PERISTIWA PEROBAHAN ARAH KIBLAT
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا
وَلاَّهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ ِللهِ الْمَشْرِقُ
وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (142) وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ
الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ
عَلَيْهَا إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى
عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللهُ وَمَا
كَانَ اللهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ
رَحِيمٌ (143) قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ
قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا
كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
يَعْمَلُونَ (144) وَلَئِنْ أَتَيْتَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ بِكُلِّ ءَايَةٍ مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ وَمَا
أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ
اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا
لَمِنَ الظَّالِمِينَ (145) الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ
كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ
الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (146) الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ
الْمُمْتَرِينَ (147) وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (148) وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ
عَمَّا تَعْمَلُونَ (149) وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلاَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا
مِنْهُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَِلأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ (150) كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِنْكُمْ يَتْلُو
عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ (151) فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوا لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ (152)
Orang-orang yang kurang akalnya di antara ma-nusia
akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari kiblatnya
(Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah:
"Kepunyaan Allah-lah timur dan ba-rat; Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lu-rus.(142) Dan demikian (pula) Kami
telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat
berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang kepada manusia.(143) Sungguh Kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang
kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.(144) Dan
sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak
akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan
sebahagian mereka-pun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu,
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.(145)
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan
Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan
sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal
mereka mengetahui.(146) Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu
jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.(147) Dan bagi
tiap-tiap ummat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.(148) Dan dari mana saja kamu ke luar,
maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu
benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah
dari apa yang kamu kerjakan.(149) Dan dari mana saja kamu keluar, maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian)
berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi
manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka
janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar
Kusempurnakan ni`mat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.(150) Sebagaimana
(Kami telah menyem-purnakan ni`mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu
Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(151) Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.(152)
URAIAN AYAT
Himpunan ayat di
atas masih menggambarkan polemik dan pergumulan akidah dan nilai-nilai agama
yang terjadi antara ummat mukminin dengan pihak lain, terutama pihak Ahli Kitab
(Yahudi dan Nasrani); dimana pada juz 1 telah dibicarakan secara panjang lebar…
Kebencian Yahudi dan Nasrani setinggi langit sedalam samudera, tiada akan
pernah luput mengancam ummat Islam, sehingga ummat mukminin ini “mengikuti
agama mereka”. Mereka yang hatinya begitu rupa senantiasa menunggu-nunggu kesem-patan
yang tepat untuk menikam keyakinan ummat lslam, dengan berbagai taktik dan
strategi; baik secara kasar maupun secara halus, namun tetap dengan niat yang
sama dan tujuan yang sama, memurtadkan ummat Islam dari keya-kinannya.
Pihak Yahudi
mendapat keuntungan dari kiblat shalat kaum muslimin yang sama dengan kiblat
mereka selama ini; yaitu menghadap shalat ke Baitul Maqdis, sehingga mereka
mengklaim diri berada pada pihak yang benar… Hal ini menimbulkan kegelisahan
pada pribadi Rasulullah SAW, dan berharap semoga Allah SWT meng-arahkan kiblat
ke Ka’bah di Masjidil Haram…. Demikianlah, dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa Rasululah SAW shalat menghadap Baitul Maqdis, dan sering melihat ke
langit menunggu perintah Allah (mengharapkan kiblat diarahkan ke Ka’bah atau
Masjidil Haram) sehingga turunlah ayat tersebut diatas (S. 2: 144) yang
menunjukkan kiblat ke Masjidil Haram. Turunnya ayat di atas yang berkaitan
dengan kasus perobahan arah kiblat, telah menimbulkan permasalahan serius di
kalangan muslimin, dan di sisi lain pihak yang benci kepada Islam, khususnya
Yahudi dan Nasrani tadi, mendapat suatu kesempatan emas untuk memperuncing keadaan
dengan menebar gosip, dan issue-issue yang menggoyahkan akidah ummat Islam
terhadap sumber risalah… kasus perobahan arah Kiblat dari Baitul Makdis ke
Ka’bah tersebut terjadi, setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah… Usaha
licik dan keji Yahudi yang tidak senang dengan perobahan arah kiblat ini, akan
tampak nyata, bila kita pelajari sebab-sebab yang melatar belakangi turunnya
kumpulan ayat di atas; seperti yang kita jumpai di dalam riwayat Malik,
Al-Bukhari, Muslimin dan At-Turmuzi yang bersumber dari Al-Barrak bin ‘Azib,
dimana orang-orang pandir (Yahudi) mempertanyakan “apa yang memalingkan mereka
(muslimin) dari kiblat mereka sebelumnya?”… ternyata pertanyaan mereka ini
telah mempenga-ruhi sebagian kaum muslimin, sehingga kaum muslimin ikut-ikutan
mempertanyakan masalah itu kepada Rasulullah SAW. Padahal tanpa mereka sadari
mereka telah terjebak ke dalam pokok masalah yang sangat fundamental, yaitu;
pada hakikatnya meragukan sumber risalah Islamiyah itu sendiri… Menurut riwayat
Ibnu Ishaq yang sumber dari Ismail bin Abi Khalib, dari Abi Ishaq
Al-Barra. Di samping itu ada sumber
lainnya yang serupa dengan riwayat ini, dinyatakan bahwa: Sebagian kaum
Muslimin berkata: “Kami ingin mengetahui tentang orang-orang yang telah
meninggal sebelum pemindahan kiblat (dari Baitul-Makdis ke Ka’bah), dan bagai
mana pula tentang shalat kami sebelum ini, ketika kami menghadap ke
Baitul-Maqdis?”. Maka turunlah ayat lainnya (S.2: 143), yang menegaskan bahwa
Allah tidak akan menyia-nyiakan iman mereka yang beribadah menurut ketentuan
pada waktu itu. Orang-orang yang berfikir kerdil di masa itu berkata: “Apa pula
yang memalingkan mereka (kaum Muslimin) dari kiblatmu yang mereka hadapi selama
ini (dari Baitil-Maqdis ke Ka’bah)?”. Maka turunlah ayat lain lagi (S.2: 142)
sebagai penegasan bahwa Allah-lah yang menetapkan arah kiblat itu. Jadi,
berdasarkan riwayat tentang sebab turunnya ayat-ayat di atas, maka jelaslah
peristiwa perobahan arah kiblat ini telah menimbulkan keragu-raguan dan
kegoncangan dalam barisan muslimin… di mana pihak Yahudi telah memainkan
peranan dengan menyebar propaganda bathil… Propa-ganda keji dan makar ini
ternyata berhasil mempengaruhi sebagian kaum muslimin…
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ
مِنَ النَّاسِ
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia
akan berkata:
Jadi orang-orang
Yahudi dan pihak yang tidak senang dengan perobahan arah kiblat ini disebut
Allah dengan “sufahak”, yaitu; orang-orang yang kurang akal dan pandir… Mereka
disebut pandir, karena tidak memahami hakikat bahwa penentuan arah kiblab itu
adalah otoritas Allah SWT… Allah menetapkan sesuatu berdasarkan ilmu dan hik-mahnya.
Orang-orang pandir
inilah yang berkata:
مَا وَلاَّهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا
“Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam)
dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang
dahu-lu mereka telah berkiblat kepadanya?”.
Dalam ungkapan
pertanyaan dari mereka yang bersifat pengingkaran ini jelas tergambar, betapa
rapuhnya keyakinan mereka kepada sumber wahyu… Seolah-olah Rasulullah SAW, yang
menyampaikan pesan Ilahi, sebagai orang yang berbuat menurut selera beliau
belaka; bukan karena perintah Allah…
Allah SWT
memerintahkan kepada Rasulullah SAW dan ummat mukmin untuk mengumandang-kan
kepada mereka:
قُلْ ِللهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ(142)
Katakanlah
: “Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikendahaki-Nya ke jalan yang
lurus”. (QS.2:142)
Timur dan barat
kepunyaan Allah; siapa saja yang menghadapkan wajahnya kepada Allah, maka pasti
selamat… pada hakikatnya tidak ada kelebihan suatu arah dan tempat bagi Allah,
karena Dialah Pemilik alam semesta… Dialah Yang berhak sepenuhnya menentukan
kepada hamba-hambaNya arah kiblat shalat bagi hambaNya itu demi memudahkan
mereka untuk berubudiyah kepadaNya… Allah memberi petun-juk kepada siapa yang
dikehendakiNya ke jalan yang lurus. Jadi Muhammad SAW berbuat dan menyampaikan
perobahan arah kiblat itu, atas petunjuk dan bimbingan Allah.
Seiring dengan
penjelasan itu, Allah SWT menerangkan tentang posisi ummat Islam di gelanggang
kehidupan dunia ini:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا
Dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan
pilihan
“Ummat wasathan”;
ummat yang adil dan pilihan… ummat yang dimunculkan sebagai wasit dalam semua
sektor kehidupan manusia.
Ummat yang tidak
mempertentangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, antara jasad dan roh, antara
akal budi dengan hati nurani… Dan seterusnya-dan seterusnya…
لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan kamu).
Allah SWT telah
berkehendaki memberi kemuliaan kepada ummat Islam, untuk dijadikan sebagai
saksi kebenaran atas seluruh ummat lain… mana-mana pola kehidupan yang tidak
bersesuai-an dengan pola kehidupan ummat Islam adalah bathil. Begitupun; segala
nilai dan neraca yang tidak sesuai dengan nilai dan neraca hidup ummat Islam
adalah bathil.
Sementara Muhammad
Rasulullah SAW adalah sebagai saksi kebenaran bagi ummat Islam… segala
konsepsi, pola, nilai dan neraca kehidupan yang berlawanan dengan sunnah
Rasulullah SAW adalah bathil; meskipun yang bersangkutan mengaku sebagai
pemeluk agama Islam…
“Islam adalah tunduk dan patuh kepada segala ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW”, demikian
definisi Islam yang dikemukaan para ulama…
Setelah penjelasan
ini, maka Allah SWT menerangkan hikmah yang terkandung di balik perobahan arah
kiblat itu:
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلاَّ
لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ
Dan Kami tidak menetapkan
kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
Jadi, perobahan
arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah adalah sebagai batu ujian keimanan
demi mengetahui siapa sebenarnya pengikut Rasul dan siapa pula yang membelot…
Orang yang menjadi pengikut Rasul, hatinya dipenuhi oleh keyakinan bahwa Rasul
itu adalah utusan Allah, sama sekali tidak berbuat menurut hawa nafsu-nya…
tetapi berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya.
Memang pemindahan
kiblat itu terasa sangat berat, kecuali bagi orang-orang mukmin yang hatinya
disinari petunjuk Ilahi:
وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللهُ
Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat
berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah;
Seiring
dengan demikian Al-Quran menjawab keragu-raguan yang mempertanyakan tentang
amalan shalat yang dilakukan sebelum perobahan arah kiblat… Di dalam riwayat
Al-Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Al-Barra' dikemuka-kan, bahwa di
antara kaum Muslimin ada yang ingin mengetahui tentang nasib orang-orang yang
telah meninggal atau gugur sebelum berpindah kiblat. Maka turunlah ayat
tersebut di atas (S. 2:143).
وَمَا كَانَ اللهُ
لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ(143)
dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.(QS. 2:143)
Kemudian
Allah SWT mengungkapkan tentang hasrat Rasulullah SAW yang berharap semoga
Allah mengalihkan kiblat ke Ka'bah, namun harapan ini tetap tersimpan di hati
beliau tanpa diajukan kepada Allah SWT, sedangkan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ
وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah
ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.
Itulah
masjid yang pertama dibangun di permukaan bumi ini, sebagai tempat manusia
menyembah Allah…
وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ
فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu
ke arahnya.
Ka'bah
adalah kiblat seluruh ummat mukmin, di mana saja, kapan saja, tanpa membedakan
ras bangsa, warna kulit dan letak geografis, maka seluruhnya berkiblat kepada
kiblat yang satu itu…
وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ
Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya;
Mereka
semua tahu bahwa Masjidil Haram adalah Baitullah pertama, yang pondasinya telah
ditinggikan oleh Ibrahim; sebagai orang tua mereka dan orang tua seluruh kaum
muslimin… Mereka juga mengetahui bahwa perintah ini berasal dari Allah; tanpa
keraguan sedikitpun.
وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ
عَمَّا يَعْمَلُونَ(144)
dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.(QS. 2:144)
Ahli Kitab
(Yahudi dan Nashrani) bagi mereka tidak berguna dalil-dalil yang diturunkan
kepada-mu wahai Muhammad!
Kekafiran
mereka bukan karena tidak mengetahui kebenaran… Tetapi karena mereka digiring
oleh hawa nafsu mereka sendiri, dan kebencian yang mengkristal di lubuk hati…
وَلَئِنْ أَتَيْتَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ بِكُلِّ ءَايَةٍ
Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua
ayat (keterangan),
مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ
وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ
mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun
tidak akan mengikuti kiblat mereka,
Kamu hanya
mengikuti perintah Allah… Kalau dahulu kamu shalat ke kiblat yang sama dengan
kiblat mereka; bukan karena kamu mengikuti mereka, melainkan karena menjalankan
perintah Allah…
وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ
قِبْلَةَ بَعْضٍ
dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti
kiblat sebahagian yang lain.
Yahudi
tidak akan mengikuti kiblat Nashrani, Nashrani tidak akan mengikuti kiblat
Yahudi… Bahkan antar sekte agama mereka masing-masing, menaruh permusuhan yang
tajam dan sengit.
Oleh sebab
itu, tidak pantas bagi Rasul dan ummat mukmin bersamanya mengikuti keinginan
Yahudi dan Nashrani.
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ
أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ
الظَّالِمِينَ(145)
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan
mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguh-nya kamu kalau begitu termasuk
golongan orang-orang yang zalim.(QS. 2:145)
Orang-orang
zalim sama sekali tidak akan dibela Allah!
Orang-orang
zalim pada akhirnya, menghancurkan diri sendiri…!
Selanjutnya
Al-Quran membuka tabir kejahatan Yahudi dan Nashrani yang berpura-pura tidak
mengenal Muhammad SAW, sebagai pembawa kebenaran:
الَّذِينَءَاتَيْنَاهُمُ
الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami
beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal
anak-anaknya sendiri.
Tetapi
mereka berpura-pura tidak mengenal; sungguh suatu kemunafikan yang besar…
Kejahatan mereka melampaui takaran…
وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ
لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.(QS. 2:146)
"…Menyembunyikan
kebenaran, padahal mereka mengetahui", dalam ungkapan ini tampak nyata
bahwa; kebebalan hati telah mengikis nilai-nilai iman. Seolah-olah Allah SWT
yang mendatangkan kebenaran kepada mereka akan membiarkan mereka begitu saja berbuat
semena-mena… Kebenaran adalah tonggak kehidupan, apabila kebenaran telah
diinjak-injak, maka robohlah sendi bangunan kehidupan.
Kebenaran
adalah suara hati, rintihan jiwa, bila tidak diperhatikan, maka hati lunglai
dan mati, dan manusia menjelma menjadi mayat-mayat bernyawa…
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ
تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ(147)
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu
jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.(QS. 2:147)
Setelah
mengungkapkan kejahatan Ahli Kitab, yang berupaya menyemai keragu-raguan sehu-bungan
dengan perobahan arah kiblat, pada barisan muslimin di atas, maka Allah menyeru
ummat Islam agar tampil di gelanggang kehidu-pan ini berlomba-lomba berbuat
kebaikan.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ
مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)
yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat)
kebaikan.
Segala
kebajikan yang diperbuat hendaklah didasari oleh keinginan mengharapkan ridha
Allah… Dan sudah menjadi watak orang yang mengharapkan ridha Allah untuk tidak
meremeh-kan seberapa kecilpun kebaikan itu.
أَيْنَ مَا تَكُونُوا
يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(148)
Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.(QS. 2:148)
Jadi kaum
muslimin diarahkan untuk mencu-rahkan segala perhatian ke gelanggang amal
perbuatan dan berlomba-lomba berbuat kebajikan, tidak terpengaruh oleh segala
prilaku ahli kitab yang memang selalu berupaya menjerumuskan kaum muslimin.
Mereka diingatkan bahwa semua-nya kembali kepada Allah, dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Selanjutnya
kembali ditegaskan, agar ummat mukmin mengarah ke kiblat yang baru pilihan Ilahi:
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Dan dari mana saja kamu ke luar, maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram;
Perintah
ini bukanlah seperti yang dianggap oleh orang-orang bodoh dan ahli kitab yang
busuk hati… tetapi suatu perintah yang benar dari Tuhanmu!
وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِنْ
رَبِّكَ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu
yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan.(QS. 2:149)
Sekali
lagi ditegaskan:
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram.
وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ
فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka
palingkanlah wajahmu ke arahnya,
Kemudian
dinyatakan alasan yang terkandung dalam perintah itu:
لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ
عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلاَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ
agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu,
kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka.
Dengan
ini, tidak berguna sama sekali celoteh orang-orang zalim yang menantang
perintah pengalihan arah kiblat ini… Inti masalah sudah jelas; siapa yang patuh
kepada Allah, dan siapa yang membangkang… Siapa yang mendengar suara wahyu dan
siapa pula yang berpendirian seperti pucuk aru di tepi pantai; mengarah ke mana
angin bertiup…
فَلاَ تَخْشَوْهُمْ
وَاخْشَوْنِي وَِلأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(150)
Maka janganlah kamu, takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan ni`mat-Ku atasmu, dan supaya kamu
mendapat petunjuk.(QS. 2:150)
Kaum pandir yang keras kepala tidak perlu ditakuti…
Hanya
Allah yang pantas ditakuti… Allah menyempurnakan nikmatNya; lahir dan bathin, dunia
dan akhirat, kepada orang yang takut padaNya…
Orang yang
takut kepada Allah, berjalan di jalan lempang, di bawah sinar benderang; dalam
bimbingan petunjuk dari Maha Rahman…
Petunjuk
nan datang dibawa oleh utusan Tuhan, sebagai pengewajantahan kesempurnaan
nikmatNya, seharusnya disyukuri:
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ
رَسُولاً مِنْكُمْ
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni`mat
Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu
Allah SWT
telah menganugerahi manusia nikmat akal, sehingga manusia dapat membeda-kan
antara yang baik dengan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat mengenal dan
mengamati alam semesta ini, serta menundukkannya, dan seterusnya… Tetapi
kemampuan akal itu hanya terbatas pada dunia empiris; yang peka atas observasi…
Akal tidak mampu menembus tembok misteri…
Jadi,
dengan risalah, maka sempurnalah nikmat Allah kepada manusia… apa yang tidak
terpecahkan oleh akal, dihunjukkan oleh risalah, sehingga kemungkinan buruk
yang mendominasi akal, yakni; melantur kian kemari tanpa pedoman,
terselesaikanlah sudah.
Rasul-rasul
bukanlah jenis yang berlainan dengan manusia… mereka adalah dari jenis manusia,
hidup di tengah-tengah ummat, dan menghayati kehidupan ini ke akar-akarnya.
Allah SWT
telah memilih Muhammad SAW menjadi rasul terakhir:
يَتْلُو عَلَيْكُمْ
ءَايَاتِنَا
yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu
Muhammad
SAW membacakan ayat-ayat Allah SWT kepada ummat. Itulah Al-Quran; kebenaran
yang tidak berbaur dengan hawa nafsu pribadi…
وَيُزَكِّيكُمْ
dan mensucikan kamu
Dia SAW
menyucikan kamu dari kotoran jahiliyah:
وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ
dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah
(As Sunnah),
وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ
تَكُونُوا تَعْلَمُونَ(151)
serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui.(QS. 2:151)
Mengingat
nikmat dan karunia Allah yang berlimpah ruah, maka datanglah seruan berikut
ini:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوا لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (ni`mat) -Ku.(QS. 2:152)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar