yang mengingkari kebenaran Al-Quran…
Diaduk menjadi satu…
Panas neraka dan batu…
Menyatu menggulung mereka yang berkepala batu…

Selanjutnya, Allah SWT menjelaskan tentang golongan orang-orang yang beriman.
Mereka adalah orang-orang yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, meyakininya sepenuh hati sebagai petunjuk Ilahi yang akan mengantarkan manusia menuju keselamatan dunia dan akhirat:

وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik,

Gembirakanlah mereka yang berpegang teguh kepada ajarah Allah SWT dan Rasulullah SAW tersebut, yang tegar dengan prinsip Al-Quran, meskipun senantiasa menghadapi cobaan dan tantangan, namun keimanan mereka tidak luntur. Dengan keimanan yang tulus lalu mereka beramal shaleh…

أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ
bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.

Jadi mereka pasti mendapatkan keberun-tungan yang besar pada fase kehidupan akhirat; dan akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya.

Hapuslah sedih di hati, walaupun pada kehidupan duniawi ini tidak sepi dari perjuangan pahit…

Dunia adalah kehidupan sementara…
Dunia tempat beramal…
Akhirat tempat memetik hasil…

Mengenai sungai-sungai di surga Allah SWT menerangkan pada surat Muhammad ayat 15:

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya? (QS. 47:15)

كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا
Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu,

قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ
mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu."

Di sini diterangkan bahwa buah-buahan di surga adalah sama bentuknya dengan buah-buahan di dunia.

وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا
Mereka diberi buah-buahan yang serupa

Namun berbeda rasa dan nikmatnya…

Di samping demikian ada lagi nikmat yang lain:

وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ
dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci

Yakni; pasangan hidup yang bersih dari lahiriyah dan bathiniyah, yang tidak pernah ternoda, menemani hidup bahagia…

وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(25)
dan mereka kekal di dalamnya.(25)

Kenikmatan di surga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.

Berbahagialah orang-orang yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya.

Kamis, 14 Mei 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 21 SAMPAI 22

MENGABDI KEPADA ALLAH

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ(21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلاَ تَجْعَلُوا ِللهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(22)

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.(21) Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.(22)

URAIAN AYAT

Rangkaian ayat ke-21 dan 22 surat Al-Baqarah ini ditempatkan Allah setelah ayat-ayat yang menerangkan watak dan ciri-ciri orang munafik, yang mempunyai penyakit keraguan beragama di dalam hati mereka, tetapi mereka masih mengaku sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhirat… Keimanan yang tertolak berbaur dengan kondisi kejiwaan mereka yang labil, plin plan dan kegalauan hati menerima pengajaran Al-Quran…

Di sini Allah SWT memanggil seluruh ummat manusia untuk mengabdi kepadaNya semata:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu

Jadi, manusia diajak untuk memilih tipe yang mulia bersih dan murni, tipe yang aktif yang meraih petunjuk dan kemenangan… itulah tipe orang-orang bertaqwa, yang sadar bahwa dirinya diciptakan Allah dari sari pati tanah, berupa percampuaran sperma dengan ovum yang menjalani proses di dalam rahim. Kemudian menginsafi bahwa hidupnya diatur fase demi fase di bawah pemeliharaan dan pengawasan Allah SWT. Dan tiada satu segi kehidupanpun yang terlepas dari pemeliharaan Rabbi… Kesadaran yang muncul di dalam jiwa begini, memacu dia agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengabdi hanya kepadaNya belaka. Itulah pengabdian yang tulus, tak obahnya seperti prajurit yang berada di barak-barak militer senantiasa siap sedia menjalankan perintah atasan, baik suka maupun terpaksa…

Berikutnya dipertajam tentang pengertian Rabb:

الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,

Allah SWT Dialah yang menciptakan manusia dengan kasih sayangNya. Pertama-tama menciptakan Adam nenek moyang manusia dari tanah. Kemudian proses penciptaan anak cucu Adam dari sperma dengan ovum melalui fase demi fase seperti yang kita bicarakan tadi… Oleh sebab itu Allah pulalah satu-satuNya yang berhak meneri-ma ubudiyah; penghambaan diri dari hambaNya. Sedangkan ubudiyah tersebut mempunyai target dan cara yang harus direalisir:

لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ(21)
agar kamu bertakwa.(21)

Manusia bertaqwa yang mengabdikan dirinya kepada Allah SWT belaka dimana hatinya senantiasa terpelihara di lingkungan keikhlasan demi Allah semata, tanpa tandingan dan sekutu…

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشًا
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu

Di sini Allah SWT mengingatkan kita kepada kasih sayangNya yang tiada terhingga… bahwa segala keperluan hidup kita telah dipersiapkan-Nya sebelum kita diciptakanNya; dipersiapkan-Nya bumi seperti hamparan tempat tidur.

Kita hanya tinggal menempati dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan dan tujuan hidup kita yang benar...

وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
dan langit sebagai atap,

Langit yang kokoh bagaikan atap mempunyai hubungan yang erat dengan manusia dan kehidupan di bumi, baik dalam bentuk cahaya, suhu panas dan dingin, atau gaya gravitasinya…

وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,

فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan

رِزْقًا لَكُمْ
sebagai rezki untukmu;

Betapa besarnya karunia Allah… Bumi dan langit diciptakanNya dalam kesatuan organis saling menunjang kesejahteraan dan kebutuhan hidup manusia. Dengan gaya gravitasinya maka terwujudlah keseimbangan dan keharmonisan di bumi, dan timbul pula perobahan alami pada eter, atmosfir, air, suhu dan musim.

Air hujan menyirami bumi, mengairi tanah dan merobah kondisi tanah gersang menjadi subur, lalu tumbuh bermacam-macam jenis tanaman dan buah-buahan, sebagai rezeki untuk kita…

Firman Allah pada ayat lain:

وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ(11)
Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).(QS. 43 Az-Zuhruf: 11)

Atau firman Allah:

وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ َلآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ(99)
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghi-jau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.(QS. 6 Al-An'am: 99)

Mengingat betapa besarnya karunia Allah SWT, maka hendaklah kita bersyukur dan mengabdikan diri kepadaNya dengan memurni-kan akidah tauhid serta menghindari syirik dan segala manifestasinya:

فَلاَ تَجْعَلُوا ِللهِ أَنْدَادًا
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,

Barangkali ada tuhan yang disembah bersama Allah SWT yang tidak terdapat dalam bentuk sesembahan primitif seperti yang dilakukan oleh kaum pagan (musyrik) penyembah berhala, tetapi dalam bentuk lain yang tersembunyi. Mungkin dalam bentuk memperturutkan kemauan hawa nafsu yang tiada terkendali dengan jiwa iman:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً(43)
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?(QS. 25 Al-Furqan: 43)

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ(23)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatan-nya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. 45 Al-Jatsiyah: 23)

Mungkin pula dalam bentuk menggantungkan harapan kepada selain Allah, atau dalam bentuk takut kepada selain Allah, atau dalam bentuk kepercayaan dan mengharapkan keuntungan atau menolak bahaya selain dari Allah dalam segala manifestasinya.

Ibnu Abbas mengungkapkan: "Membuat tandingan bagi Allah adalah perbuatan syirik yang tersembunyi, lebih tersembunyi dari langkah-langkah semut di atas bejana hitam di tengah malam pekat. Seperti ucapan: 'Demi Allah dan demi kamu ya Fulan', atau : 'Kalau bukan karena anjing maka tentu kita telah kecurian.' Atau seperti perkataan seseorang: 'Apa yang diinginkan Allah dan kamu.' Atau: 'Kalau bukan karena Allah dan si Fulan… Semuanya ini adalah syirik."

Pernah seseorang berkata kepada Rasulullah SAW: "Apa yang diinginkan Allah dan kamu inginkan; lalu Nabi SAW bersabda: "Apakah kamu menjadikan aku tandingan Allah?"

Di penghujung ayat ditegaskan:

وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(22)
padahal kamu mengetahui.(22)

Demikianlah manusia menyadari bahwa segala yang disembah selain Allah adalah makhluk yang tunduk kepada hukum yang telah ditetapkan Allah. Semuanya tidak mampu melepaskan diri dari ketentuan yang telah ditaqdirkan Allah.

Firman Allah pada surat Al-A'raf ayat 189 sd 191:

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (189) فَلَمَّا ءَاتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلاَ لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا ءَاتَاهُمَا فَتَعَالَى اللهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (190) أَيُشْرِكُونَ مَا لاَ يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (191)
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah di-campurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur".(189) Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.(190) Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang.(191)

Minggu, 10 Mei 2009

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 17 SAMPAI 20

CIRI-CIRI ORANG MUNAFIK

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَ يُبْصِرُونَ(17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ(18) أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ(19) يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير(20
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.(17) Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).(18) atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.(19) Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.(20)

URAIAN AYAT

Pada penghujung ayat sebelumnya telah kita bicarakan tentang orang-orang munafik, bahwa: Allah SWT membiarkan mereka terombang ambing dalam kesesatan tanpa pedoman dan tak tahu tujuan, seperti orang-orang yang berlayar di samudera lepas diterpa badai topan tanpa pedoman dan arah tujuan, lalu tenggelam dan mati mengenaskan…

Di sini jelas terlihat hakikat pimpinan Allah SWT kepada orang-orang beriman dalam meng-hadapi perjuangan, berupa ketenteraman dan kebahagiaan yang hakiki. Begitu pula akibat akhir yang mengerikan bagi musuh-musuh Allah yang kerdil, dibiarkan terombang ambing dalam kebutaan. Mereka dibiarkan sementara waktu melakukan kekejian, sedangkan di sana, akhir yang mengerikan menunggu mereka. Namun demikian mereka tetap terkatung-katung dalam kelalaiannya.

Mereka dapat meraih petunjuk itu kalau mereka mau. Petunjuk itu telah dibentangkan di hadapan mereka dan telah ada di tangan mereka, tetapi mereka membuangnya… mereka telah membeli kesesatan dengan petunjuk itu, suatu perniagaan yang sangat merugikan dan paling bodoh.

Petunjuk hidup adalah sesuatu yang sangat mahal, tidak dapat diperjual belikan dengan segala atribut duniawi. Namun orang-orang munafik telah sengaja memperjual belikannya demi menge-jar tujuan duniawi yang teramat murah.

Inilah kerugian yang sesungguhnya; kerugian yang menyesatkan dan yang mencelakakan…
Orang yang tidak mendapat petunjuk adalah orang yang linglung dan senantiasa dalam kecemasan dan kebingungan! Mereka seperti orang yang dalam kegelapan… kegelapan itu mengundang rasa takut… Hati nurani mereka menjerit mengharapkan cahaya yang akan tiba... tetapi mata mereka tidak mampu menantang cahaya yang menerangi alam…

Selanjutnya pada penggal ayat 17 sd 20 surat Al-Baqarah ini Allah SWT menerangkan tentang keadaan jiwa orang-orang munafik dengan tam-silan yang menggetarkan:

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,

Orang-orang munafik itu tidak dapat meng-ambil manfa'at dari petunjuk yang datang dari Allah SWT, karena sifat-sifat kemunafikan yang bersemayam di dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan seperti orang yang menyalakan api… Mereka mengharapkan cahaya:

فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya

Di sini tampak nyata bahwa mereka tidak a priori menolak petunjuk, sejak semula mereka tidak menyumbat telinga untuk mendengar, atau memejamkan mata untuk melihat dan tidak pula menutup mata hatinya untuk merasa seperti yang dilakukan orang-orang kafir. Tetapi mereka lebih mengutamakan buta dari petunjuk justeru setelah mereka mendapat keterangan dan penjelasan.

Mereka dalam kegelapan…

Mengharapkan cahaya benderang…

Mereka menyalakan api…

Api menyala menyebar sinar terang…

Cahaya memancar dan menerangi alam sekitar… Semestinya mereka bersyukur dan memanfaatkan cahaya itu, padahal mereka sendiri yang memintanya, maka:

ذَهَبَ اللهُ بِنُورِهِمْ
Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka,

Cahaya yang mereka minta tetapi mereka meninggalkannya lalu Allah memadamkan cahaya itu:

وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَ يُبْصِرُونَ(17)

dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.(17)

Gambaran berikutnya menyingkap tabir kehidupan mereka yang plin plan.

Suara wahyu bergema menyeru mereka menuju jalan yang lurus, menuju ridha Allah dan menuju surga yang luasnya meliputi langit dan bumi, tetapi mereka tidak mendengar… Mereka sangat mengharapkan seorang penuntun yang membimbing mereka menuju alam keselamatan. Pembimbing itu telah tampil di hadapan mereka tetapi mereka tidak mau menyapa dan linglung karena lidah mereka kelu dan bisu… Di bawah sinar kebenaran terhampar jalan lurus dan lempang, tetapi mereka tidak melihat:

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ
Mereka tuli, bisu dan buta,

Apakah yang dapat diharapkan dari manusia munafik ini? Bagaimana mungkin mereka untuk hidup dalam lingkungan iman dan taqwa? Perjalanan hidupnya, langkah demi langkah semakin jauh dari tujuan hidup yang sebenarnya:

فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ(18)
maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).(18)

Kemudian datang tamsilan yang memper-tajam kepribadian orang-orang munafik itu:

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ


atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit

Menurut suatu riwayat, tamsilan ini meng-ambil setting dengan latar belakang peristiwa yang dialami oleh dua orang munafik Medinah yang lari dari Rasulullah SAW kepada orang-orang musyrikin.

Di tengah perjalanan mereka ditimpa hujan lebat, malam gelap pekat, dalam pada itu halilintar dan kilat sabung menyabung. Setiap kali kilat menyambar, maka mereka berjalan, dan bila gelap merekapun berdiri. Ketika suara petir mengguntur mereka menyumbatkan jarinya ke dalam telinga karena tak tahan mendengar suara halilintar dan takut mati. Lalu mereka kembali ke jalan semula dan menyesali perbuatannya menghadap kepada Rasulullah SAW dan memeluk Islam dengan sebaik-baiknya…

Allah SWT menjadikan kedua orang munafik itu sebagai model tamsilan bagi kaum munafikin lainnya yang ada di Medinah… Jika mereka menghadiri majelis Rasulullah SAW maka mereka menutup telinganya dengan jari karena takut kedok mereka akan terbongkar. Atau menunduk-kan wajah karena terpikat hatinya…

Jadi, mereka hidup dalam suasana jiwa yang terbelah dimana rasa takut, kecewa dan busuk hati menyatu dengan rintihan jiwa yang sewaktu-waktu terpikat kepada kebenaran. Tetapi cahaya kebenaran itu segera sirna, dicengkeram oleh kondisi jiwa yang buram kelam… Itulah yang digambarkan dengan ditimpa hujan lebat dari langit:

فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ
disertai gelap gulita, guruh dan kilat;

Dalam hujan badai…

Gelap hitam pekat…

Segelap sehitam hati mereka dipagut angkara murka…

Petir mengguntur memekakkan telinga…

Jantung serasa terbang….

Kilat menyabung menyambar penglihatan…

Harapan dan kecut menyatu…

يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ
mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya,

مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ
karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati.

Begitulah kondisi orang-orang munafik ketika mendengar ayat-ayat Allah yang mengandung peringatan:

وَاللهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ(19)
Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.(19)

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ

Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka.

Kilatan cahaya kebenaran yang datang sekilas menerangi mata hati mereka, lalu diiringi oleh gelap pekat:

كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ
Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu,

Sungguh keadaan yang sangat memprihatin-kan, tak ada ketenangan, tak ada kedamaian, ketenteraman dan kebahagiaan. Sungguh suatu pemandangan yang dramatis, penuh gerak, aktif bercampur kegoncangan; ada yang sesat dan keliru; ada kengerian dan ketakutan, kecemasan dan keraguan, dan ada cahaya dan suara…

وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا
dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.

وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.

Jika itu terjadi, maka mereka akan lebih menderita lagi… Orang tuli dan buta melangkah menembus kegelapan, menempuh sahara luas terbentang, kelam dan kelam semakin mencekam…

إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(20)
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.(20)

Allah SWT berkuasa menyiksa mereka lebih menderita, jika mereka tetap dalam kemunafikannya. Tetapi Allah SWT berkuasa melepas mereka dari demikian jika mereka bertaubat dan hidup dalam lingkungan iman dan taqwa. Sesungguhnya azab akhirat adalah lebih mengerikan dari azab di dunia yang relatif singkat ini…

Firman Allah SWT pada surat An-Nisak:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145) إِلاَّ الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ ِللهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (146) مَا يَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَءَامَنْتُمْ وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيمًا(147)
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempat-kan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (An-Nisak: 145 sd 147)