Jumat, 26 November 2010

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 55 S/D 59


 WATAK BANI ISRAIL
(Lanjutan ayat)
وَإِذْ قُلْتُمْ يَامُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ(55) ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(56) وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ(57) وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ(58) فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَولاً غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ(59)
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. (55) Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.(56) Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.(57) Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".(58) Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.(59)
URAIAN AYAT
Kelompok ayat di atas masih membicarakan tentang tingkah laku Bani Israil menerima perintah Allah.
Di sini juga diterangkan sikap keras kepala mereka yang hanya akan mempercayai Musa bila mereka melihat Allah SWT dengan mata kepala, lalu mereka disambar petir hingga mati.
Kemudian Allah menghidupkan mereka kembali dan dapat merasakan kekuasaan Allah SWT menghidupkan manusia setelah mati, supaya mereka bersyukur.
Ketika mereka berada di padang pasir tandus, maka mereka dipayungi Allah dengan awan dan Allah turunkan kepada mereka manna (sejenis manisan) dan salwa (sejenis burung puyuh yang jinak bila ditangkap dagingnya bisa langsung dimakan dengan diolesi manna), tetapi mereka tidak bersyukur.
Allah SWT memerintahkan kepada mereka memasuki Palestina, mempersilakan kepada mereka memakan hasilnya sesuka hati dengan syarat; hendaklah mereka melewati pintu gerbangnya dengan bersujud kepada Allah sambil mengucapkan ungkapan "ampunilah dosa-dosa kami". Perintah ini ternyata diplesetkan oleh mereka yang zalim, maka Allah menurunkan azab kepada mereka dari langit, disebabkan oleh kefasikan mereka.
وَإِذْ قُلْتُمْ يَامُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللهَ جَهْرَةً
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang",
Tampak nyata betapa kerasnya hati mereka menerima prinsif iman. Mereka mengkhayalkan wujud Allah seperti benda-benda yang dapat ditangkap indera penglihatan. Barangkali pola pikir demikian karena masih terpengaruh oleh keadaan bangsa Mesir yang selama ini menjajah mereka, dimana bangsa itu mempertuhankan benda-benda dan menganggap Fir'aun sebagai titisan tuhan.
Begitulah Bani Israil, kesat dalam perasaan, materialistis dalam berfikir dan tertutup dari sumber ghaib. Kebandelan mereka diganjar Allah SWT dengan malapetaka pada waktu yang ditetapkan:
فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ(55)
karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.(55)
Sungguhpun demikian mereka masih diberi kesempatan untuk bangkit kembali agar mereka bersyukur:
ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(56)
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.(56)
Kita tidak akan membahas lebih mendalam tentang pengertian "mati" di sini, yang menurut sebagian mufassir ialah mati yang sebenarnya, dan menurut yang lain adalah pingsan akibat disambar halilintar…
Lintasan berikutnya mengingatkan Bani Israil kepada masa-masa sulit yang hebat. Namun perlindungan Allah kepada mereka tetap tercurah… Allah memelihara mereka dari bahaya kelaparan, kekeringan dan sengatan sinar terik mentari:
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa".
كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu.
Apakah mereka bersyukur kepada Allah?
Ternyata tidak!
وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ(57)
Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Selanjutnya:
وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis),
Baitul Maqdis merupakan negeri yang diperin-tahkan Tuhan untuk dimasuki Bani Israil setelah mereka keluar dari Mesir. Mereka diperintah untuk mengusir kaum jabbarin (yang buas dan bengis), namun mereka enggan melakukannya, bahkan secara sembrono melontarkan perkataan tidak bermoral kepada Musa, agar berperang bersama Tuhannya menghadapi kaum itu. Akibat tindakan tadi, maka mereka disesatkan Allah di padang tandus selama 40 tahun, sampai datang generasi baru di bawah pimpinan Yusa' bin Nun yang kemudian menaklukkan dan memasuki negeri itu.
فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا
dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai,
Limpahan karunia yang begitu besar harus mereka syukuri dengan bersujud kepada Ilahi serta tunduk menjalankan perintahNya.
وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا
dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud,
Jiwa yang sujud disertai dengan keinsafan atas pengakuan dosa, karena dosa adalah batu penarung langkah meniti ridha Allah…
وَقُولُوا حِطَّةٌ
dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa",
Jika petunjuk ini dituruti:
نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ
niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu.
Di samping itu:
وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ(58)
Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".(58)
Apakah mereka konsisten menjalankan perintah? Dan maukah mereka mengucapkan kata-kata seperti yang diajarkan?
Ternyata penyelewengan juga yang terjadi! Meskipun peristiwa itu terjadi sepeninggal Musa, namun masih tetap dalam corak ragam yang sama, dalam lagu yang sama; diliputi kedurhakaan, keras kepala dan zalim…
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَولاً غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ
Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka.
Mereka akhirnya menuai hasil dari kezaliman dan kefasikan itu:
فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ
Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit,
Menurut ahli tafsir, Tuhan menimpakan kepada mereka wabah penyakit tha'un, seperti sabda Rasulullah SAW:
الطَاعُونُ رِجْزُ عَذَاب عُذِّبَ بِهِ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ (رواه النسآئى)
"Tha'un adalah siksaan azab yang dengan itu disiksa ummat sebelummu." (HR. An-Nasai)
بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ(59)
karena mereka berbuat fasik.(59)
Fasik adalah menyeleweng dan keluar dari jalur kebenaran.
Jadi, segala tipu dan segala keji yang dilem-parkan Yahudi Medinah kepada Rasulullah SAW dan ummat beriman adalah bersumber dari watak fasik yang kental.

Kamis, 04 November 2010

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 47 S/D 54 WATAK BANI ISRAIL (Lanjutan ayat)


يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (47) وَاتَّقُوا يَوْمًا لاَ تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلاَ هُمْ يُنْصَرُونَ (48) وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاَءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (49) وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (50) وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (51) ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(52) وَإِذْ ءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (53) وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ(54)
Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat(47) Dan jagalah dirimu dari (`azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. (48) Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.(49) Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.(50) Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadi-kan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.(51) Kemudian sesudah itu Kami ma`afkan kesalahan-mu, agar kamu bersyukur.(52) Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.(53) Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."(54)
URAIAN AYAT
Ayat di atas kembali menyeru Bani Israil dengan mengingatkan lagi nikmat Allah kepada mereka, lalu memperingatkan mereka akan hari yang sangat menakutkan…
يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ
Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu
وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ(47)
dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat(47)
Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah SWT dan dilebihkanNya dari segala ummat ialah nenek moyang mereka yang berada di masa Musa a.s.
Segala nikmat yang dilimpahkan kepada mereka adalah bersifat temporer yakni; selama mereka tetap konsisten menjalankan tugas-tugas pengabdian dan kekhilafahan yang diserahkan kepada mereka… tetapi manakala mereka melalaikan itu, maka nikmat tadi berganti dengan prahara dan duka nestapa.
Seiring dengan mengingat nikmat, maka mereka diperingatkan pula kepada bencana hari kiamat yang jauh lebih berbahaya dari segala azab sengsara di dunia ini:
وَاتَّقُوا يَوْمًا لاَ تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا
Dan jagalah dirimu dari (`azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun;
Pada waktu itu tiap-tiap diri tergadai dengan hasil usahanya dan dirinya sendirilah sebagai borogh… setiap orang pada waktu itu, jangankan untuk membela diri orang lain, sedangkan untuk membela dirinya sendiri tiada berdaya.
وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ
dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at
Syafa'at adalah usaha perantaraan dalam memberikan suatu manfa'at bagi orang lain atau mengelakkan suatu mudharat bagi orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir. Allah SWT menerangkan pada ayat lain bahwa ada orang yang dikehendakiNya yang mampu memberi syafa'at kepada orang lain, seperti para nabi. Namun tidak ada sama sekali syafa'at yang dapat menolong orang yang tidak beriman dan tidak beramal shaleh; tidak ada tebusan bagi perbuatan kafir dan maksiat.
وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلاَ هُمْ يُنْصَرُونَ(48)
dan tiada diterima tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.(48)
Kemudian Allah SWT mengingatkan nikmat yang telah dianugerahkan kepada Bani Israil:
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ
Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya;
Jadi khayalan dan perasaan mereka kembali dirangsang untuk mengingat kesengsaraan yang telah dialami nenek moyang mereka semasa Fir'aun. Dibayangkan bagaimana beratnya azab derita tindih menindih…
يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ
mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya,
Selanjutnya disebutkan bentuk dari azab itu:
يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ
mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan.
Tindakan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya adalah bertujuan untuk melemahkan kekuatan Bani Israil dan pembersihan etnis, karena khawatir bakal muncul seorang anak laki-laki dari kalangan Bani Israil yang akan menghancurkan kerajaan-nya.
وَفِي ذَلِكُمْ بَلاَءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ(49)
Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.(49)
Penderitaan dan cobaan yang sedemikian berat tidak hilang begitu saja seperti membalik telapak tangan. Jika manusia berdialog dengan hati nurani maka tentulah ia akan insaf bahwa; untuk keluar dari semuanya adalah memerlukan perjuangan pahit dan kesabaran yang pantang menyerah.
Lebih daripada itu adalah nikmat Allah SWT yang telah membukakan jalan bagi mereka untuk keluar dari kemelut berkepanjangan…
Dalam kaitan ini sekilas Bani Israil diingatkan kepada Musa yang telah memimpin mereka melepaskan diri dari cengkeraman kekejaman Fir'aun.
Di sini tidak diperincikan adegan-adegan sejarah itu karena fokus perhatian hanyalah tertuju kepada mengingatkan Bani Israil atas nikmat Allah yang justeru mereka abaikan.
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ
Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu
Pada waktu Musa a.s. membawa Bani Israil keluar dari negeri Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Fir'aun bersama pengikut-pengikutnya, maka mereka harus menempuh laut Merah sebelah utara, maka Tuhan memerintahkan kepada Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut. Perintah tadi dilaksanakan Musa, lalu terbentang jalan raya hingga ke seberang sana, dan Musa bersama kaumnya melewati jalan itu dengan selamat… Fir'aun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi setelah mereka berada di tengah laut, maka laut kembali seperti semula, lalu mereka mati tenggelam.
وَأَغْرَقْنَا ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ(50)
dan Kami tenggelamkan (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.
Setelah peristiwa tadi dilukiskan pula tentang sikap berkepala batu yang mereka tampilkan, justeru berlangsung pada waktu Musa bepergian memenuhi janjinya dengan Allah SWT di atas bukit Thursina. Betapa rapuhnya keimanan mereka dan betapa mudahnya mereka diajak menyeleweng dari kebenaran.
وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam,
ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ(51)
lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.(51)
Patung anak lembu itu mereka buat dari emas untuk disembah karena ajakan Samiri (lebih lanjut diuraikan Al-Quran pada surat Thaha)… Inilah kezaliman yang sangat besar.
Meskipun demikian Allah SWT masih membukakan rahmatNya kepada mereka supaya mereka bersyukur:
ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(52)
Kemudian sesudah itu Kami ma`afkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.(52)
Dengan Taurat yang telah diturunkan kepada Musa maka terbentang jalan hidup yang terang di hadapan mereka, sehingga mereka dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
وَإِذْ ءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ
Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah,
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(53)
agar kamu mendapat petunjuk.(53)
Ayat berikutnya mengambarkan tentang pelajaran pahit yang diberikan Allah SWT kepada mereka yang terlibat dalam penyembahan patung anak lembu. Dan memang sudah selayaknya bagi mereka yang berkepala batu dan terbiasa melakukan penyelewengan fatal di bidang akidah sebegini rupa, untuk dihentikan secara total dari hiruk pikuk dunia. Allah membuka jalan bagi mereka untuk kembali ke lingkungan hamba yang taqwa dengan syarat yang sangat berat… Mereka harus meliwati pintu kematian. Kematian itu sendiri sebenarnya adalah suatu yang pasti dilalui oleh seluruh yang bernyawa… Orang yang memahami hakikat hidup dan mati tidaklah akan gamang menghadapi maut, walaupun kematian itu menyakitkan… Namun, apakah arti kesakitan tadi bagi mereka yang sudah pasti menghadap Tuhan dalam keadaan ridha dan diridhaiNya?
Jika taubat menempatkan kita dalam surga yang kekal, maka maut bukanlah pintu gerbang yang harus digentarkan.
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:
يَاقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ
"Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu),
فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ
maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu.
Tentang ungkapan "bunuhlah dirimu" ada yang mengartikan bahwa orang-orang yang tidak terlibat menyembah patung anak lembu, membunuh mereka yang terlibat.
Menurut yang lain; mereka yang terlibat hendaklah membunuh satu sama lain. Sementara pendapat lain adalah; mereka yang terlibat diperintah untuk membunuh diri masing-masing.
Kemudian ditegaskan:
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ
Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu.
إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ(54)
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."(54)
Jadi, di balik kematian sudah menanti keampunan… Di balik penderitaan maut sudah menunggu kasih sayang Ilahi… di balik kesengsaraan ada limpahan nikmat.


Rabu, 29 September 2010

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 40 S/D 46



WATAK BANI ISRAIL

يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ (40) وَءَامِنُوا بِمَا أَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ وَلاَ تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلاَ تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ (41) وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (42) وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ (43) أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ (44) وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ (45) الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (46)
Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).(40) Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa (41) Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.(42) Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku.(43) Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?(44) Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`,(45) (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.(46)
URAIAN AYAT
Melalui kisah Adam pada ayat sebelum ini, Allah SWT memaparkan tentang posisi manusia di permukaan bumi ini berikut pengalaman dan tantang yang dihadapi, serta kunci menang dan kalah menuju fase kehidupan terakhir…
Pada kelompok ayat ini Al-Quran meng-arahkan seruan kepada Bani Israil yang tampil di Medinah sebagai golongan penantang yang paling keras dan gigih menghambat dakwah Islamiyah.
Kisah Bani Israil yang dipaparkan dalam Al-Quran lebih dititik beratkan kepada posisi dan sikap mereka sebagai Ahli Kitab yang tidak konsisten dengan kebenaran, sehingga demikian kaum muslimin diharapkan agar mampu memetik pelajaran, sebagai ummat yang sedang dipersiap-kan untuk memikul tugasnya di bumi ini…
Bani Israil telah dilimpahi Allah SWT dengan nikmat yang berlimpah ruah dan pengalaman sejarah yang tiada pernah dialami suku bangsa manapun di dunia ini… Berkali-kali mereka menghadapi cobaan dan penderitaan tiada terperi – yang disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri - namun Allah senantiasa melimpahi mereka dengan nikmat lain, sehingga terlepas dari prahara. Tetapi, anehnya nikmat yang berlimpah ruah yang diberikan Allah SWT kepada mereka itu, selalu saja mereka balas dengan kekufuran…
يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ
Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu,
Setelah itu mereka diseru untuk memenuhi janjinya dengan Allah, agar nikmat itu sempurna dan langgeng:
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ
dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu;
Janji apakah yang dimaksud oleh ayat ini? Apakah perjanjian umum pertama yang dipatri dengan Adam seperti pada ayat sebelum ini?
Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(38) Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(39)
Atau janji yang dipatri dengan Bani Israil di Bukit Thursina dan janji lainnya?
Semua janji tersebut pada dasarnya adalah satu; janji antara Allah SWT dengan hambaNya agar mereka mengabdi kepadaNya dengan tulus ikhlas; tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apapun, beriman kepada para rasulNya; beriman kepada Muhammad SAW seperti yang tercantum sifat-sifatnya di dalam Al-Kitab. Inilah agama yang lurus… Inilah Islam agama yang dibawa oleh seluruh rasul dan nabi, dan ini pula thema sentral iman sepanjang zaman!
Dengan konsewensi perjanjian ini maka mereka diseru agar hanya takut kepada Allah SWT belaka:
وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ(40)
dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).(40)
Bukan takut kepada yang lain.
وَءَامِنُوا بِمَا أَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ
Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat),
Al-Quran bukanlah gubahan Muhammad SAW, tetapi wahyu Allah yang diturunkan untuk menjadi petunjuk dan sinar kehidupan… Al-Quran adalah membenarkan ajaran Taurat dan meluruskan mana-mana wahyu yang telah diselewengakan atau yang dicampur baurkan dengan opini manusia.
وَلاَ تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ
dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya,
Padahal kamu menyadari bahwa Al-Quran itu adalah wahyu Allah dan Muhammad SAW adalah utusan Allah. Kamu mengetahui kebenaran Muhammad, seperti yang tercantum ciri-ciri dan sifat-sifatnya di dalam Taurat dan Injil.
وَلاَ تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلاً
dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah,
Di sini terlukis sikap Bani Israil yang tercela; "menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang rendah." Yaitu; menutupi kebenaran yang terdapat di dalam Al-Kitab karena memperturutkan kemauan nafsu rendahan dan nilai-nilai keduniaan belaka. Mereka menolak kerasulan Muhammad dengan bermacam-macam dalih, bukan karena tidak mengetahui kebenarannya, tetapi karena Muhammad bukan dari golongan mereka, dan ajarannya tidak sesuai dengan selera mereka…
وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ(41)
dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa (41)
Pada ayat berikut terungkap pula watak Bani Israil yang lain:
وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil
وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(42)
dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.(42)
Perbuatan mencampur adukkan yang hak dengan yang bathil dan kesengajaan menyem-bunyikan yang hak - yang diperbuat secara sadar - padahal mengetahui akibat yang bakal muncul dari perbuatan itu adalah sebagai cerminan dari watak Bani Israil yang semakin jauh menyimpang dari kebenaran.
Tidak ada suatu obat yang bisa menyelamat-kan manusia dari kesesatan tadi selain dari obat yang dihunjukkan Allah SWT kepada mereka yaitu "bertaqwa kepada Allah". Bertaqwa dengan meningkatkan hubungan yang erat dengan Allah melalui ibadah dan aturan agama yang diperintahkanNya:
وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat
وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ (43)
dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku.(43)
Kerjakanlah shalat berjamaah dan tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama orang-orang yang tunduk.
Di sisi lain, Bani Israil telah menyeru orang lain berbuat kebajikan, tetapi mereka melupakan diri sendiri… seperti lilin yang terbakar menerangi orang lain, sementara dirinya hancur lebur… Mereka lebur dalam kegelapan dan kesesatan, maka datanglah seruan ini:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan,
وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,
وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)?
أَفَلاَ تَعْقِلُونَ(44)
Maka tidakkah kamu berpikir?(44)
Selanjutnya Allah SWT menunjukkan cara penyelamatan diri kepada mereka yang terombang ombing dipermainkan oleh kesesatan itu, yang  tak obahnya seperti orang-orang yang tenggelam dihantam badai topan, kegelapan menyelimuti di sana sini; tak ada orang yang akan menyelamat-kannya. Mereka bisa menyelamatkan diri jika mau membalikkan bahteranya yang tertelungkup; selagi mereka masih memiliki sisa-sisa tenaga dan tidak hanyut melepaskan bahtera yang masih ada.
Mereka harus menolong dirinya sendiri:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Sabar menjunjung tinggi petunjuk… Sabar menempuh kehidupan dunia dan menggapi kebahagiaan akhirat… Sabar melawan hawa nafsu, iblis dan syethan yang bercokol di lubuk hati…
Menegakkan shalat dalam arti sesungguhnya, menjadikan hidup dan mati, serta segala apapun yang dimiliki demi mencari ridha Ilahi,
وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ(45)
kecuali bagi orang-orang yang khusyu`,(45)
Meskipun ini adalah suatu perjuangan berat, tetapi dengan jiwa khusyu' semuanya akan dapat diatasi… Orang yang khusyu':
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاَقُو رَبِّهِمْ
 (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya,
lalu mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan di hadapanNya.
وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ(46)
dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.(46)
Kembali sebagai hamba yang diridhai atau yang dimurkai, menempati surga atau neraka…

Sabtu, 25 September 2010

TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 34 S/D 39

PENCIPTAAN ADAM,
KEKHILAFAHAN DAN PERJUANGAN

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (34) وَقُلْنَا يَاآدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (35) فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ(36) فَتَلَقَّى ءَادَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (37) قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ (38) وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (39)
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.(34) Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.(35) Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(36) Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(37) Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(38) Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(39)
URAIAN AYAT
Di penghujung uraian ayat sebelum ini telah dikemukakaan bahwa Adam telah dibekali pengetahuan khusus berupa kemampuan melam-bangkan sesuatu dengan nama… Pengetahuan ini tidak diberikan Allah SWT kepada malaikat. Dengan bekal pengetahuan tersebut maka diserah-kan kepada amanat kekhilafahan di bumi.
Pada lanjutan ayat ini kita akan meninjau penjelasan Al-Quran dan kembali mengutip buah pikiran Sayyid Quthub di dalam kitabnya "Fii Zilaalil Quran" jilid I dengan tambahan di sana sini.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا 
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka
Ini adalah penghargaan dalam bentuk yang paling tinggi yang diberikan kepada makhluk yang justeru bakal berbuat kebinasaan di atas bumi dan menumpahkan darah, namun ia telah dianugerahi rahasia-rahasia yang menjadikan dirinya lebih tinggi dari malaikat. Ia telah mendapatkan rahasia ma'rifat sebagaimana juga dianugerahi dengan rahasia iradah bebas, yang dapat memilih jalan yang diinginkannya. Sikap rangkap ini, dengan kemampuan mengendalikan iradah dalam merintis jalannya, serta usahanya mengemban amanat Allah ke jalan Allah… semua ini adalah sebagian dari rahasia-rahasia yang menjadikan dirinya berhak menerima pengharga-an itu.
Para malaikat bersujud karena mematuhi perintah Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia…
إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ(34)
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.(34)
Di sini, tampaklah bentuk dari sifat-sifat jahat, durhaka kepada Yang Maha Mulia. Maha Suci Dia! Dan keangkuhan untuk mengakui kelebihan pihak lain yang memang berhak untuk itu. Berbangga dengan dosa dan tidak mau mengerti!
Konteks ayat ini menunjukkan bahwa iblis bukan termasuk jenis malaikat, hanya ketika itu iblis ada bersama malaikat. Sekiranya iblis itu sejenis malaikat, tentu ia tidak akan durhaka, karena sifat utama malaikat seperti diterangkan dalam surat At-Tahrim ayat 6:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ(6)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Penggunaan ungkapan dalam bentuk "kecuali" di sini tidaklah menunjukkan bahwa iblis itu dari pihak malaikat, sebab pengecualian itu dapat saja terjadi karena ia tengah berada bersama mereka; seperti kalau dikatakan: "Keluarga anu datang, kecuali si Ahmad." Padahal si Ahmad bukan anggota keluarga tersebut, tetapi hanya teman sepergaulannya. Dan iblis, menurut teks Al-Quran termasuk jin yang diciptakan Allah SWT dari api. Dengan demikian jelaslah bahwa iblis bukan termasuk jenis malakat.
Allah SWT berfirman di surat Al-Kahfi:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً(50)
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.(50)
Sekarang, terbukalah sudah medan perjuangan abadi; perjuangan antara kejahatan iblis dengan khalifah Allah di atas bumi. Perjuangan abadi yang medannya adalah hati nurani manusia. Pertempuran yang akan dimenangkan oleh kebaikan sebanding dengan keteguhan manusia mamantapkan iradah dan memegang janjinya dengan Allah. Atau dimenangkan oleh kejahatan sesuai dengan kadar penyerahan manusia kepada panggilan nafsu dan jauhnya dari Allah.
وَقُلْنَا يَاآدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini,
وَكُلاَ مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai,
وَلاَ تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ(35)
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.(35)
Adam serta isterinya dibolehkan memakan segala buah-buahan surga, kecuali satu pohon tertentu… satu pohon saja; mungkin pohon tersebut melambangkan larangan yang harus ada bagi kehidupan manusia di atas bumi. Sebab, tanpa adanya larangan maka iradah tidak akan tumbuh, tidak ada perbedaan antara manusia yang mempunyai iradah dengan hewan yang boleh dihalau, dan tidak akan teruji kesabaran manusia dalam menepati janji dan terikat dengan syarat. Oleh sebab itu iradah adalah persimpangan jalan. Orang-orang yang hidup tanpa iradah tergolong ke dalam jenis hewan, sekalipun bentuk lahirnya berbetuk manusia!
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ
Lalu keduanya diperdayakan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula
Alangkah hebatnya penggunaan ungkapan yang menggambarkan "diperdayakan"… Kata-kata ini mampu melukiskan suatu gambaran perjuangan. Seolah-olah anda melihat bagaimana syaithan sedang mengajak Adam dan isterinya untuk keluar dari surga, mendorong kaki mereka sehingga tergelincir dan tersungkur jatuh!
Dengan demikian sempurnalah pengalaman ini. Adam lupa dengan janjinya, lemah meng-hadapi rayuan, maka berlakulah ketentuan Allah dan diterapkanlah keputusanNya.
وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ
Dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain,
وَلَكُمْ فِي الأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ(36)
dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(36)
Suatu permakluman dimulainya pertempuran di medannya yang telah ditentukan, antara syaithan dan manusia sampai akhir zaman.
Adam lalu bangkit dari kejatuhannya. Didorong oleh fithrahnya yang segera menanggapi rahmat Allah yang memang senantiasa disadari-nya, setiap kali terjatuh daripadanya, ia kembali bangkit:
فَتَلَقَّى ءَادَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya,
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang menunjuki Adam yang telah tergelincir dan tersungkur jatuh menuju jalan yang lurus… Allah mengajarinya beberapa kalimat yang di dalam ungkapan kata itu tersimpan prinsif hidup dan kesadaran sejati.
Terdapat berbagai pandangan ulama tafsir tentang kalimat dimaksud, seperti kita temukan di dalam Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir surat Al-Baqarah dengan kutipan berikut:
Suatu pendapat mengatakan bahwa kalimat tersebut ditafsirkan dengan firman Allah SWT:
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ(23)
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".(Al-A'raf: 23)
Pendapat lain mengatakan:
اللهم لا إله إلا أنت سبحانك وبحمدك رب إني ظلمت نفسي فاغفر لي إنك خير الغافرين اللهم لا إله إلا أنت سبحانك وبحمدك رب إني ظلمت نفسي فارحمني إنك خير الراحمين اللهم لا إله إلا أنت سبحانك وبحمدك رب إني ظلمت نفسي فتب علي إنك أنت التواب الرحيم
"Ya Allah! Tiada Tuhan selain Engkau… Engkau Maha Suci dan terpuji! Rabbi, sesungguhnya aku menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku, sesungguhnya Engkau Sebaik-baik yang Mengampuni…! Ya Allah! Tiada Tuhan selain Engkau… Engkau Maha Suci dan terpuji! Rabbi, sesungguhnya aku menzalimi diriku sendiri, maka rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Sebaik-baik yang Merahmati…! Ya Allah! Tiada Tuhan selain Engkau… Engkau Maha Suci dan terpuji! Rabbi, sesungguhnya aku menzalimi diriku sendiri, maka terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang!
فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ(37)
maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(37)
Berlakulah ketentuan Allah yang terakhir dan perjanjian yang langgeng dengan Adam dan keturunannya, yaitu perjanjian kekhilafahan di muka bumi disertai syarat-syarat untuk menang, atau untuk hancur.
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا
Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu!
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ(38)
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(38)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami,
هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(39)
mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(39)
Maka beralihlah perjuangan yang abadi itu ke medannya yang sesungguhnya, lepas dari pautannya tanpa henti sejenakpun. Sejak awal kehidupannya di bumi ini, maka manusia telah mengenal cara untuk menang bila menghendaki kemenangan, dan tahu cara untuk kalah bila ia memilih kekalahan…
Kunci segalanya adalah sejauh mana manusia mantap memegang petunjuk, dan akhirnya… seberapa jauh ia menjadikan Al-Quran sebagai Sinar Kehidupan.