Senin, 13 Juli 2015

TERJEMAHAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 142 SD 152

PERISTIWA PEROBAHAN ARAH KIBLAT

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلاَّهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ ِللهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (142) وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللهُ وَمَا كَانَ اللهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (143) قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ (144)  وَلَئِنْ أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ بِكُلِّ ءَايَةٍ مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ (145) الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (146) الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (147) وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (148) وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (149) وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلاَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَِلأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (150) كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ (151) فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ (152)

Orang-orang yang kurang akalnya di antara ma-nusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan ba-rat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lu-rus.(142) Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.(143) Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.(144) Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian mereka-pun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.(145) Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.(146) Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.(147) Dan bagi tiap-tiap ummat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(148) Dan dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.(149) Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan ni`mat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.(150) Sebagaimana (Kami telah menyem-purnakan ni`mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(151) Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.(152)

URAIAN AYAT

Himpunan ayat di atas masih menggambarkan polemik dan pergumulan akidah dan nilai-nilai agama yang terjadi antara ummat mukminin dengan pihak lain, terutama pihak Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani); dimana pada juz 1 telah dibicarakan secara panjang lebar… Kebencian Yahudi dan Nasrani setinggi langit sedalam samudera, tiada akan pernah luput mengancam ummat Islam, sehingga ummat mukminin ini “mengikuti agama mereka”. Mereka yang hatinya begitu rupa senantiasa menunggu-nunggu kesem-patan yang tepat untuk menikam keyakinan ummat lslam, dengan berbagai taktik dan strategi; baik secara kasar maupun secara halus, namun tetap dengan niat yang sama dan tujuan yang sama, memurtadkan ummat Islam dari keya-kinannya.

Pihak Yahudi mendapat keuntungan dari kiblat shalat kaum muslimin yang sama dengan kiblat mereka selama ini; yaitu menghadap shalat ke Baitul Maqdis, sehingga mereka mengklaim diri berada pada pihak yang benar… Hal ini menimbulkan kegelisahan pada pribadi Rasulullah SAW, dan berharap semoga Allah SWT meng-arahkan kiblat ke Ka’bah di Masjidil Haram…. Demikianlah, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasululah SAW shalat menghadap Baitul Maqdis, dan sering melihat ke langit menunggu perintah Allah (mengharapkan kiblat diarahkan ke Ka’bah atau Masjidil Haram) sehingga turunlah ayat tersebut diatas (S. 2: 144) yang menunjukkan kiblat ke Masjidil Haram. Turunnya ayat di atas yang berkaitan dengan kasus perobahan arah kiblat, telah menimbulkan permasalahan serius di kalangan muslimin, dan di sisi lain pihak yang benci kepada Islam, khususnya Yahudi dan Nasrani tadi, mendapat suatu kesempatan emas untuk memperuncing keadaan dengan menebar gosip, dan issue-issue yang menggoyahkan akidah ummat Islam terhadap sumber risalah… kasus perobahan arah Kiblat dari Baitul Makdis ke Ka’bah tersebut terjadi, setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah… Usaha licik dan keji Yahudi yang tidak senang dengan perobahan arah kiblat ini, akan tampak nyata, bila kita pelajari sebab-sebab yang melatar belakangi turunnya kumpulan ayat di atas; seperti yang kita jumpai di dalam riwayat Malik, Al-Bukhari, Muslimin dan At-Turmuzi yang bersumber dari Al-Barrak bin ‘Azib, dimana orang-orang pandir (Yahudi) mempertanyakan “apa yang memalingkan mereka (muslimin) dari kiblat mereka sebelumnya?”… ternyata pertanyaan mereka ini telah mempenga-ruhi sebagian kaum muslimin, sehingga kaum muslimin ikut-ikutan mempertanyakan masalah itu kepada Rasulullah SAW. Padahal tanpa mereka sadari mereka telah terjebak ke dalam pokok masalah yang sangat fundamental, yaitu; pada hakikatnya meragukan sumber risalah Islamiyah itu sendiri… Menurut riwayat Ibnu Ishaq yang sumber dari Ismail bin Abi Khalib, dari Abi Ishaq Al-Barra.  Di samping itu ada sumber lainnya yang serupa dengan riwayat ini, dinyatakan bahwa: Sebagian kaum Muslimin berkata: “Kami ingin mengetahui tentang orang-orang yang telah meninggal sebelum pemindahan kiblat (dari Baitul-Makdis ke Ka’bah), dan bagai mana pula tentang shalat kami sebelum ini, ketika kami menghadap ke Baitul-Maqdis?”. Maka turunlah ayat lainnya (S.2: 143), yang menegaskan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan iman mereka yang beribadah menurut ketentuan pada waktu itu. Orang-orang yang berfikir kerdil di masa itu berkata: “Apa pula yang memalingkan mereka (kaum Muslimin) dari kiblatmu yang mereka hadapi selama ini (dari Baitil-Maqdis ke Ka’bah)?”. Maka turunlah ayat lain lagi (S.2: 142) sebagai penegasan bahwa Allah-lah yang menetapkan arah kiblat itu. Jadi, berdasarkan riwayat tentang sebab turunnya ayat-ayat di atas, maka jelaslah peristiwa perobahan arah kiblat ini telah menimbulkan keragu-raguan dan kegoncangan dalam barisan muslimin… di mana pihak Yahudi telah memainkan peranan dengan menyebar propaganda bathil… Propa-ganda keji dan makar ini ternyata berhasil mempengaruhi sebagian kaum muslimin…

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata:

Jadi orang-orang Yahudi dan pihak yang tidak senang dengan perobahan arah kiblat ini disebut Allah dengan “sufahak”, yaitu; orang-orang yang kurang akal dan pandir… Mereka disebut pandir, karena tidak memahami hakikat bahwa penentuan arah kiblab itu adalah otoritas Allah SWT… Allah menetapkan sesuatu berdasarkan ilmu dan hik-mahnya.

Orang-orang pandir inilah yang berkata:

مَا وَلاَّهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا

“Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari kiblatnya (Baitul    Maqdis) yang dahu-lu mereka telah berkiblat kepadanya?”.

Dalam ungkapan pertanyaan dari mereka yang bersifat pengingkaran ini jelas tergambar, betapa rapuhnya keyakinan mereka kepada sumber wahyu… Seolah-olah Rasulullah SAW, yang menyampaikan pesan Ilahi, sebagai orang yang berbuat menurut selera beliau belaka; bukan karena perintah Allah…

Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah SAW dan ummat mukmin untuk mengumandang-kan kepada mereka:

قُلْ ِللهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ(142)

Katakanlah : “Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang  dikendahaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS.2:142) 

Timur dan barat kepunyaan Allah; siapa saja yang menghadapkan wajahnya kepada Allah, maka pasti selamat… pada hakikatnya tidak ada kelebihan suatu arah dan tempat bagi Allah, karena Dialah Pemilik alam semesta… Dialah Yang berhak sepenuhnya menentukan kepada hamba-hambaNya arah kiblat shalat bagi hambaNya itu demi memudahkan mereka untuk berubudiyah kepadaNya… Allah memberi petun-juk kepada siapa yang dikehendakiNya ke jalan yang lurus. Jadi Muhammad SAW berbuat dan menyampaikan perobahan arah kiblat itu, atas petunjuk dan bimbingan Allah.

Seiring dengan penjelasan itu, Allah SWT menerangkan tentang posisi ummat Islam di gelanggang kehidupan dunia ini:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا 

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan

“Ummat wasathan”; ummat yang adil dan pilihan… ummat yang dimunculkan sebagai wasit dalam semua sektor kehidupan manusia.

Ummat yang tidak mempertentangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, antara jasad dan roh, antara akal budi dengan hati nurani… Dan seterusnya-dan seterusnya…

لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

Agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan kamu).

Allah SWT telah berkehendaki memberi kemuliaan kepada ummat Islam, untuk dijadikan sebagai saksi kebenaran atas seluruh ummat lain… mana-mana pola kehidupan yang tidak bersesuai-an dengan pola kehidupan ummat Islam adalah bathil. Begitupun; segala nilai dan neraca yang tidak sesuai dengan nilai dan neraca hidup ummat Islam adalah bathil.

Sementara Muhammad Rasulullah SAW adalah sebagai saksi kebenaran bagi ummat Islam… segala konsepsi, pola, nilai dan neraca kehidupan yang berlawanan dengan sunnah Rasulullah SAW adalah bathil; meskipun yang bersangkutan mengaku sebagai pemeluk agama Islam…

“Islam adalah tunduk dan patuh kepada segala ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW”, demikian definisi Islam yang dikemukaan para ulama…

Setelah penjelasan ini, maka Allah SWT menerangkan hikmah yang terkandung di balik perobahan arah kiblat itu:

وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ

Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.

Jadi, perobahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah adalah sebagai batu ujian keimanan demi mengetahui siapa sebenarnya pengikut Rasul dan siapa pula yang membelot… Orang yang menjadi pengikut Rasul, hatinya dipenuhi oleh keyakinan bahwa Rasul itu adalah utusan Allah, sama sekali tidak berbuat menurut hawa nafsu-nya… tetapi berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya.

Memang pemindahan kiblat itu terasa sangat berat, kecuali bagi orang-orang mukmin yang hatinya disinari petunjuk Ilahi:

وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللهُ

Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah;

Seiring dengan demikian Al-Quran menjawab keragu-raguan yang mempertanyakan tentang amalan shalat yang dilakukan sebelum perobahan arah kiblat… Di dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Al-Barra' dikemuka-kan, bahwa di antara kaum Muslimin ada yang ingin mengetahui tentang nasib orang-orang yang telah meninggal atau gugur sebelum berpindah kiblat. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2:143).

وَمَا كَانَ اللهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ(143)
dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.(QS. 2:143)

Kemudian Allah SWT mengungkapkan tentang hasrat Rasulullah SAW yang berharap semoga Allah mengalihkan kiblat ke Ka'bah, namun harapan ini tetap tersimpan di hati beliau tanpa diajukan kepada Allah SWT, sedangkan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.

Itulah masjid yang pertama dibangun di permukaan bumi ini, sebagai tempat manusia menyembah Allah…

وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.

Ka'bah adalah kiblat seluruh ummat mukmin, di mana saja, kapan saja, tanpa membedakan ras bangsa, warna kulit dan letak geografis, maka seluruhnya berkiblat kepada kiblat yang satu itu…

وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ
Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya;

Mereka semua tahu bahwa Masjidil Haram adalah Baitullah pertama, yang pondasinya telah ditinggikan oleh Ibrahim; sebagai orang tua mereka dan orang tua seluruh kaum muslimin… Mereka juga mengetahui bahwa perintah ini berasal dari Allah; tanpa keraguan sedikitpun.

وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ(144) 
dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.(QS. 2:144)

Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) bagi mereka tidak berguna dalil-dalil yang diturunkan kepada-mu wahai Muhammad!

Kekafiran mereka bukan karena tidak mengetahui kebenaran… Tetapi karena mereka digiring oleh hawa nafsu mereka sendiri, dan kebencian yang mengkristal di lubuk hati…

وَلَئِنْ أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ بِكُلِّ ءَايَةٍ
Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan),
مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ
mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka,

Kamu hanya mengikuti perintah Allah… Kalau dahulu kamu shalat ke kiblat yang sama dengan kiblat mereka; bukan karena kamu mengikuti mereka, melainkan karena menjalankan perintah Allah…
وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ
dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain.

Yahudi tidak akan mengikuti kiblat Nashrani, Nashrani tidak akan mengikuti kiblat Yahudi… Bahkan antar sekte agama mereka masing-masing, menaruh permusuhan yang tajam dan sengit.

Oleh sebab itu, tidak pantas bagi Rasul dan ummat mukmin bersamanya mengikuti keinginan Yahudi dan Nashrani.

وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ(145)
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguh-nya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.(QS. 2:145)

Orang-orang zalim sama sekali tidak akan dibela Allah!

Orang-orang zalim pada akhirnya, menghancurkan diri sendiri…!

Selanjutnya Al-Quran membuka tabir kejahatan Yahudi dan Nashrani yang berpura-pura tidak mengenal Muhammad SAW, sebagai pembawa kebenaran:

الَّذِينَءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri.

Tetapi mereka berpura-pura tidak mengenal; sungguh suatu kemunafikan yang besar… Kejahatan mereka melampaui takaran…

وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.(QS. 2:146)

"…Menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui", dalam ungkapan ini tampak nyata bahwa; kebebalan hati telah mengikis nilai-nilai iman. Seolah-olah Allah SWT yang mendatangkan kebenaran kepada mereka akan membiarkan mereka begitu saja berbuat semena-mena… Kebenaran adalah tonggak kehidupan, apabila kebenaran telah diinjak-injak, maka robohlah sendi bangunan kehidupan.

Kebenaran adalah suara hati, rintihan jiwa, bila tidak diperhatikan, maka hati lunglai dan mati, dan manusia menjelma menjadi mayat-mayat bernyawa…

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ(147)
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.(QS. 2:147)

Setelah mengungkapkan kejahatan Ahli Kitab, yang berupaya menyemai keragu-raguan sehu-bungan dengan perobahan arah kiblat, pada barisan muslimin di atas, maka Allah menyeru ummat Islam agar tampil di gelanggang kehidu-pan ini berlomba-lomba berbuat kebaikan.

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.

Segala kebajikan yang diperbuat hendaklah didasari oleh keinginan mengharapkan ridha Allah… Dan sudah menjadi watak orang yang mengharapkan ridha Allah untuk tidak meremeh-kan seberapa kecilpun kebaikan itu.

أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(148)
Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 2:148)

Jadi kaum muslimin diarahkan untuk mencu-rahkan segala perhatian ke gelanggang amal perbuatan dan berlomba-lomba berbuat kebajikan, tidak terpengaruh oleh segala prilaku ahli kitab yang memang selalu berupaya menjerumuskan kaum muslimin. Mereka diingatkan bahwa semua-nya kembali kepada Allah, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Selanjutnya kembali ditegaskan, agar ummat mukmin mengarah ke kiblat yang baru pilihan Ilahi:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Dan dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram;

Perintah ini bukanlah seperti yang dianggap oleh orang-orang bodoh dan ahli kitab yang busuk hati… tetapi suatu perintah yang benar dari Tuhanmu!

وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.(QS. 2:149)
Sekali lagi ditegaskan:
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.
وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya,

Kemudian dinyatakan alasan yang terkandung dalam perintah itu:

لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلاَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ
agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka.

Dengan ini, tidak berguna sama sekali celoteh orang-orang zalim yang menantang perintah pengalihan arah kiblat ini… Inti masalah sudah jelas; siapa yang patuh kepada Allah, dan siapa yang membangkang… Siapa yang mendengar suara wahyu dan siapa pula yang berpendirian seperti pucuk aru di tepi pantai; mengarah ke mana angin bertiup…

فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَِلأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(150)
Maka janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan ni`mat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.(QS. 2:150)

Kaum pandir yang keras kepala tidak perlu ditakuti…

Hanya Allah yang pantas ditakuti… Allah menyempurnakan nikmatNya; lahir dan bathin, dunia dan akhirat, kepada orang yang takut padaNya…

Orang yang takut kepada Allah, berjalan di jalan lempang, di bawah sinar benderang; dalam bimbingan petunjuk dari Maha Rahman…

Petunjuk nan datang dibawa oleh utusan Tuhan, sebagai pengewajantahan kesempurnaan nikmatNya, seharusnya disyukuri:

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِنْكُمْ
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni`mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu

Allah SWT telah menganugerahi manusia nikmat akal, sehingga manusia dapat membeda-kan antara yang baik dengan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat mengenal dan mengamati alam semesta ini, serta menundukkannya, dan seterusnya… Tetapi kemampuan akal itu hanya terbatas pada dunia empiris; yang peka atas observasi… Akal tidak mampu menembus tembok misteri…

Jadi, dengan risalah, maka sempurnalah nikmat Allah kepada manusia… apa yang tidak terpecahkan oleh akal, dihunjukkan oleh risalah, sehingga kemungkinan buruk yang mendominasi akal, yakni; melantur kian kemari tanpa pedoman, terselesaikanlah sudah.

Rasul-rasul bukanlah jenis yang berlainan dengan manusia… mereka adalah dari jenis manusia, hidup di tengah-tengah ummat, dan menghayati kehidupan ini ke akar-akarnya.
Allah SWT telah memilih Muhammad SAW menjadi rasul terakhir:

يَتْلُو عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا
yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu

Muhammad SAW membacakan ayat-ayat Allah SWT kepada ummat. Itulah Al-Quran; kebenaran yang tidak berbaur dengan hawa nafsu pribadi…

وَيُزَكِّيكُمْ
dan mensucikan kamu

Dia SAW menyucikan kamu dari kotoran jahiliyah:

وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah),
وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ(151)
serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(QS. 2:151)

Mengingat nikmat dan karunia Allah yang berlimpah ruah, maka datanglah seruan berikut ini:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.(QS. 2:152)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar