WATAK BANI ISRAIL
(Lanjutan ayat)
أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلاَمَ اللهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75) وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلاَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ (76) أَوَلاَ يَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ (77) وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لاَ يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ (78) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (79) وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلاَّ أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ (80) بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (81) وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (82)
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (75) Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mu'min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?"(76) Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?(77) Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.(78) Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.(79) Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?".(80) (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(81) Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.(82)
URAIAN AYAT
Pada penghujung ayat sebelumnya telah digambarkan watak Bani Israil yang keras melebihi batu, jiwa yang gersang dan perasaan yang beku.
Di sini Allah SWT mengarahkan pembicaraan kepada Rasulullah SAW dan kepada seluruh ummat Islam agar jangan berharap banyak atas keimanan orang Yahudi, mengingat prilaku sebagian mereka yang mendengar wahyu Allah, kemudian menyele-wengkan maksudnya setelah mereka pikirkan.
Diterangkan pula tentang sifat munafik Yahudi yang mengaku beriman bila bertemu orang mu’min, dan menyatakan kafir bila bersama pemimpinnya. Mereka menduga bahwa watak mereka yang keji diketahui Nabi SAW dan orang mu’min karena dibukakan oleh sebagian mereka, padahal Allah SWT-lah yang menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW.
Dipaparkan pula bahwa sebagian mereka adalah buta aksara, pengetahuannya terhadap Al-Kitab hanya sebatas harapan dan prasangka belaka; yang justeru dipropagandakan oleh pemimpin-pemimpin agama mereka setelah menyimpangkan ajaran Al-Kitab dari maksud sebenarnya. Lalu, sebagian lain mengetahui Al-Kitab, tetapi hatinya dihinggapi kejahatan. Maka mereka menulis Al-Kitab dengan menyelewengkan maksud sebenarnya, atau memutar balikkan kebenaran karena hendak mengejar keuntungan duniawi.
Anehnya mereka merasa tidak berdosa dan tidak akan mendapat siksa di sisi Allah. Dengan pongah mereka mengatakan bahwa, kalaupun mereka masuk neraka, tidak lebih dari beberapa hari saja.
Allah SWT menyuruh Rasulullah SAW dan ummat mu’min untuk membantah dengan menga-jukan pertanyaan pengingkaran; Apakah mereka menerima perjanjian dari Allah tentang itu? Jawabannya, tidak! Yang pasti mereka adalah orang yang mengusahakan kejahatan lalu dililit oleh kejahatannya, dan mereka adalah penghuni neraka yang kekal di dalamnya. Sedangkan yang berhak menempati surga adalah orang-orang beriman dan beramal shaleh:
أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلاَمَ اللهِ
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah,
Pertanyaan yang bernada sinis ditujukan kepada Rasulullah SAW dan ummat beriman yang masih berharap untuk dapat menanamkan rasa iman dan menghidupkan cahaya kebenaran ke dalam hati Bani Israil, sekaligus mengungkap segi kejahatan Bani Israil terhadap wahyu yang telah diturunkan kepada mereka.
Segolongan Bani Israil itu telah mendengar firman Allah, tapi mereka berbuat keji… Golongan yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah nenek moyang mereka yang menyimpan Taurat, lalu mereka robah, antara lain tentang sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang tersebut di dalam Taurat itu.
ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75)
lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (75)
Orang-orang yang seperti itu tidak dapat diharapkan keimanannya, karena iman itu memerlukan syarat khusus; keyakinan, kejujuran dan keikhlasan, serta keinsafan untuk membuka hati menerima pimpinan Ilahi!
Selanjutnya diungkapkan tentang kebejatan akidah dan akhlak mereka:
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kamipun telah beriman,"
Jadi, mereka menyatakan bahwa mereka percaya kepada kerasulan Muhammad SAW karena sesuai dengan pemberitaan Taurat, "tetapi", kata mereka "dia diutus untuk kamu saja".
وَإِذَا خَلاَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللهُ عَلَيْكُمْ
tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mu'min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu,
لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ (76)
supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?"(76)
Terdapat beberapa riwayat tentang sebab turun ayat ini.
Dalam suatu riwayat oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid dikemukakan bahwa Nabi SAW pada peperangan Bani Quraidzah berdiri di bawah benteng mereka. Dengan marah atas pengkhianatan mereka, beliau bersabda: "Hai saudara-saudara kera! Hai suadara-saudara babi! Hai penyembah-penyembah thaghut! Para pemimpin Bani Quraidzah berkata kepada kaumnya: "Siapa yang memberi tahu Muhammad tentang ucapan yang dilontarkannya itu? Ia tidak mungkin mengetahui kalau bukan dari kamu. Mengapa kalian beritahukan kepada mereka tentang kutukan Allah kepada kalian, sehingga mereka dapat mengalahkan hujjah kalian?!" Maka turunlah ayat ini (QS. 2: 76) yang menegaskan penyesalan mereka akan kebocoran isi Taurat kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam satu versi oleh Ibnu Jarir dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas dikemukakan bahwa apabila orang Yahudi bertemu dengan orang-orang mu’min, mereka berkata: "Kami percaya bahwa sahabatmu itu Utusan Allah, tetapi kerasulannya hanya kepadamu saja". Apabila bertemu dengan sesama mereka, maka mereka berkata: "Janganlah kamu membincang masalah (kerasulan) ini kepada bangsa Arab itu, dimana kamu dahulu pernah memohon kepada Allah agar mendapat kemenangan terhadap orang-orang Arab dengan kebesaran utusan yang akan datang (Muhammad), sedang kenyataannya utusan itu muncul dari golongan mereka". Maka Allah SWT turunkan ayat ini (QS. 2: 76) sebagai penjelasan atas prilaku Yahudi itu.
Menurut versi lain oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari As-Suddi bahwa, turunnya ayat ini (QS. 2: 76) berkaitan dengan orang-orang Yahudi yang beriman, kemudian berbalik menjadi munafik. Sewaktu mereka masih beriman, mereka sering mendatangi kaum mu’min bangsa Arab dengan membawa berita yang biasa mereka perbincangkan. Setelah menjadi munafik maka mereka berbicara satu sama lain; "Mengapa kamu beritahukan tentang kutukan Allah berupa siksaan terhadap kita sehingga mereka berkata: "Kami lebih dicintai Allah dan lebih mulia daripada kamu?"
أَوَلاَ يَعْلَمُونَ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ (77)
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?(77)
Di sini terkandung peringatan bahwa Allah mengetahui segala tindak tanduk mereka, dengan konsekwensi; Allah pasti akan menimpakan ganjaran yang setimpal atas perbuatan mereka itu. Tetapi… apakah arti ancaman bagi orang yang terombang ambing oleh kesesatan dan mempunyai jiwa yang keras membatu?
Selanjutnya:
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لاَ يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka
Jadi golongan ini merupakan golongan Yahudi yang hanya beragama turut-turutan, seperti pucuk aru di tepi pantai yang melambai ke arah mana angin bertiup. Sikap beragama seperti ini adalah tercela di hadapan Allah SWT.
Allah SWT mengajari ummat mu’min di dalam Al-Quran pada surat Al-Israk ayat 36:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً (36)
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Israk: 36)
Golongan Yahudi begini tidak mau menuntut ilmu pengetahuan tentang Al-Kitab, bahkan menelan mentah-mentah dongengan-dongengan yang dibaurkan oleh pemuka agama mereka kepada Al-Kitab itu.
Berdasarkan kepada fakta sejarah, maka sebelum mereka menghimpun Al-Kitab itu merupakan tradisi rakyat yang tidak mempunyai sandaran kecuali dalam ingatan manusia. Perjalanan waktu dari masa ke masa mengakibatkan terjadinya penyimpangan yang jauh dari Al-Kitab yang sebenarnya, sehingga pengetahuan mereka atas Al-Kitab tersebut tidak lebih dari yang digambarkan ayat ini:
وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ (78)
dan mereka hanya menduga-duga.(78)
Ketidak jujuran pemimpin agama Yahudi itu, membuat mereka tidak merasa takut berlaku keji kepada Al-Kitab…
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah",
Mengapa hal ini sampai terjadi, dan apa motivasi mereka di balik itu?!
لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً
(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.
Rupanya Allah SWT mereka remehkan sedang-kan dunia mereka agungkan…
فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (79)
Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.(79)
Kepongahan Yahudi melebihi takaran, berbicara seenaknya dan merasa bahwa mereka tidak akan menerima akibat apapun dari kebejatan akidah dan akhlaknya.
Menurut riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa, sewaktu Rasulullah SAW sampai di Medinah, orang-orang Yahudi mengatakan: "Umur dunia ini tujuh ribu tahun. Manusia disiksa tiap-tiap seribu tahun menurut ukuran dunia adalah sama dengan sehari akhirat, sehingga jumlahnya hanya tujuh hari saja, dan setelah itu putuslah siksaan." Maka turunlah ayat di atas sebagai bantahan.
Selanjutnya mereka berkata bahwa bangsa Yahudi tidak akan masuk neraka. Kalaupun mereka disentuh neraka tidak lebih dari empat puluh hari yakni; selama mereka ditinggalkan Musa menerima Taurat ke Thursina yang pada waktu itu mereka menyembah patung anak sapi.
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلاَّ أَيَّامًا مَعْدُودَةً
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja."
Omong kosong dan propaganda licik yang tak berdasar. Maka Allah SWT menyuruh ummat mu’min mengajukan bantahan:
قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللهُ عَهْدَهُ
Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya
أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ (80)
ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?".(80)
بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً
Memang, barangsiapa yang berbuat kejahatan
Watak demikian adalah hasil dari kejahatan:
وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ
dan ia telah dililit oleh dosanya,
sehingga tidak berdaya melepaskan dirinya dari kesalahan dan dosa-dosa yang membelenggunya, maka:
فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (81)
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(81)
Sebaliknya:
وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (82)
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.(82)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar